Para pembully ini sepertinya perlu untuk merasakan langsung arena pertandingan. Tidak perlu muluk-muluk tampil di level Asia, andai mereka tampil membela RT/RW mereka dalam perlombaan balap karung. Lantas, mereka merasakan kerasnya perlombaan, sempat terjatuh, berdarah lututnya, dan kemudian gagal memenangi lomba. Jika sudah seperti itu, mereka lantas di-bully orang-orang se-RT nya karena kalah. Bagaimana rasanya coba?
Ginting Taklukkan Juara Dunia 2018
Para suporter jenis ini bukan hanya tidak tahu cara mengapresiasi perjuangan pemain di lapangan--terlepas bagaimana hasil akhirnya--mereka juga tidak tahu bahwa dalam olahraga, selalu ada peluang untuk bangkit di kesempatan berikutnya.
Bangkit di kesempatan berikutnya itulah yang ditunjukkan Ginting dan Jonatan Christie. Gagal juara di nomor beregu, Ginting dan Jojo--panggilan Jonatan Christie--lantas "meledak" di nomor perorangan.
Ini kemenangan hebat. Momota (23 tahun) adalah juara Asia 2018 dan juga juara dunia 2018 pada awal Agustus lalu. Di tahun 2018 ini, Momota memang tampil on fire. Dia juga juara Indonesia Open 2018 dengan mengalahkan juara dunia 2017, Viktor Axelsen di final. Hanya pemain top malaysia, Lee Chong Wei yang bisa mengalahkan dia di final Malaysia Open 2018.
Terlebih, dalam 3 pertemuan sebelumnya di tahun 2018 ini, Ginting selalu kalah dari Momota. Dua di laga BWF World Tour dan juag di semifinal beregu Asian Games 2018.
Namun, tadi malam, Ginting benar-benar tampil sempurna. Menurut saya, kunci kemenangan Ginting terletak pada ketenangannya dan kecerdasannya dalam meladeni permainan cepat ala Momota. Plus, Ginting minim kesalahan yang berujung pada poin gratis untuk Momota. Akurasi dan penempatan/pengembalian bola juga smash nya nyaris sempurna. Baru kali ini Momota terlihat kebingungan.
"Saya tidak menyangka bisa menang dua game langsung. Rasanya plong, saya kalah di beregu. Mainnya di Istora, senang bisa revans. Sebenarnya performa Momota cukup bagus, di awal game dia memegang kendali," ujar Ginting dikutip dari badmintonindonesia.org.Â
"Tapi ada peribahasa, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Tadi walaupun sudah ketinggalan jauh, tidak ada pikiran menyerah dan mainkan game ketiga, tapi tetap coba jalankan strategi," sambung pebulutangkis berusia 21 tahun ini.Â
Bagi saya, pertandingan melawan Momota itu adalah salah satu pertandingan terbaik Ginting dalam kariernya. Bahkan melebihi penampilannya ketika juara Korea Open 2017 yang merupakan gelar BWF Super Series pertamanya.Â
Penampilan Ginting tadi malam juga lebih oke ketimbang ketika juara Indonesia Masters 2018 pada Januari lalu saat menang atas pemain Jepang, Kazumasa Sakai di final. Ginting kini tidak hanya mengandalkan reli dan penempatan bola yang menyulitkan. Pukulan drive dan smash nya juga sudah semakin matang.Â