Setelah meraih medali perak (tim putra) dan medali perunggu di nomor beregu cabang olahraga bulutangkis Asian Games 2018, pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia akan mencoba meraih hasil lebih bagus di nomor perorangan yang sudah dimulai Kamis (23/8/2018) kemarin.
Ada harapan bagi Indonesia untuk mengulang prestasi di Asian Games 2014 di Incheon Korea Selatan ketika berhasil meraih dua medali emas di nomor perorangan. Kala itu, lewat ganda putra dan ganda putri.
Dua nomor yang menurut saya paling berpeluang menyumbang medali emas di Asian Games 2018 yakni ganda putra dan ganda campuran. Bila tampil dalam performa terbaik, ganda putra Indonesia Marcus Gideon/Kevin Sanjaya berpeluang besar menjadi juara. Parameternya, Marcus/Kevin sudah mengalahkan dua pesaing terberat di nomor beregu. Yakni ganda Tiongkok yang juag juara dunia 2018, Li Junhui/Liu Yuchen di final. Juga ganda Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda di semifinal.
Sementara di ganda campuran, pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akan mengeluarkan segala yang mereka punya untuk meraih medali emas di Asian Games yang sangat mungkin jadi penampilan terakhr mereka. Di Asian Games 2014 lalu, Tontowi/Liliyana kalah dari "musuh bebuyutan" mereka asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei di final.
Bagaimana tiga nomor lainnya? Tentu saja selalu ada peluang untuk membuat kejutan di 'panggung' sebesar Asian Games. Ya, walaupun tunggal putra, tunggal putri dan ganda putri Indonesia bukanlah unggulan utama, siapa tahu mereka "meledak" di nomor perorangan.
Meski, merujuk pada penampilan tunggal putra, tunggal putri dan ganda putri sewaktu bertanding di nomor beregu, pemain-pemain kita memang masih harus bekerja keras, menemukan strategi yang tepat menyesuaikan lawan yang dihadapi, serta berharap keberuntungan bila ingin meraih medali. Sekadar informasi, di lima nomor perorangan, tiap negara hanya bisa mengirimkan dua wakil terbaiknya. Dua saja, tidak lebih.
Nah, hari ini, beberapa pemain Indonesia akan tampil di babak 32 besar tunggal putra juga babak 16 besar ganda putri dan ganda campuran. Bagaimana peluang lolos?
Di tunggal putra, dua pemain andalan Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie mendapat peruntungan yang berbeda di babak 32 besar. Ginting yang sempat mengalami cedera di final beregu saat melawan tunggal Tiongkok, Shi Yuqi, Rabu (22/8/2018) bertemu lawan yang di atas kertas terbilang ringan. Dia bertemu pemain Iran, Mehran Shahbazi. Seharusnya, Ginting bisa menang.
Sementara Jonatan Christie justru harus langsung bertemu lawan tangguh. Jojo--panggilan Jonatan Christie--menghadapi Shi Yuqi yang merupakan unggulan pertama di nomor tunggal putra.Â
Merujuk pada kualitas Shi Yuqi, Jojo wajib mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Utamanya ketika harus mengakhiri laga alias "killing the game" saat di posisi unggul seperti kala main di nomor beregu. Di final beregu, Jojo yang menjadi tunggal kedua Indonesia, kalah rubber game dari Chen Long setelah beberapa kali sempat unggul dalam perolehan poin.Â
"Selama ini kami mempersiapkan diri jelang Asian Games, fokusnya ke latihan defense dan konsistensi. Kami akan bertanding dengan dukungan penonton Istora", ujar Della dikutip dari badmintonindonesia.org.
Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Debby menyebut Asian Games 2018 ini merupakan Asian Games terakhirnya. Tahun depan dia berencana pensiun. Karenanya, atlet kelahiran Palembang 3 Mei 1989 ini berharap mendapat hasil terbaiknya bersama Ricky. Di Asian Games 2014 lalu, Debby meraih perunggu bersama Praveen Jordan.
"Target pribadi pasti ada, kami mau dapat medali. Tetapi kami tidak mau terlalu menggebu-gebu, takabur. Ibaratnya kalem, tapi motivasinya tetap besar. Saya maunya sih hasilnya lebih baik dari empat tahun lalu, tapi sekarang fokus satu-satu dulu," ujar Debby Susanto.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI