Selain Pencak Silat, cabor baru lainnya yang dipertandingkan di Asian Games 2018 adalah Bridge. Indonesia menargetkan bridge sebagai salah satu cabor untuk menambah perolehan medali emas. Dari enam nomor yang dipertandingkan (men team, women team, mixed team, supermixed team, men pair, dan mixed pair), Indonesia berharap bisa meraih dua medali emas. Demi meraih target itu, pelatih asing asal Polandia, Krzysztof Martens direkrut, untuk menggenjot atlet-atlet bridge yang tergabung di pelatnas.
Juga jangan lupakan atletik. Indonesia menargetkan meraih satu medali emas dari cabor yang acapkali disebut "ibu dari olahraga" ini. Peluang emas muncul dari nomor lompat Jauh. Indonesia punya Maria Londa Natalia di sektor putri.
Mario Londa merupakan peraih medali emas di Asian Games 2014. Lalu di nomor putra ada Sapwaturrahman Sanapiah. Atlet asal Lombok, Nusa Tenggara Barat ini merupakan pemecah rekor nasional lompat jauh putra di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) 2017 di Makassar.
Peluang medali emas di cabor atletik juga bisa datang dari sprinter muda, Lalu Muhammad Zohri. Memang, ketika menjadi juara di Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018, catatan pelari asal Lombok berusia 18 tahun ini masih jauh di bawah sprinter senior dari negara lain yang akan berlaga di Asian Games 2018.
Namun, dengan tidak dibebani target berat oleh PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), siapa tahu Lalu bisa melesat di beberapa nomor perlombaan, di antaranya di nomor 100 meter putra dan estafet 4 x 100 meter.
Bulu tangkis yang pada Asian Games 2014 lalu menyumbangkan 2 medali emas, 1 medali perak dan 1 perunggu, juga masih menjadi cabor unggulan. Indonesia menargetkan dua medali emas. Nomor paling diharapkan menyumbang medali emas adalah ganda putra. Pasangan nomor satu dunia saat ini,Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamulyo diharapkan bisa tampil dalam penampilan terbaiknya agar bisa menjadi juara.
Indonesia juga berharap dari pasangan ganda capuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang merupakan peraih medali emas Olimpiade 2016 dan juara dunia 2017. Termasuk ganda putri, Greysia Polii/Apriani Rahayu yang penampilannya tengah menanjak dan meraih perunggu di Kejuaraan Dunia 2018 pada awal Agustus lalu.
Dalam hal memetakan cabor unggulan yang berpotensi meraih medali, Indonesia telah meresapi 'resep sederhana' dari ahli strategi militer yang juga filsuf Tiongkok di masa Cina Kuno, Sun Tzu. Bunyi resep sederhana tersebut: "If you know the enemy and know yourself, you need not fear the result of a hundred battles". Bahwa, jika Anda mengetahui dan mengenali (kekuatan dan kelemahan) diri sendiri, Anda tidak perlu mengkhawatirkan hasil dari ratusan pertempuran.
Resep menang dari Sun Tzu itu masih relevan bila diterapkan di gelanggang olahraga. Di Asian Games 2018, Indonesia tidak hanya telah mengenali 'arena pertempuran' tetapi juga potensi terbaik untuk meraih medali. Seperti kata Paulo Coelho, Indonesia bisa melupakan hasil buruk di beberapa Asian Games sebelumnya untuk menentukan takdirnya sendiri guna masuk peringkat 10 besar di Asian Games 2018. Semoga. Salam olahraga !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H