Sayangnya, tidak seperti sebuah lembaran novel yang tertulis, segala aktivitas perempuan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini jarang, bahkan malah tidak meninggalkan jejak pemberitaan sama sekali. Padahal, ada banyak jejak aktivitas sosial kemanusiaan dari skala lokal Surabaya hingga ke Timur Tengah yang telah dilakukannya. Padahal, aktivitasnya bisa menginspirasi siapa saja untuk ikut tergerak menebar kemanfaatan kepada sesama. "Saya pernah mengabdikan diri sebagai tenaga medis di daerah konflik seperti Irak, Lebanon dan di kamp pengungsian Palestina," ujarnya.
Dokter yang lebih suka dipanggil Ummi ini berkisah, di awal tahun 2003, dirinya bersama sang suami---dokter Arief Basuki yang juga Ketua Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Indonesia Timur--mengabdikan diri pada kegiatan kemanusiaan di Irak  kurang lebih satu bulan. Tiga tahun berikutnya, dia melanjutkan misi kemanusiaan di Lebanon, tepatnya di pengungsian Palestina.
Pernah hidup berbaur bersama pengungsi di daerah koflik dengan kondisi yang serba darurat serta masih belum optimalnya realisasi bidang kesehatan di masyarakat yang dilihatnya dari 'kaca mata' nya sebagai seorang dokter, membuatnya punya tekad kuat untuk ikut memperbaiki kualitas hidup anak-anak dan pentingnya keluarga di Indonesia agar punya pemahaman yang kuat di bidang kesehatan.
Tekad kuat itu ia wujudkan dengan menjadi 'pelayan masyarakat'. Dia tampil sebagai penggerak lingkungan di wilayah tinggalnya di Surabaya. Dia menjadi Pembina Dompet Qur'an. Lalu, aktif di lembaga sosial 12 yang peduli pada masalah anak-anak jalanan, juga LSM HOPE yang concern pada ancaman bahaya narkoba bagi anak-anak.
Menebar kemanfaatan lewat jalur politik
Bergerak di bidang sosial kemanusiaan dan melihat langsung kesulitan yang dialami masyarakat di akar rumput, membuat dr Iswi menyadari satu hal. Bahwa, tidak semua gagasan-gagasan mulianya bisa direalisasi. Sebab, ada gagasan-gagasan yang hanya bisa diwujudkan melalui jalur politik yang mampu menginisiasi terciptanya sebuah kebijakan yang berpengaruh langsung bagi masyarakat. Terlebih, dia bercita-cita untuk ikut mewujudkan kualitas kesehatan Indonesia yang lebih baik dan berkeadilan. "Efek dari politik praktis tentunya akan lebih luas karena menyangkut pembentukan kebijakan, dibandingkan apabila saya hanya aktif di kegiatan sosial," kata nenek satu cucu ini.
Gayung bersambut. Berbagai aktivitas mulia yang telah dilakukan dr Iswi, diapresiasi oleh Partai Keadilan Sosial (PKS). PKS memberinya amanah untuk maju sebagai Caleg DPR RI dari Dapil Surabaya Sidoarjo di Pemilu Legislatif mendatang. Pemegang gelar magister manajemen rumah sakit ini mengaku tidak mengajukan diri, apalagi sampai mengeluarkan duit seperti pemberitaan yang muncul di media perihal caleg yang membayar mahar politik. "Bagi saya, politik itu tidak harus diniatkan untuk mencari kekuasaan, tetapi lebih kepada kepemimpinan. Selama ini saya melihat belum kuatnya representasi dari dunia kesehatan di dewan. Jadi saya merasa terpanggil untuk mewakilinya," sambung dia.
Dan memang, ada banyak jalan untuk menebar kemanfaatan kepada orang lain. Ada 1001 cara agar apa yang kita lakukan menjadi bermanfaat bagi orang lain. Dokter pun begitu. Tidak harus ia hanya melayani pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit, klinik ataupun Puskesmas. Ada banyak jalan untuk mengabdi. Termasuk lewat jalur politik. Terpenting, seorang dokter tetap harus punya ruh untuk menolong. Bahwa, setinggi apapun keberhasilan, jangan melupakan peran itu. Seperti dokter Iswi yang tidak pernah melupakan jiwanya sebagai dokter untuk terus menebar kemanfaatan bagi sesama lewat 1001 cara yang telah dilakukan dan dan akan diwujudkannya. Barokallah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H