Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inggris Enyahkan "Kutukan Adu Penalti", Pertanda Juara Dunia?

4 Juli 2018   10:58 Diperbarui: 4 Juli 2018   11:13 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain-pemain Inggris merayakan kemenangan adu penalti atas Kolombia/Foto: Twitter/brilafm889

Apakah Anda percaya Inggris terkena "kutukan adu penalti" di Piala Dunia? 

Bila menengok beberapa kekalahan adu penalti yang pernah dialami Timnas Inggris di beberapa Piala Dunia, mudah untuk mengatakan bahwa negerinya The Beatles itu memang terkena kutukan yang oleh media-media Inggris disebut dengan 'penalty shootout hoodoo'.

Nyatanya, dalam sejarah Piala Dunia, Inggris pernah tiga kali mengalami kekalahan menyakitkan dalam drama adu penalti di babak knock out.

Masih segar dalam ingatan ketika di Piala Dunia 2006 silam, Inggris kalah adu penalti 1-3 dari Portugal di fase perempat final. Dua gelandang top Inggris yang hobi mencetak gol dari jarak jauh dan punya track record bagus dalam menendang penalti, Frank Lampard juga Steve Gerrard, ternyata gagal.

Lalu di Piala Dunia 1998, Inggris kalah adu penalti 3-4 dari Argentina di babak 16 besar. Dan yang paling menyakitkan, di Piala Dunia 1990, Inggris gagal menapaki final pertamanya sejak 1966 setelah kalah adu penalti 3-4 dari Jerman Barat di semifinal.

Bahkan, pelatih Inggris sekarang, Gareth Southgate, juga punya kenangan buruk dalam adu penalti. Di semifinal Piala Eropa 1996 yang digelar di Inggris, Southgate yang jadi penendang keenam, gagal menjalankan tugasnya sehingga Inggris pun kalah 5-6 dari Jerman.   

Karenanya, saat laga melawan Kolombia di babak 16 besar Piala Dunia 2018 dini hari tadi berakhir 1-1 dan pemenang harus ditentukan lewat adu penalti, saya sempat berpikir "mungkinkah Inggris bakal kembali bernasib sial di adu penalti?".

Bahkan, ketika sepakan penendang ketiga Inggris, Jordan Henderson gagal setelah ditepis kiper Kolombia David Ospina sehingga Inggris tertinggal 2-3, saya sempat merasa bahwa Inggris memang benar-benar akan tersingkir.

Namun, nasib baik kali ini ternyata memeluk Inggris. Berturut-turut, dua penendang Kolombia, Mateus Uribe dan Carlos Bacca, gagal. Satunya menghantam mistar gawang dan satunya ditepis Jordan Pickford, kiper Inggris. Lantas, ketika sepakan Eric Dier melaju mulus ke gawang Kolombia, Inggris pun menang 4-3. Pecahlah kegembiraan Inggris. 

"Tentu saja saya nervous. Saya tidak mengalami situasi seperti ini sebelumnya. Namun, saya merasa harus mencetak gol setelah di akhir laga gagal memanfaatkan peluang jadi gol. Syukurlah saya bisa memasukkan bola," tutur Eric Dier dikutip dari Dailymail.co.uk

Melihat selebrasi pemain-pemain Inggris yang berlarian, berteriak kegirangan dan berangkulan, itu sungguh selebrasi yang mahal. Betapa tidak, untuk kali pertama, Inggris akhirnya memenangi adu penalti di Piala Dunia. Bayangkan, setelah 28 tahun, Inggris akhirnya bisa merasakan bagaimana gembiranya menjadi pemenang dalam momen paling menegangkan yang ada di sepak bola itu.

"Seriously now I know what it feels like...Wow...Come on England," tulis legenda Inggris, David Beckham di aku Instgram nya. 

Itu kemenangan yang menghapus 'kutukan'. Ya, kini tidak ada lagi kutukan adu penalti bagi Inggris di Piala Dunia. 

Inggris kali ini lebih kalem dan cuek

Lalu, apa yang membedakan Tim Inggris sekarang dengan tim-tim Inggris sebelumnya di Piala Dunia sehingga bisa mengatasi adu penalti?

Menurut saya, yang membedakan Tim Inggris sekarang adalah sikap easy going mereka. Usia pemain yang rata-rata 24 tahun membuat Inggris tampil bak anak muda yang cuek. Mereka bermain tidak dengan 'menggendong monyet'--untuk menggambarkan beban yang mereka pikul. Bandingkan dengan tim di Piala Dunia tahun 2006 yang dipenuhi ekspektasi tinggi dengan slogan "winning now or never" karena punya banyak pemain bintang. Karena bisa lebih kalem, mereka bisa maksimal ketika adu penalti.

Inggris menjadi negara terakhir yang lolos ke perempat final Piala Dunia 2018. Di perempat final yang digelar Samara pada 7 Juli nanti, Inggris akan menghadapi Swedia yang berhasil mengatasi Swiss di babak 16 besar.

Dari delapan tim yang akan tampil di perempat final Piala Dunia 2018, benua Eropa mendominasi dengan mengirimkan enam (6) wakilnya. Di Piala Dunia 2014 lalu, Eropa hanya mengirimkan empat wakil.

Selain Inggris dan Swedia, ada Prancis, Rusia, Kroasia, dan Belgia. Sementara dua tim perempat final lainnya berasal dari Amerika Latin, yakni Uruguay dan Brasil. Dengan jumlah enam wakil tersebut, jangan kaget bila juara Piala Dunia 2018 nanti adalah tim dari Eropa.

Apalagi, sejarah memang menunjukkan, ketika Piala Dunia digelar di Eropa, dari 10 kali penyelenggaraan, 9 kali tim Eropa bisa juara dunia. Di tiga Piala Dunia terakhir yang digelar di Eropa, tim Eropa selalu juara. Yakni di Piala Dunia 2006 ketika Italia menjadi juara di Jerman, lalu Prancis jadi juara di rumahnya sendiri pada 1998 dan Jerman (Barat) juara di Italia pada 1990.

Jalan Inggris menuju final lebih lapang

Lalu, adakah kaitan kemenangan Inggris dalam adu penalti dengan gelar juara dunia di Rusia?

Yang jelas, jalan ke final Piala Dunia 2018 bagi Inggris kini cukup terbentang lapang. Sebab, rute Inggris menuju final tidaklah serumit Prancis atau Belgia. Bila Prancis harus bertemu Uruguay dan Belgia berjumpa Brasil di perempat final dan pemenangnya akan bertemu di semifinal, maka jalur Inggris lebih 'smooth'.

Bila mampu menang atas Swedia di perempat final, Inggris akan berjumpa pemenang laga Kroasia melawan Rusia untuk berebut tiket ke final? Mungkinkah tim senior Inggris akan mengikuti jejak junior mereka yang pada tahun 2017 lalu jadi juara dunia Piala Dunia U-20?

Selamat menunggu jawabannya di laga tersisa Piala Dunia 2018. Dan yang pasti, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun