Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pantas Saja Argentina Kalah, Sebab "Rumah Mereka" Sudah Ambruk

22 Juni 2018   09:07 Diperbarui: 22 Juni 2018   10:42 2743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi berjalan linglung usai Argentina kalah 0-3 dari Kroasia/Foto: sports.inquirer.net

Apa saja material yang harus ada untuk menjadikan sebuah bangunan rumah menjadi kokoh?

Ada banyak material. Namun, syarat utama sebuah bangunan rumah menjadi kuat adalah bila setiap materialnya saling menguatkan, tidak berdiri sendiri-sendiri. Setiap bagian dari rumah bisa menjalankan fungsinya masing-masing dengan sempurna. Bahkan dari hal paling kecil. Semisal ada ruang untuk ventilasi udara. Sebab, tanpa itu, rumah akan gerah dan membuat penghuninya tidak betah.  

Analogi itu kiranya tepat untuk menggambarkan bagaimana penampilan Timnas Argentina di Piala Dunia 2018. Dan, bila memakai analogi itu, kiranya kekalahan 0-3 Argentina dari Kroasia dini hari tadi, sebenarnya sebuah kewajaran.

Ya, mengamati bagaimana komentar-komentar pemain dan pelatih kedua tim jelang pertandingan, saya sudah pesimis dengan peluang Argentina. Saya tidak akan terkejut bila Argentina kalah. Meski saya cukup terkejut dengan kekalahan tiga gol tanpa balas.

Ada apa dengan Argentina?

Jelang pertandingan, pelatih dan pemain-pemain Argentina terkesan sibuk untuk mengangkat kepercayaan diri sang superstar, Lionel Messi. Maklum, pasca kegagalan penalti melawan Islandia yang berujung kegagalan Argentina meraih kemenangan, Messi tengah dalam sorotan. Semua berharap pada Messi.

"Messi mewakili tim dan negara kami. Dia bukan hanya pemain terbaik di lapangan, dia juga kawan terbaik. Dia dalam kondisi bagus dan itu bagus bagi kami," ujar Cristian Ansaldi, bek Argentina yang juga diamini Paulo Dybala.

Cukup sulit untuk menemukan komentar pemain Argentina yang bicara perihal kekompakan tim (bandingkan dengan kesiapan tim Kroasia di paragraf bawah tulisan ini). Meski, sejatinya itu wajar karena dalam beberapa tahun terakhir, memang seperti itulah Argentina. Tim yang bergantung pada performa satu pemain. Dan bila semua pemain tampil apik dan bisa sejiwa dengan Messi, Argentina akan luar biasa.

Masalahnya, ketergantungan kepada Messi itu memunculkan dampak kurang bagus. Messi menjadi lebih tertekan karena seolah hanya dia yang menanggung beban tim. Sementara pemain-pemain lainnya juga belum mampu seirama dengan permainan sang bintang.

Situasi itu terlihat jelas sebelum pertandingan. Di lorong pemain memasuki lapangan, kapten Messi terlihat tegang. Jabat tangan dengan kapten Kroasia, Luka Modric hanya sekadar say hello. Beda dengan bagaimana cairnya Angel Di Maria yang sebelumnya berpelukan dan ngobrol dengan Modric.

Ketika memasuki lapangan, ketika lagu Argentina berkumandang, apa yang dilakukan Messi? Memegangi jidat. Ya, baru ketika sadar kamera menyorot wajahnya, dia menurunkan tangannya. Namun, tidak ada senyuman ceria seperti ketika dia berkostum Barcelona.

Dan, ketika kick off dimulai, semakin terlihatlah bagaimana "bangunan rumah" Argentina. Mereka bermain bukanlah seperti tim. Setiap pemain justru terlihat seperti bermain sendiri. Tidak ada komunikasi yang cair, tidak ada gesture yang semringah. Semua tegang.  

Bila di laga melawan Islandia, Messi yang beberapa kali mendapat bola dan sibuk melepaskan diri dari kawalan pemain-pemain Islandia, kali ini beda. Messi seperti tersisolasi. Sepanjang laga, bisa dihitung dengan jari peluang yang didapatnya. Babak pertama berakhir tanpa gol.

Di babak kedua, baru delapan menit berjalan, sebuah back pass dari bek Argentina, Gabriel Mercado ke kiper Willy Caballero berbuah petaka. Sapuan tak sempurna Caballero disambar Ante Rebic menjadi gol. Tertinggal, Argentina mulai bingung. Apalagi, serangan demi serangan yang dibangun juga gagal menjadi gol. Upaya memasukkan Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala juga tidak mengubah situasi.

Pelatih Argentina, Jorge Sampaoli juga mulai frustrasi di pinggir lapangan. Legenda Argentina, Diego Maradona yang menonton dari tribun, yang di awal laga senyumnya mengembang, kali ini bolak-balik menutupi wajahnya.

Dan, ketika Luka Modric mencetak gol kedua dari sepakan di luar kotak penalti, kamera langsung menyorot wajah Messi yang lemas. Dan, ketika pemain-pemain Kroasia melancarkan serangan balik di akhir babak kedua yang dieksekusi dingin oleh Ivan Rakitic, kaki-kaki pemain Argentina sudah berat untuk bergerak. Argentina pun kalah 0-3.

Dan, seusai laga, Sampaoli yang sudah melepas jasnya dan mengumbar lengannya yang penuh tato, langsung nagcir ke ruang ganti pemain. Messi lantas menyusul tanpa menyapa kawan dan pemain lawan. Bahkan, Rakitic yang telah empat tahun bersamanya di Barcelona, tidak ia sapa.

Penyebab kekalahan Argentina terungkat saat sesi jumpa pers. Sampaoli menyebut Messi tidak mampu tampil optimal di Piala Dunia 2018 karena rekan-rekan setimnya tidak mampu menyatu dengannya.

"Leo is limited because the team doesn't gel with him as ideally as it should," ujar Sampaoli.

Pernyataan Sampaoli itu unik. Unik karena bukankah pemain-pemain yang membela Argentina hasil pilihannya. Termasuk ketika dia tidak memanggil  penyerang tajam Inter Milan, Mauro Icardi.

"Our driving force is Leo, but we couldn't find him. We work as a team to get the ball to Leo, but also the other team works to avoid that," sambung Sampaoli.

Ya, prasangka kita bahwa Argentina hanya tim Messi sentris itu ternyata benar. Sampaoli mengakuinya. Argentina tidak mampu bermain sebagai tim. Mereka tidak memiliki sebuah rumah yang "kokoh". Malah, rumah mereka sudah ambruk.

Bahkan, hal terkecil semisal komunikasi yang cair ketika berada di lapangan yang bila sebuah rumah dilambangkan dengan ventilasi, tidak terlihat. Pantas saja bila Messi tidak bermain senyaman dan segembira dibanding ketika main di Barcelona. Karena memang, Argentina tidak mampu menjadi sebuah rumah yang nyaman baginya.

Situasi itu sangat berkebalikan dengan Kroasia. Jelang laga melawan Argentina, pelatih Kroasia, Zlatko Dalic mengaku menghabiskan waktu setelah latihan dengan bercengkrama bersama pemain-pemainnnya. Dalic mengaku berbicara banyak dengan gelandang Ivan Rakitic. Sebagai rekan setim Messi di Barcelona dalam empat tahun terakhir, Rakitic tentunya paham dengan 'rahasia' permainan Messi.

"Dalam beberapa hari ini, Rakitic akan menjadi asisten saya jelang melawan Argentina. Kami sangat membutuhkan informasi darinya bagaimana cara menghentikan Messi," ujarnya.

Dia juga mengobrol dengan Luka Modric dan Matteo Kovacic yang bermain di Real Madrid dan seringkali berhadapan dengan Messi. "Saya memang suka berkomunikasi dan menerima masukan dari pemain saya," sambung Zlatko Dalic dikutip dari rappler.com.

Dan, komunikasi yang cair itu ternyata berdampak dahsyat. Kroasia mampu menjelma menjadi sebuah tim yang kompak dan saling menguatkan. Selama pertandingan, beberapa kali Dejan Lokvrend berangkulan dengan kiper Subasic ketika berhasil menghalau serbuan Argentina. Begitu pula Modric dan Rakitic yang meski membela klub yang 'bermusuhan', tetapi di Timnas mereka adalah keluarga.

Hal itu yang tidak dimiliki Argentina. Meski banyak dipenuhi pemain bintang, Argentina tidak lebih dari sekumpulan pemain-pemain individu. Mereka belum mampu menjadi keluarga.

Dengan kekalahan ini, Argentina memang belum tersingkir dari Piala Dunia 2018. Namun, peluang mereka untuk lolos ke babak 16 besar kini menipis. Mereka harus menang dengan banyak gol saat melawan Nigeria di pertandingan terakhir Grup D pada 27 Juni mendatang.

Bahkan, kemenangan bisa jadi tidak mampu meloloskan Argentina karena akan bergantung hasil tim lainnya. Di saat bersamaan, Kroasia akan menghadapi Islandia. Islandia sendiri baru akan turun bermain melawan Nigeria pada Jumat malam nanti.

Menarik ditunggu bagaimana nasib Argentina yang akan diketahui pada 27 Juni nanti. Dan, apapun itu, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun