Generasi 90-an yang suka musik, pasti paham dengan band Five Minutes. Sebelum bertransformasi dengan personel baru yang lebih dikenal anak millennial, Five Minutes 'zaman old' pernah terkenal dengan gaya outfit mereka selain lagu-lagu mereka yang enak didengar seperti 'Ouw", Ku Berkhayal" dan juga "Salam Terakhir".
Dalam beberapa kali perform di panggung dan juga penampilan di video klipnya, penampilan Five Minutes identik dengan memakai kain sarung yang dipadukan dengan atasan lengan panjang ataupun jersey basetball. Di tahun-tahun itu, outfit begitu sudah sangat kueren. Â Â
Kenangan Five Minutes dan sarung itu mendadak terlintas di pikiran saya ketika mendapat tantangan nulis "Satu Ramadan Bercerita" dari Kompasiana dengan tema outfit terbaik di bulan Ramadan.
Padahal, di era Five Minutes versi old lagi hits dulu, anak kampung seperti saya belum tahu apa itu makna outfit. Meski, bila diterjemahkan sesuai maknanya yang berarti keseluruhan item fashion yang sedang dikenakan, saya dan kawan-kawan dulu sebenarnya sudah mempraktekkan makna outfit itu. Meski belum sampai pada OOTD alias outfit of the day alias item fashion apa yang sedang dikenakan dihari itu karena setiap hari selama Ramadan ya outfitnya sama.
Ya, bagi kami anak kampung, Ramadan itu sungguh bulan spesial. Bukan hanya karena hampir setiap malam bisa tidur di musholla, lalu melakukan aktivitas seru untuk membangunkan warga di waktu sahur. Yang paling seru, setiap malam, kami bisa "bergaya keren" menuju masjid atau musholla untuk sholat Isya dilanjut Tarawih.Â
Dulu, di kampung saya, sebelum gawai masuk desa, sebelum ada makhluk bernama wi-fi dan sebelum bertaburan warung kopi yang menjadi tempat bertemunya gawai dan wi-fi, sholat tarawih di masjid/musholla menjadi aktivitas paling ditunggu di bulan Ramadan. Musholla penuh sesak. Sampai meluber ke luar musholla. Meski sekampung tetapi rasanya seperti bertemu orang-orang baru yang biasanya jarang bertemu.
Saking semangatnya menunggu waktu tarawih, setelah berbuka puasa, saya dan kawan-kawan seumuran sudah siap menuju masjid dengan outfit kebanggaan masing-masing. Semua item fashion yang dimiliki, disiapkan.Â
Mulai dari sarung paling keren (tepatnya satu-satunya sarung yang dimiliki), baju koko kesayangan, peci warna hitam, dan sandal jepit. Begitulah outfit Ramadan paling keren anak kampung di zaman saya dulu. Kalau pakai outfit itu sudah kayak paling religius di kampung.
Dulu, kami belum tahu apa itu kemeja koko slim fit atau koko lengan panjang untuk tampilan dressed-up dan manly. Kami juga belum mengenal baju koko model Pakistan ataupun gamis pria Zayidan Ghaisan yang populer itu. Apalagi baju koko ala Black Panther yang kini lagi hits.
Yang kami tahu, baju koko kala itu ya cuma satu jenis. Baju koko yang berlengan panjang, berkerah dan punya dua saku di bagian bawa kanan dan kiri serta warnanya tidak mencolok. Palingan warna putih, biru muda atau cokelat muda.Â
Dan memang, di zaman itu, outfit Ramadan untuk anak laki-laki usia belasan tahun yang bisa didapatkan di toko-toko di pasar yang ada di kota saya, modelnya ya hanya seperti itu. Sementara untuk outfit perempuan lebih banyak ragamnya meski modelnya belum sebanyak sekarang. Namun, meski sederhana, tetapi kami merasa paduan sarung, baju koko, kopiah hitam tersebut yang terbaik.