Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Kau Bilang Sayang Ramadan, Ternyata...

30 Mei 2018   16:18 Diperbarui: 30 Mei 2018   16:31 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, kau bilang gembira dengan datangnya Ramadan. Kau bilang sayang dengan Ramadan yang katamu bulan penuh berkah. Ternyata, kau malah menyalahkan Ramadan ketika merasa lemas kala bekerja di siang hari. Kau menuduh Ramadan sebagai penyebab berkurangnya waktu tidurmu karena bangun di waktu sahur.

Dulu, kau bilang antusias dengan datangnya Ramadan. Kau bilang Ramadan menjadi kesempatan untuk berburu pahala karena nilai kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya. Nyatanya, kau terlena dengan pekerjaanmu sehingga untuk sholat pun baru kau kerjakan di akhir waktu. Nyatanya, kau malas mendatangi masjid untuk sholat berjamaah hanya karena alasan capek pulang kerja. Pun, di waktu sepertiga malam, kau malah erat memeluk selimut tidurmu.  

Dulu, kau bilang sayang Ramadan. Kau bilang Ramadan bulan ampunan karena 'pintu-pintu' ampunan dibuka selebar-lebarnya. Ternyata, kau malah menjadi orang yang suka bersikap kasar dan berkata kasar kepada keluargamu. Ternyata kau malah menjadi orang yang mudah marah di jalanan. Hanya karena masalah sepele, kau merasa berhak maki-maki orang lain.

Dulu, kau bilang Ramadan itu momentum untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ternyata, untuk memperhatikan orang tuamu saja kau tidak sempat. Padahal ridho nya orang tua itu sumber ridho nya Allah. Kau juga pelit membagikan sebagian hartamu sebagai wujud mengasihi orang-orang yang lebih membutuhkan. Bahkan, sekadar untuk memenuhi jadwal memberikan takjil di masjid pun kau hanya memberikan seadanya.

Dulu, kau bilang Ramadan itu bulan pengendalian diri, bulan untuk menjaga hati. Yang terjadi, kau hanya berusaha mengendalikan dirimu untuk tidak makan dan minum selama puasa. Sementara lisan mu kau biarkan bebas menggunjing di dunia nyata, jari-jarimu kau biarkan lepas berbicara kasar dan menebar kebencian di dunia maya, hatimu kau biarkan membenci dan menimbun dendam kepada orang lain, pikiranmu kau biarkan berprasangka buruk terhadap orang lain tanpa tahu kebenaran dari apa yang kau pikirkan.

Dulu, kau bilang Ramadan itu bulan untuk intropeksi diri. Namun, mengapa kau malah terlalu gemar menilai orang lain. Ketika ada orang bersedekah dan memberikan santunan pada anak yatim, kau malah dengan mudah berujar nyinyir "kemarin-kemarin ke mana kok baru sekarang". Ketika ada orang rajin beramal, kau lantas menyebutnya riya, pamer atau apa lha.

Dulu, kau bilang cinta Ramadan. Kau bilang Ramadan bulan mulia karena Al-Quran yang mulia diturunkan di bulan ini. Ternyata, selama Ramadan kau enggan membacanya, kau malas menngambil hikmah darinya. Kau malah lebih asyik membuka layar gawai mu. Ketika suara lantunan Al-Quran terdengar dari masjid dan surau seusai sholat tarawih, kau malah duduk manis di warung kopi dengan gawai mu itu.

Dulu, kau bilang gembira dengan datangnya Ramadan. Kau bilang Ramadan bulan "iqro", bulan membaca dan kesempatan memperluas ilmu. Nyatanya, kau tak pernah khusyu mendengarkan ceramah-ceramah singkat di sela sholat tarawih. Pun, ketika khotib sholat Jumat menyampaikan khotbahnya, kau masih saja sibuk memperhatikan gawai mu atau asyik tidur tanpa tahu pesan yang disampaikan.

Dulu kau bilang sayang Ramadan. Kau bilang Ramadan bulan penuh hikmah. Kau bilang Ramadan menjadi kesempatan bagi dirimu untuk berubah menjadi manusia yang lebih bijak. Kenyataannya, kamu masih senang membagi-bagikan berita bohong di sosial mediamu. Lalu, kau dengan mudahnya bilang "dari grup sebelah" ketika orang mempertanyakan kebenaran kabar yang kau bagikan.

Ah, semoga kau benar-benar bisa menyayangi Ramadan. Mumpung Ramadan belum pergi meninggalkanmu. Mumpung masih ada waktu untuk membuktikan bila kau memang sayang Ramadan. Karena, kau tidak pernah tahu bila Ramadan tahun ini adalah Ramadan terakhirmu.

Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun