Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Merasa Jumawa, Pertanda Kejatuhan Real Madrid?

26 Mei 2018   13:59 Diperbarui: 26 Mei 2018   14:46 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak alasan untuk lebih menfavoritkan Real Madrid ketimbang Liverpool di final Liga Champions edisi 2018 yang akan digelar di Kota Kyiv, Ukraina, Sabtu (26/5/2018) malam waktu setempat atau Minggu (27/5/2018) waktu Indonesia.

Ya, banyak hal. Mulai dari predikat Real Madrid sebagai juara bertahan dan kini tengah memburu gelar ketiga beruntun, lalu seringnya mereka tampil di final Piala/Liga Champions (final nanti merupakan yang keempat dalam lima tahun terakhir). Bahkan, sejak turnamen ini bernama Champions League menggantikan nama lawas Europan Cup mulai musim 1992/93, Real Madrid selalu bisa juara dalam enam kali penampilan di final.

Belum lagi cara mereka mencapai final dengan menumbangkan tiga tim kuat juara liga, PSG (juara Ligue 1 Prancis) di babak 16 besar, Juventus (juara Serie A Italia) di perempat final dan Bayern Munchen (juara Bundesliga Jerman) di semifinal. Alasan semakin bertambah panjang bila menyebut kelebihan pelatih, pemain dan alasan-alasan lainnya.

Dari sisi pengalaman menghadapi nuansa final, Real Madrid jelas lebih unggul dibandingkan dengan Liverpool yang akan kembali tampil di final setelah 11 tahun 'kehilangan peta' menuju laga puncak dan tidak pernah lagi juara dalam 13 tahun. Belum lagi penampilan Liverpool yang angin-anginan di Liga Inggris musim 2017/18, hingga pemain-pemain Liverpool yang tidak semuanya istimewa di setiap lini bila dibandingkan dengan Real Madrid.     

Pendek kata, bila mengacu pada hal-hal tersebut, Madrid layak lebih difavoritkan untuk kembali juara. Malahan, ada yang menyebut Madrid bakal menang telak seperti saat mereka mengalahkan Juventus 4-1 di final tahun lalu.  

Hanya saja, patut diingat bahwa sepak bola bukan hanya urusan di atas kertas. Meski tidak sering terjadi, tetapi kejutan acapkali muncul, Termasuk di final Champions. Sejarah bicara, tahun 1996 silam, sekumpulan anak-anak muda di tim Ajax Amsterdam, berhasil menumbangkan superioritas Milan yang kala itu berstatus juara bertahan dan tiga musim beruntun hadir di final. Atau juga kejutan Borussia Dortmund di musim 1997 saat mengalahkan Juventus yang sangat diunggulkan bakal juara dengan pemain-pemain top macam Zinedine Zidane, Alessandro Del Piero, Christian Vieri dan dilatih pelatih top, Marcello Lippi.

Bukan tidak mungkin, superioritas Madrid kini akan menjadi senjata makan tuan bagi mereka. Madrid akan lengah dan merasa jumawa karena lebih difavoritkan. Dan memang, aura final kali ini memang berbeda dengan final-final sebelumnya.

Ketika mengalahkan Juventus tahun lalu, Madrid merasa lawannya seimbang sehingga mereka menyambut pertandingan dengan sikap benar dan berhati-hati, termasuk dalam mengeluarkan pernyataan. Begitu juga di final 2014 dan 2016 saat bertemu tim sekota Atletico Madrid. Cristiano Ronaldo dkk tidak berani jumawa karena Atletico merupakan lawan ulet dan sering mengalahkan mereka di Liga Spanyol.

Namun, menghadapi Liverpool, rasanya berbeda. Ada banyak 'jebakan' yang bisa membuat Real Madrid meremehkan Liverpool. Dan kenyataannya memang begitu. Simak bagaimana komentar kapten Madrid, dalam sesi jumpa pers jelang laga.

Menurut Ramos, Madrid telah mengalahkan tiga tim hebat dalam perjalanan menuju final sehingga mereka layak mendapatkan respek dari banyak orang. Menariknya, ketika menyebut tim-tim yang lebih hebat itu, Ramos menyebut ketiganya bukan tim yang hanya mengandalkan tiga penyerang, tim yang tidak mudah menyerah dan punya pelatih hebat, yang seolah menyindir Liverpool. 

"Mereka itu tim kuat bermental tangguh yang bukan hanya mengandalkan tiga penyerang (merujuk Mo Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane di Liverpool," ujar Ramos.

Dan, ketika dimintai pendapatnya tentang perbandingan Ronaldo dan Moh Salah, Ramos menyebut pemain yang levelnya sepadan dengan Ronaldo hanyalah Messi. Salah disebutnya harus berjuang lebih keras bila ingin disamakan dengan mereka.

"Ada pemain yang memang sangat bagus dan ada yang hanya tampil bagus di tiga pertandingan lalu disebut pemain bagus. Meski, dia punya kesempatan (di level Ronaldo) bila terus tampil bagus dalam beberapa tahun ke depan," sambung Ramod.

Hanya Ramos yang tahu makna ucapannya itu. Aoakah sekadar bentuk psy war sebelum final nanti. Ataukah memang dia merasa jumawa bahwa Madrid diatas Liverpool dan akan dengan mudah meraih kemenangan.

Bila kejumawaan itu yang muncul, Madrid perlu hati-hati. Bukankah kecongkakan acapkali mendahului kehancuran. Kalau kata orang Jerman, "hochmut kommt vor dem fal" alias kesombongan datang mendahului kejatuhan.

Saya pernah membaca ulasan menarik yang menganalogikan bahwa pada dasarnya hati manusia itu sepeti layan-layang yang ingin hidup bebas tanpa peduli nasihat. Nasihat acapkali dianggap kekangan. Padahal, nasihat ibarat benang yang bisa membuat layang-layang berhasil terbang mengangkasa.

Nah, ketika layang-layang itu ingin terbang sesuka hati, terutama membuat pilihan manuver ke arah yang salah, benang lah yang menariknya untuk tetap berada di jalur yang benar. Ya, saat hati mulai jumawa karena merasa yang terkuat, "benang nasihat" akan membuat "layang-layang" kembali rendah hati. Dan di pertandingan final, benang nasihat itu adalah kekalahan. 

Dan, bicara kekalahan di final Liga/Piala Champions, Real Madrid kali terakhir merasakannya di edisi final tahun 1981. Anda tahu siapa yang mengalahkan Madrid kala itu? Liverpool ! Kala itu, Liverpool menang 1-0. Mungkinkah sejarah berulang di Kyiv? Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun