Dan, ketika dimintai pendapatnya tentang perbandingan Ronaldo dan Moh Salah, Ramos menyebut pemain yang levelnya sepadan dengan Ronaldo hanyalah Messi. Salah disebutnya harus berjuang lebih keras bila ingin disamakan dengan mereka.
"Ada pemain yang memang sangat bagus dan ada yang hanya tampil bagus di tiga pertandingan lalu disebut pemain bagus. Meski, dia punya kesempatan (di level Ronaldo) bila terus tampil bagus dalam beberapa tahun ke depan," sambung Ramod.
Hanya Ramos yang tahu makna ucapannya itu. Aoakah sekadar bentuk psy war sebelum final nanti. Ataukah memang dia merasa jumawa bahwa Madrid diatas Liverpool dan akan dengan mudah meraih kemenangan.
Bila kejumawaan itu yang muncul, Madrid perlu hati-hati. Bukankah kecongkakan acapkali mendahului kehancuran. Kalau kata orang Jerman, "hochmut kommt vor dem fal" alias kesombongan datang mendahului kejatuhan.
Saya pernah membaca ulasan menarik yang menganalogikan bahwa pada dasarnya hati manusia itu sepeti layan-layang yang ingin hidup bebas tanpa peduli nasihat. Nasihat acapkali dianggap kekangan. Padahal, nasihat ibarat benang yang bisa membuat layang-layang berhasil terbang mengangkasa.
Nah, ketika layang-layang itu ingin terbang sesuka hati, terutama membuat pilihan manuver ke arah yang salah, benang lah yang menariknya untuk tetap berada di jalur yang benar. Ya, saat hati mulai jumawa karena merasa yang terkuat, "benang nasihat" akan membuat "layang-layang" kembali rendah hati. Dan di pertandingan final, benang nasihat itu adalah kekalahan.Â
Dan, bicara kekalahan di final Liga/Piala Champions, Real Madrid kali terakhir merasakannya di edisi final tahun 1981. Anda tahu siapa yang mengalahkan Madrid kala itu? Liverpool ! Kala itu, Liverpool menang 1-0. Mungkinkah sejarah berulang di Kyiv? Salam.