Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tak Berjualan Selama Ramadan, Abang Bakso "Paling Kaya" Ini Pilih Beribadah Puasa di Kampung

25 Mei 2018   20:40 Diperbarui: 25 Mei 2018   20:53 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar menyikapi pro kontra warung buka di bulan Ramadan dari tukang bakso (Dok. Pribadi)

Bagaimana pendapat sampean (Anda) perihal warung yang masih buka/berjualan di siang hari di bulan puasa Ramadan? Menurut sampean apakah hal itu boleh-boleh saja ataukah seharusnya tutup selama Ramadan?

Keberadaan warung yang masih berjualan di siang hari saat Ramadan memang acapkali menjadi pro kontra yang seolah tiada habisnya. Polemik yang berulang setiap tahun. Apalagi, selama ini tidak ada aturan khusus soal kewajiban tutup bagi tempat makan di bulan Ramadan. Pemerintah menyerahkan kepada masing-masing daerah untuk memiliki aturan sendiri.

Umumnya, mereka yang pro warung makan harus tutup, didasari harapan agar para pemilik warung menghormati masyarakat yang tengah menjalankan puasa. Toh, dalam poin peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah, biasanya diatur bahwa di sore hari jelang berbuka puasa, para pemilik warung bisa kembali berjualan hingg waktu sahur.

Sementara mereka yang kontra berpendapat bila tidak boleh berjualan, bagaimana para pemilik warung itu bisa mendapatkan penghasilan sementara memang masih ada pembeli yang tengah tidak beribadah puasa. Toh, orang yang benar-benar niat berpuasa, tidak akan tergoda hanya karena ada warung buka.  

Malah, saat ini, kategori warung yang buka di saat Ramadan bukan hanya warung makan. Justru yang banyak adalah warung kopi yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan. Meski warungnya tidak dibuka secara frontal karena separoh bagian ditutup alat penutup, tetapi tetap saja menarik minat pelanggan.

Lalu, bagaimana jalan keluarnya?

Menyikapi polemik ini, saya teringat dengan abang bakso yang berjualan di kawasan kompleks perkantoran di Pemerintah Kota Surabaya. Namanya, Imam Baihaqi. Usianya sepantaran dengan saya. Dia merupakan perantau dari Kediri yang sudah lebih dari 10 tahun berjualan bakso di Surabaya.

Dulu ketika masih bekerja sebagai staf di salah satu instansi di Pemkot Surabaya, saya cukup sering bercakap-cakap dengan dia di sela menyantap semangkok baksonya seusai sholat di masjid. Lokasi berjualannya memang berada di samping masjid.

Yang bikin saya kagum, setiap kali adzan berkumandang, Imam Baihaqi akan langsung melangkah ke masjid. Mengambil wudhu lantas sholat. Tak peduli tengah ada beberapa orang yang sedang menikmati bakso di bangku gerobak baksonya dan semuanya juga belum membayar. Bahkan, orang yang hendak membeli bakso, ia persilahkan untuk mengambil sendiri.

Padahal, yang membeli baksonya bukan hanya orang-orang yang bekerja di pemkot yang sering berjumpa dengannya. Namun, juga orang-orang yang baru datang ke pemkot karena ada keperluan. Nah,kalau orang-orang itu punya niat nggak bener bisa saja mereka langsung kabur setelah menyantap bakso dan tanpa membayar.

Terkait hal itu, saya pernah menanyakan kepada dia, apakah tidak khawatir bila orang-orang itu sengaja tidak membayar dan kabur ketika dirinay sedang sholat. "Sing penting sholat sek mas, rezeki wes ono sing ngatur (yang terpenting sholat dulu mas, rezeki sudah ada yang mengatur," ujarnya sembari tersenyum.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun