Tim putri Indonesia akan menghadapi pertandingan penting menghadapi tim putri Tiongkok di pertandingan terakhir babak penyisihan Grup D Piala Uber 2018 di Bangkok, Thailand, Rabu (23/5/2018) pagi waktu setempat. Kedua tim sudah memastikan lolos ke perempat final setelah sama-sama meraih dua kemenangan di dua pertandingan sebelumnya.
Lalu, apa makna penting dari pertandingan yang bolehlah bila disebut sebagai "big match" merujuk rivalitas panjang kedua negara di Piala Uber? Bagi tim putri Indonesia, perjumpaan menghadapi Tiongkok kali ini bukan sekadar demi memperebutkan posisi juara Grup D. Namun, ada yang lebih penting.
Bahwa, kemenangan atas Tiongkok akan membuat mental tanding dan tingkat kepedean Greysia Polii dkk melonjak. Kemenangan atas "top skor" juara Piala Uber dengan jumlah gelar 14 kali ini sekaligus menjadi ukuran kemampuan Indonesia untuk memburu gelar Piala Uber keempat di Bangkok.
Mengapa?
Karena sepanjang sejarah penyelenggaraan Piala Uber, Tiongkok acapkali menjadi tembok tebal bagi Indonesia. Pertandingan hari ini merupakan pertemuan ke-15. Nah, di 14 pertemuan sebelumnya, Indonesia kalah 12 kali dari Tiongkok. Termasuk tiga kekalahan di final 1986, 1998 dan 2008.
Pertemuan terakhir di Piala Uber terjadi di edisi 2012 yang digelar di Wuhan, China. Kala itu, Indonesia takluk 5-0 dari China. Di tim sekarang, hanya ada Nitya Kriishinda Maheswari yang masuk dalam tim tahun 2012 tersebut berpasangan dengan Anneke Agustin. Sementara di tim Tiongkok masih ada Li Xuerui.
Total, Indonesia hanya pernah menang dua kali atas China. Menariknya, dua kemenangan atas Tiongkok itu berujung gelar Piala Uber. Tahun 1994 di Jakarta ketika Mia Audina jadi penentu kemenangan Indonesia 3-2 dan tahun 1996 di Hongkong saat Susy Susanti, Mia Audina, Finarsih/Lili Tampi dan Meulawati mendominasi Tiongkok lewat kemenangan 4-1 di final.
Bagaimana kali ini?
Memang, peta Piala Uber tahun ini bukan hanya tentang Tiongkok. Justru Jepang yang menjadi unggulan pertama dan diperkuat pemain rangking top 10 dunia. Juga jangan lupakan Korsel yang merupakan finalis Piala Uber 2016 dan menghentikan Indonesia di perempat final. Namun, bila dibandingkan dengan dua tahun lalu, tim putri Indonesia kini menunjukkan progres bagus. Progres itu yang membuat Indonesia tidak masalah bicara gelar.
Faktanya, di pertemuan terakhir menghadapi Tiongkok di Badminton Asia Team Championship 2018 yang digelar di Alor Setar, Malaysia pada Februari lalu, Indonesia berhasil menang 3-2. Tiga poin Indonesia kala itu disumbangkan Fitriani, Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta. Ketiganya akan kembali menjadi harapan Indonesia untuk meraih poin di pertandingan hari ini.
"Melawan Tiongkok kami akan melakukan yang terbaik dan kami mau maksimal. Formasi kami lihat sesuai kebutuhan dan head to head. Secara kekuatan, kami mau yang terbaik, tetapi juga melihat kondisi atlet. Karena kondisi akan mempengaruhi," ujar Susy Susanti yang kini menjabat manajer tim Piala Thomas dan Uber Indonesia 2018 seperti dikutip dari badmintonindonesia.org
Fitriani yang kembali main sebagai tunggal pertama, akan menghadapi Chen Yufei. Di BATC 2018, Fitriani berhasil mengalahkan Chen Yufei. Lalu Greysia/Apriani akan menghadapi ganda ranking 1 dunia, Chen Qingchen/Jia Yifan. Di pertandingan ketiga, Gregoria Mariska akan bertemu Gao Fangjie. Lalu, Della/Rizki menghadapi Huang Yaqiong/Tang Jinhua. Di pertandingan kelima, Ruselli Hartawan akan menantang juara Olimpiade 2012, Li Xuerui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H