Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lewat Sahur, Kita Diingatkan Semakin Berumur

18 Mei 2018   18:25 Diperbarui: 18 Mei 2018   18:41 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keseruan sahur zaman now, bangunin bocah-bocah ikutan sahur/Foto pribadi

"Makan sahur di New York, hanya berdua dengan anak di apartemen. Tidak ada kemeriahan acara teve tak ada suara tarkhim dari masjid, tak ada sahur keliling. Wahai, alangkah enak dan indah kehangatan beribadah puasa di Indonesia. Berpuasa di Indonesia terasa lebih religius dan nikmat".

Begitu postingan tulisan Prof Mohammad Mahfud MD di akun Instagramnya, Kamis (17/5) dini hari kemarin. Prof Mahfud memang menikmati sahur pertama bulan Ramadan tahun ini di New York. Beliau ada di Amerika Serikat untuk menemani putranya, Royhan Akbar yang diwisuda di Columbia Law School bidang hukum bisnis internasional. Dari fotonya, sahurnya Prof Mahfud memang "sepi". Berdua saja.

Pak Prof seperti mengungkapkan kerinduan sekaligus penegasan bahwa berpuasa di Indonesia itu terasa lebih nikmat. Sampean (Anda) yang pernah merasakan berpuasa di luar negeri, mungkin sependapat dengan pendapat Prof Mahfud. 

Bagi saya yang sedari kecil mengenal puasa di sini, bila dikomparasikan dengan curhatan beberapa kawan yang kebetulan tinggal di luar negeri, memang ada nuansa yang bikin mereka kangen. Salah satunya nuansa ketika sahur.

Di sini, ada cukup banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan ketika sahur. Aktivitas seru di waktu sahur itu bahkan dilakukan turun-temurun sehingga bisa menjadi ajang nostalgia masa lalu. Kita seolah diajak kembali mengingat masa lalu. Maksudnya, dengan merasakan momen seru di waktu sahur, kita bisa tersadar bahwa kita semakin bertambah umur.  

Keseruan Waktu Sahur, Dulu dan Sekarang

Dan memang, bicara keseruan di waktu sahur, makna seru itu bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Seru itu bisa bergantung dari domisili tempat tinggal apakah di kampung atau di kompleks perumahan, status masing-masing apakah masih bujang atau berkeluarga hingga usia.  

Dulu sewaktu masih bersekolah SD, bisa berkeliling kampung membangunkan sahur warga dengan membunyikan alat-alat seadanya yang penting bisa bunyi, menjadi keseruan di waktu sahur yang paling memacu adrenalin. Tak peduli gelap atau bahkan melewtai tempat-tempat yang konon katanya angker. 

Atau juga keseruan sekadar membangunkan sahur dari pengeras di mushola setelah 'menginap' semalaman bareng teman-teman. Lalu, ketika televisi masih menayangkan acara-acara seru di waktu sahur, bisa makan sahur bareng keluarga di depan tivi sembari mencoba bolak-balik menelpon nomor kontak acara kuis berhadiah walaupun tidak bisa tersambung, itu sudah menjadi keseruan luar biasa.

Bagi saya, keseruan-keseruan itu kini hanya tinggal kenangan dan tidak bisa diulang. Bukan hanya karena saya tidak lagi tinggal di kampung, tetapi suasana di kampung sekarang pun sudah tidak ada lagi acara sahur seru seperti waktu masih bocah dulu. Yang masih bertahan hingga kini palingan suara membangunkan orang sahur yang bersahut-sahutan dari pengeras suara masjid atau mushola.

Momen Sahur Paling Seru di Zaman Now

Meski begitu, waktu sahur itu ternyata sangat bijak. Dia bisa mengingatkan kita tentang umur yang semakin bertambah. Rasanya seperti baru kemarin bisa seru-seruan di waktu sahur bareng teman-teman sepermainan, tahu-tahu kini usianya sudah kepala dua, tiga atau bahkan empat puluhan.

Rasanya baru kemarin ketika bangun di waktu sahur dalam kondisi masih mengantuk usai dibangunkan ibu, lalu cukup cuci muka dan langsung makan karena masakan ibu sudah siap di meja makan. Kini, kita sudah berada di posisi "ibu dulu" yang harus bangun pagi demi menyiapkan maka sahur dan merasakan sulitnya membangunkan anak-anak untuk ikut makan sahur.

Si kakak yang kini kelas 1 SD, memang mulai ikutan puasa maghrib. Tahun lalu pun dia sudah ikutan sahur dan belajar puasa. Dan, tentu saja, membangunkan bocah hampir 7 tahun ini butuh 'strategi khusus'. Dari mulai mengatur jam tidurnya agar tidak terlalu malam, hingga menyiapkan menu sahur yang membuatnya bisa 'melek' dan bersemangat makan sahur. Lantas, ikut berjamaan sholat Shubuh di masjid. Ah, itu momen sahur paling seru.

Toh, meski sudah tidak mungkin lagi ikut road show bangunin orang sahur, kita masih bisa menciptakan sahur seru di era kekinian versi masing-masing. Semisal serunya menyiapkan menu sahur bareng istri. Atau juga serunya membangunkan anak-anak untuk ikut bangun sahur karena sudah bolak-balik dibangunin tetapi tetap nempel di kasur.

Lantas, kita membayangkan seperti merekalah lah pas kita kecil dulu. Ya, keseruan waktu sahur memang bisa mengingatkan kita, bahwa kita semakin berumur. Selamat menikmati Ramadan tahun ini. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun