Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengenal Thomas Tuchel, Pelatih Baru Paris Saint Germain

17 Mei 2018   23:41 Diperbarui: 18 Mei 2018   09:53 2761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuchel berhasil memoles Aubameyang menjadi mesin gol/Foto: Sportbild.bild.de

Karier Tuchel semakin melejit kala ditunjuk menggantikan Juergen Klopp di Borussia Dortmund di tahun 2015. Dan yang paling membuat banyak maajemen klub tertarik adalah kegemarannya dalam memainkan sepak bola ofensif. Di awal melatih Dortmund di musim 2015/16, Tuchel memakai formasi menyerang, 4-2-3-1, 4-3-3, 3-4-3 dan meraih 11 kemenangan beruntun di awal kompetisi.

Sayangnya, strategi menyerang itu gagal membuahkan trofi. Selain hanya jadi runner up Bundesliga, Dortmund juga kalah adu penalti di final DFB Pokal dari Bayern Munchen. Baru di musim 2016/17, Tuchel membawa Dortmund juara DFB Pokal yang menjadi trofi pertamanya sebagai pelatih. Satu kreasi Tuchel adalah striker Pierre Emerick Aubameyang yang mencetak 56 gol dalam 63 penampilan.

Tuchel berhasil memoles Aubameyang menjadi mesin gol/Foto: Sportbild.bild.de
Tuchel berhasil memoles Aubameyang menjadi mesin gol/Foto: Sportbild.bild.de
Nah, filosofi menyerang ini yang pada akhirnya membuat Presiden PSG, Nasser al-Khelaifi menjatuhkan pilihan kepada Tuchel dibanding beberapa kandidat lainnya seperti Antonio Conte. "Thomas merupakan salah satu pelatih paling kompetitif di Eropa saat ini. Dia akan membawa klub ini ke posisis tertinggi dalam beberapa tahun ke depan," ujar Nasser Al-Khelaifi, dikutip dari Marca.com.

PSG juga bakal diuntungkan dengan kemampuan Tuchel memoles pemain muda. Dengan kelebihan Tuchel ini, PSG ke depannya sangat mungkin bisa menjadi tim yang tidak lagi boros belanja pemain karena pemain-pemain muda mereka bakal diorbitkan sebagai pemain bintang.

Dan, bila ingin PSG sukses (menjuarai Liga Champions), Nasser al-Khelaifi wajib memberikan ruang bebas bagi Tuchel untuk meramu strategi dan memimpin pemain. Sebab, media Jerman, Deutsche Welle dalam artikel berjudul "Thomas Tuchel, A talented but difficult coach" menyebut Tuchel sangat anti "disetir" manajemen. Alasan itu yang membuatnya enggan menerima pinangan Bayern Munchen.

Bagaimana PSG di era Thomas Tuchel? Ah, era baru memang selalu memunculkan rasa penasaran. Ada harapan baru apakah sang pelatih anyar mampu membuat cerita yang lebih keren di PSG di musim depan. Fans dan simpatisan PSG pastinya berharap begitu. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun