Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Asa "Move On" Dua Ganda Campuran Baru Indonesia

19 Januari 2018   08:25 Diperbarui: 19 Januari 2018   13:10 1973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda campuran baru Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, belum berhasil di Malaysia Masters/Foto: www.pbdjarum.org

Beranjak dari masa lalu dan mencoba move on di tahun 2018. Itu yang ingin dicapai Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) kala melakukan bongkar pasang ganda campuran di akhir tahun 2017 lalu. Pasangan Praveen Jordan dan Debby Susanto yang dalam beberapa tahun terakhir bergantian menjaga marwah ganda campuran Indonesia bersama Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, "diceraikan".

Praveen Jordan coba dipasangkan dengan Melati Daeva Oktavianti, pemain ganda campuran yang sebelumnya berpasangan dengan Alfian Eko Prasetyo. Keduanya juga pernah tampil bareng di ajang PON 2016 dan meraih medali emas untuk Jawa Tengah. Sementara Debby Susanto dipasangkan dengan Ricky Karanda yang sebelumnya bermain di nomor ganda putra.

Capaian yang diraih Praveen/Debby selama tahun 2017 dinilai tidak sesuai harapan. Simak bagaimana komentar pelatih ganda campuran Indonesia, Richard Mainaky yang mengaku punya harapan untuk sering melihat Praveen/Debby bertemu Tontowi/Liliyana di final-final laga Super Series/Premier 2017. Nyatanya mereka hanya sekali juara di Korea Open. Selebihnya gagal ke final. Bahkan, di China Open dan Hongkong Open, Praveen/Debby langsung tersingkir di putaran pertama.

Kisah Ricky Karanda juga tidak beda jauh. Sempat berada di rangking 8 dunia bersama Angga Pratama, prestasi mereka anjlok di 2017. Capaian tertinggi hanyalah finalis India Open. Bahkan, pelatih ganda putra, Herry Imam Pierngadi menyebut keduanya sudah tidak klik lagi. Jadilah Ricky "dibanting stir" ke ganda campuran.

Belum berhasil di Malaysia Masters

Tapi itu cerita lama. Tahun 2018 ini, ganda campuran baru Indonesia ini ingin membuka lembaran baru. Mereka ingin move on dari kisah kurang manis di 2017. Namun, move on terkadang tidak segampang diucapkan. Nyatanya, keinginan move on dua ganda campuran Indonesia dengan meraih hasil bagus di turnamen pertama mereka di 2018, Malaysia Masters, gagal kesampaian.

Ricky Karanda/Debby Susanto yang mengawali Malaysia Masters dari babak kualifikasi, terhenti di R1. Setelah menang atas ganda Malaysia, Hoo Pang Ron/Peck Yen Wei di kualifikasi, Ricky/Debby kalah dari unggulan 2 asal Hongkong, Tang Chun Man/Tse Ying Suet dengan skor ketat, 19-21, 19-21.

Ricky Karanda/Debby Susanto, masih bisa lebih baik lagi di Indonesia Masters/Foto: sports.okezone.com
Ricky Karanda/Debby Susanto, masih bisa lebih baik lagi di Indonesia Masters/Foto: sports.okezone.com
Meski kalah, skor ketat itu jadi bukti bahwa Ricky/Debby sebenarnya punya potensi untuk berkembang. Apalagi, lawan mereka terbilang berat. Tang Chun Man/Tse Ying Suet kini menjadi salah satu ganda campuran yang dijagokan bisa meraih gelar di nomor ini. Tahun 2017 lalu, Tang/Tse meraih gelar di Denmark Open Super Series dengan mengalahkan ganda ranking 1 dunia asal China, Zheng Siwei/Chen Qingchen. Mereka juga jadi finalis World Super Series Finals di penghujung tahun.

Sementara Praveen Jordan dan Melati Daeva terhenti di R2 (babak 16 besar). Mereka takluk dari ganda Tiongkok, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, 16-21, 12-21, Kamis (18/1). Sebelumnya di round 1, Praveen/Melati menang atas ganda Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino 25-23, 21-16.

Semoga lebih baik di Indonesia Masters

Menurut saya, meski gagal lolos ke perempat final di Malaysia Masters, tetapi sebagai pasangan baru, start dua ganda campuran Indonesia di tahun 2018, juga tidak terlalu jelek. Malaysia Masters tidak seharusnya menjadi penghakiman bagi keduanya. Saya lebih suka menunggu bagaimana progress keduanya. Saya lebih suka menyebut mereka belum berhasil.

Pekan depan, Praveen/Melati dan Ricky/Debby akan tampil di Indonesia Masters 2018. Turnamen yang akan digelar di Istora Senayan dan bakal ditayangkan langsung oleh Kompas TV sejak fase perempat final inilah yang baru bisa dijadikan parameter untuk mengukur kemampuan keduanya. Tentunya ada harapan agar keduanya bisa meraih hasil lebih bagus di rumah sendiri. Semoga mereka bisa move on dari hasil kurang bagus di Malaysia Masters 2018.

Kalaupun nantinya masih belum bisa meraih hasil bagus sesuai harapan, kembali lagi ke tulisan di atas bahwa move itu terkadang tidak mudah. Bahwa, untuk sukses terkadang harus lebih dulu sabar menunggu. Meski, ada juga yang bisa langsung berhasil. Contohnya ganda campuran Tiongkok, Zheng Siwei/Huang Yaqiong yang mengalahkan Praveen/Melati di Malaysia Masters.

Berkaca dari sukses cepat ganda campuran baru Tiongkok

Siwei/Yaqiong juga merupakan pasangan yang baru dipasangkan sejak November 2017. Penggemar bulu tangkis pastinya tahu, Siwei sebelumnya berpasangan dengan Chen Qingchen dan berstatus ganda campuran nomor satu dunia. Sementara Yaqiong berpasangan dengan Lu Kai dan berperingkat tiga besar dunia.

Nah, karena Siwei/Qingchen dianggap beberapa kali gagal, seperti di Kejuaraan Dunia, Indonesia Open dan France Open (semuanya kalah di final dari Tontowi/Liliyana) lalu jadi runner up Denmark Open (kalah dari Tang Chun Man/Tse Ying Suet), Federasi bulutangkis Tiongkok pun memutuskan untuk memisah mereka. Kebetulan Lu Kai tengah cedera. Maka, Siwei dipasangkan dengan si manis Yaqiong dan "dora" Qingchen difokuskan di ganda putri bersama Jia Yifan.

Hasilnya, Tiongkok langsung memetik hasil manis dari keputusan bongkar pasang itu. Siwei/Yaqiong langsung juara di Macau Open Grand Prix pada awal November yang menjadi debut mereka. Kemudian juara lagi di China Open Super Series Premier dan Hongkong Open Super Series yang kualitasnya jelas lebih di atas Macau Open. Di final, mereka dua kali mengalahkan ganda Denmark, Mathias Christiansen/Christinna Pedersen. Di China Open, ganda Denmark ini mengalahkan Tontowi/Liliyana di perempat final.

Zheng Siwei/Huang Yaqiong, baru dipasangkan tapi langsung sukses/Foto: http://slide.sports.sina.com.cn
Zheng Siwei/Huang Yaqiong, baru dipasangkan tapi langsung sukses/Foto: http://slide.sports.sina.com.cn
Raihan tiga gelar tersebut membuat Siwei/Yaqiong pantas diwaspadai ganda campuran Indonesi. Apalagi, usia keduanya masih sangat muda. Tahun ini, pasangan yang sama-sama lahir di bulan Februari ini akan berusia 21 tahun (Siwei) dan Yaqiong berusia 24 tahun.

Keberanian Tiongkok dalam membongkar pasang ganda campuran terbaik mereka ternyata langsung membuahkan hasil hebat dengan meraih hat-trick juara (tiga kali berurutan). Sementara kita sepertinya masih harus bersabar menunggu kabar sukses dua ganda campuran baru Indonesia.

Ah, semoga ganda campuran kita bisa mengevaluasi kekurangan di Malaysia Masters untuk meraih hasil lebih baik di Indonesia Masters pekan depan. Semoga.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun