Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kemenangan Bisnis Ala Liverpool

10 Januari 2018   08:34 Diperbarui: 11 Januari 2018   11:23 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luis Suarez dan Philippe Coutinho, jadi bukti kecerdasan 'bisnis' LIverpool. Dua alumni Liverpool ini kembali bereuni di Barcelona/Liverpoolfc.com

Generasi penyuka bola zaman now rasanya sedikit saja yang tahu cerita kejayaan Liverpool, sang juara 18 kali Liga Inggris. Maklum, sudah lama berlalu, saat Liverpool kali terakhir memenangi Liga Inggris pada musim 1989/90. Bahkan, Liga Inggris kala itu masih menggunakan nama lama, "first division". Baru setelah itu, era Premier League dimulai.

Bicara 'malasnya' (untuk tidak menyebut susahnya) Liverpool meraih gelar di Liga Inggris, seorang kawan Liverpudlian memiliki resolusi menarik pada pergantian tahun kemarin. Sebagai fans Liverpool, dia tidak punya harapan muluk-muluk. "Semoga Tuhan menjaga kesetiaanku untuk tidak berpaling dari Liverpool," tulis kawan tersebut di akun media sosialnya.

Ya, memang tidak mudah menjadi Liverpudlian. Sejak era Premier League dimulai musim 1992/93, sejak itu pula, fans Liverpool harus bersabar setiap tahunnya menjadi penonton tim lain merayakan gelar. Toh, masih ada banyak Liverpudlian yang kecintaannya pada Si Merah tidak pernah luntur, sampai sekarang.

Meski belum bisa meraih trofi Premier League, Liverpool punya kelebihan yang tak dimiliki semua klub. Liverpool itu seperti 'sangkar' nyaman yang membuat 'burung' yang berada di dalamnya, bisa bersiul indah. Liverpool itu rumah yang nyaman bagi pemain (meski tidak semua pemain merasakannya). Beberapa pemain bagus yang sempat terpuruk di klub lamanya, lantas bisa bersinar di Liverpool. Apalagi pemain yang sebelumnya sudah hebat, semakin menjadi-jadi bersama kostum merah.

Hebatnya, ada beberapa nama tenar yang direkrut Liverpool dengan harga tidak terlalu tinggi (untuk tidak menyebut murah) lantas kemudian dijual dengan harga selangit karena tampil luar biasa. Contoh paling nyata adalah pembelian Raheem Sterling Raheem Sterling pada Februari 2010 silam.

Kala itu, Sterling yang berusia 16 tahun, didapatkan dari akademi klub Queens Parks Ranger dengan fee transfer 600 ribu pounds. Setelah disekolahkan di Melwood lantas naik ke tim senior, Sterling jadi aset mahal. Pada Juli 2015, Liverpool melepas winger lincah ini ke Manchester City dengan banderol 49 juta pounds. Transfer itu membuat Sterling kala itu jadi pemain termahal ke-13 di dunia.

Sebelumnya, Liverpool juga sukses melambungkan nama Fernando Torres. Striker Spanyol itu dibeli dari Atletico Madrid di musim 2007/08. Kala itu, Liverpool yang dilatih pelatih Spanyol, Rafael Benitez, membeli Torres dengan harga 20 juta pounds. Di musim pertamanya, Torres langsung on fire dengan bikin 24 gol dan jadi runner up top skor di bawah Cristiano Ronaldo (Manchester United). Tiga musim di Liverpool, Torres bikin 81 gol dari 142 penampilan. Dia lalu dilepas ke Chelsea pada Januari 2011 dengan banderol 50 juta pounds. Liverpool untung besar. Transfer Torres tersebut menjadi rekor transfer di Inggris kala itu.  

Fernando Torres, sempat merasakan kenyamanan Liverpool sebelum dijual ke Chelsea/Liverpoolfc.com
Fernando Torres, sempat merasakan kenyamanan Liverpool sebelum dijual ke Chelsea/Liverpoolfc.com
Kemenangan bisnis Liverpool berlanjut pada Luis Suarez. Liverpool mendatangkan Suarez (24 tahun) dari klub Belanda, Ajax Amsterdam. Penyerang Timnas Uruguay itu dibeli dengan harga 22,7 juta pounds dengan durasi kontrak 5,5 tahun atau hingga 2016. Di Liverpool, Suarez menjelma jadi predator gol. Hanya empat musim di Anfield, dia dilepas ke Barcelona dengan besaran deal transfer 75 juta pounds yang merupakan transfer tertinggi ketiga di dunia kala itu.

Dan yang masih segar, akhir pekan kemarin, Liverpool resmi melepas Philippe Coutinho ke Barcelona dengan banderol 145 juta pounds (1 poundsterling Inggris setara 18.225 dalam rupiah). Perginya Coutinho jelas mengurangi kekuatan serang Liverpool untuk mengarungi sisa kompetisi musim 2017/18. Sebab, gelandang serang asal Brasil itu salah satu sumber assist dan gol Liverpool.

Namun, dari sisi bisnis, Liverpool untung besar karena dulunya membeli Coutinho dengan harga murah. Ya, Coutinho dibeli dari klub Italia, Inter Milan pada Januari 2013 dengan harga "murah meriah". Liverpool bisa mendapatkan Coutinho yang dianggap gagal bersinar di Inter, hanya dengan banderol 5 juta pounds. Empat tahun kemudian, Liverpool menjual Coutinho dengan harga selangit.

Media-media Inggris melaporkan besaran transfer pemain berusia 25 tahun ini mencapai 145 juta pounds. Coutinho menjadi pemain termahal kedua di dunia setelah rekan senegaranya, Neymar yang di awal musim ini pindah dari Barcelona ke Paris Saint Germain.

Ah Liverpool memang jago berbisnis. Entah siapa nanti pemain Liverpool yang akan mewarisi jejak Sterling, Torres, Suarez dan Coutinho. Tapi yang pasti, Liverpudlian tentunya berharap Liverpool juga jago meraih trofi di era Juergen Klopp. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun