Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ketika Bulutangkis Indonesia Mulai Mendominasi Tiongkok

30 Oktober 2017   13:53 Diperbarui: 30 Oktober 2017   19:50 10514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar Alfian/Mohammad Rian, harapan di ganda putra/Foto: Tribunnews.com

Dalam bulutangkis dunia, Tiongkok adalah 'raksasa'. Tiongkok begitu superior, dominan, digdaya dan sederet padanan kata lain untuk menggambarkan betapa mereka memang super power dalam bulutangkis.

Rujukannya, dalam beberapa kejuaraan bulutangkis bergengsi level dunia, Tiongkok tampil sebagai pengoleksi gelar terbanyak. Sebut saja Sudirman Cup, dari 15 kali gelaran sejak 1989, Tiongkok sudah memenanginya 10 kali. Indonesia baru satu kali. Tiongkok juga bak sebuah mesin pencetak pemain handal yang tidak pernah ngadat. Tengok bagaimana kiprah Tiongkok di Suhandinata Cup (kejuaraan dunia level junior). Dari 15 kali gelaran sejak tahun 2000, Tiongkok sudah juara 12 kali.

Lalu, apakah tidak berlebihan menyebut bulutangkis Indonesia mulai mendominasi Tiongkok? Apa parameternya? Apakah karena dua gelar yang diraih Indonesia di French Open, Minggu (29/10) malam.

Dua Gelar di Paris

Benar, French Open adalah salah satu tanda bahwa bulutangkis Indonesia mulai mendominasi Tiongkok. Dua gelar yang diraih dari nomor ganda putri lewat Greysia Polii dan Apriani Rahayu dan ganda campuran lewat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, tidak hanya membuat Indonesia meraih gelar terbanyak di Prancis Terbuka (bersama Taiwan), pertama sejak tahun 1997 silam. Kala itu, Indonesia meraih dua gelar di nomor ganda putra lewat Tony Gunawan/Victor Wibowo dan ganda putri Cynthia Tuwankotta/Etty Tantri. Tiga nomor lainnya, tunggal putra/putri dan ganda campuran, dibagi rata oleh Belanda, Wales dan Inggris.

Lebih dari itu, dua gelar Indonesia di Prancis Terbuka juga menghentikan dominasi Tiongkok. Data menyebutkan, sejak tahun 2007, selalu ada pemain Tiongkok yang berhasil meraih gelar di French Open. Bahkan, di tahun 2016 lalu, Tiongkok meraih empat gelar di tunggal putra/putri, ganda putri dan ganda campuran. Hanya ganda putra yang lepas.

Keberhasilan Indonesia menghentikan dominasi Tiongkok di French Open Super Series, terlihat nyata di nomor ganda putri. Sejak 2007 atau dalam 10 tahun terakhir, Tiongkok menguasai ganda putri dengan nyaris selalu juara: 9 kali! Hanya sekali Thailand "mencuri gelar" di tahun 2010. Tahun ini, Indonesia yang berjaya.

Tiongkok Tak Lagi Berkuasa di Nomor Ganda

Akhir pekan lalu, akun Instagram bamintalk_com memajang obrolan forum netizen fans bulutangkis di Tiongkok yang menyoal kekalahan Chen Qinchen/Jia Yifan atas Greysia/Apriani di semifinal French Open. Mereka mengulas tentang "Chen/Jia yang dua kali dipecundangi ganda putri Indonesia. Menurut forum tersebut, bukan saja masalah kondisi mereka, tapi arah bola mereka sudah dipelajari dengan jernih oleh Indonesia!".

Yang dimaksud dengan kalimat itu adalah kemenangan luar biasa Greysia/Apriani, 21-5, 21-10 atas Chen Qinchen/Jia Yifan. Sulit dipercaya, Greysia/Apriani yang datang ke Paris tidak dengan status unggulan, bisa menang telak atas ganda putri juara dunia yang baru saja dinobatkan jadi ganda putri rangking 1 dunia. Tapi, itulah yang terjadi. Terlepas kondisi Jia Yifan tidak prima, tetapi permainan Greysa/Apriani dipuji solid dalam bertahan dan menyerang.

Sebelumnya, di Denmark Open, ganda putri Indonesia lainnya, pasangan Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta, juga sukses menaklukkan Chen Qinchen/Jia Yifan di babak 32 besar. Sang juara dunia ditaklukkan Della/Rizki lewat rubber game 21-23, 21-18, 21-10.

Tidak hanya di nomor ganda putri, forum tersebut juga menyinggung perihal ganda putra Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen yang beberapa kali dipecundangi ganda putra Indonesia. Di French Open, ganda putra berjuluk duo menara itu ditaklukkan pasangan muda Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dua set, 21-19, 21-13 di babak awal.

Fajar Alfian/Mohammad Rian, harapan di ganda putra/Foto: Tribunnews.com
Fajar Alfian/Mohammad Rian, harapan di ganda putra/Foto: Tribunnews.com
Sebelumnya, dua pekan lalu di perempatfinal Denmark Open, ganda putra kedua Indonesia, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi juga menang atas Li Junhui/Liu Yuchen, 21-18, 21-9. Dan, Agustus lalu, di babak awal Kejuaraan Dunia, Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro mengalahkan Li Junhui/Liu Yuchen yang kala itu masih berstatus ganda putra rangking 1 dunia.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir Hat-trick Menang di Final

Sementara di nomor ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali menang atas ganda campuran andalan Tiongkok, Zheng Siwei/Chen Qingchen. Owi/Butet menang straight game 22-20, 21-15 atas pasangan unggulan 1 yang juga juara bertahan di ganda campuran French Open ini.

Owi/Butet kembali menang atas Zheng Siwei/Chen Qingchen di final/Foto:Badminton.Ina
Owi/Butet kembali menang atas Zheng Siwei/Chen Qingchen di final/Foto:Badminton.Ina
Ini kemenangan ketiga Owi/Butet atas Zheng/Siwei di laga final di tahun 2017 ini. Pertama di final Indonesia Open pada Juni 2017. Lalu di final Kejuaraan Dunia di Glasgow pada Agustus 2017 dan tadi malam di French Open. Owi/Butet seolah sudah paham cara mengalahkan ganda campuran rangking 1 dunia ini.

Junior Juga Tak Kalah Keren

Tak hanya di level senior, di level junior pun ada kabar menggembirakan. Pada 22 Oktober 2017 lalu, Indonesia menjadi juara umum World Junior Championship lewat perolehan dua medali emas, dua medali perak dan satu perunggu. Indonesia berjaya di tunggal putri dan ganda campuran, mengungguli Tiongkok yang meraih satu emas, dua perak dan enam perunggu. Padahal, di tahun 2016, Tiongkok berjaya dengan meraih emas di empat nomor (kecuali ganda putri).

Yang istimewa adalah emas dari tunggal putri yang diraih Gregoria Mariska Tunjung. Dia juara setelah menang atas tunggal putri Tiongkok, Han Yue. Bahkan, dalam road to final, Jorji--sapaan Gregoria--mengalahkan dua pebulutangkis Tiongkok. Wow.    

Gregoria Mariska Tunjung, juara tunggal putri World Junior Championship/Foto: Warta Kota-Tribunnews.Com
Gregoria Mariska Tunjung, juara tunggal putri World Junior Championship/Foto: Warta Kota-Tribunnews.Com
Ah, semoga semua kabar baik yang diperlihatkan pebulutangkis-pebuluangkis Indonesia dalam beberapa bulan terakhir, tidak sekadar kabar flash news yang mendadak muncul langsung hilang. Tapi, kabar yang berumur panjang, berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun