Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Satelit Telkom 3S Bikin Ekonomi Kreatif Lebih Solid, Speed dan Smart

28 Februari 2017   17:01 Diperbarui: 28 Februari 2017   18:08 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mampukah kita menjadi tuan dan nyonya di kota/negara sendiri seiring diberlakukannya era Masyarakat Ekonomi ASEAN? Tuan dan nyonya yang tidak hanya menjadi penonton, tetapi mampu menjadi ‘pemain’ dalam perputaran ekonomi.

Bila melihat betapa industri rumahan, Usaha Kecil Menangah (UKM) dan juga industri kreatif bertumbuh pesat, bahkan mampu menembus sekat ruang wilayah seperti sekarang ini, rasanya masyarakat kita telah mampu menjadi tuan dan nyonya di kota/negara sendiri.

Jangan kaget bila ada bisnis rumahan yang “hanya” berjualan kue kering, tetapi mampu menghasilkan omzet hingga Rp 30 juta per bulan. Juga jangan kaget bila berjualan tas dan dompet bordir dari bahan jeans dan kanvas yang dikerjakan di rumah, bisa menghasilkan omzet hingga Rp 40 juta per bulan. Hal yang sulit dipercaya tetapi nyata adanya itu dialami dua ibu rumah tangga di Surabaya, Diah Arfianti dan Kartini Hari Asih. Bagaimana biasa?  

Dulu, ketika pemasaran produk hanya dilakukan dari mulut ke mulut alais gethok tular, rasanya mustahil sebuah bisnis rumahan bisa meraup pendapatan sebesar itu. Sebab, penjualan produk rumahan itu hanya terbatas di dalam kota ataupun wilayah sekitar. Konsumen nya juga hanya berasal dari kenalan dekat.

Namun, segalanya berubah ketika dunia digital yang ditopang oleh kekuatan satelit, memudahkan para pelaku bisnis UKM bisnis rumahan dan juga bisnis kreatif untuk memasarkan produknya tanpa ada batasan geografis dan juga konsumen. Tidak ada lagi jarak jauh dekat. Tidak ada lagi keterbatasan konsumen karena kenal atau tidak kenal. Dengan adanya satelit, ekonomi kreatif kini bisa berkembang seluas-luasnya.

Diah Arfianti dan Kartini Hari Asih adalah dua dari ratusan, bahkan ribuan warga di Surabaya yang telah merasakan kemanfaatan sisi ekonomi dari interaksi digital. Itu dimulai lima tahun silam ketika perkembangan ekonomi digital berbasis internet dan media sosial, serta kekuatan satelit, mulai bertumbuh di Surabaya seiring ‘kelahiran’ Broadband Learning Center (BLC) yang digagas PT Telkom Indonesia. Dalam perkembangan nya, BLC ini tidak hanya menjadi menjadi sarana belajar bagi anak-anak. Ada banyak ibu rumah tangga yang juga memanfaatkan BLC ini.

Melalui BLC itu, ada banyak ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya gemar nonton sinetron, kemudian tertarik untuk belajar internet dan media sosial. Mereka mulai belajar cara memasarkan produk usaha rumahan dan usaha kecil menengah (UKM) melalui online. Sejak itu, ada banyak ibu rumah tangga yang mampu menopang ekonomi keluarga dengan meraup untung besar dari bisnis digital. Sejak itu, ada banyak anak muda dengan ide-ide kreatif dan inovatif yang memulai bisnis kreatif.

Diah Arfianti pernah bercerita kepada saya, sebelum mengenal dunia digital, orderan kue nya masih sepi. Paling ramai hanya ketika lebaran. Namun, ceritanya berubah ketika dia mulai fasih berinteraksi digital dengan melakukan penjualan produk kue nya melalui digital (online). Hanya berbekal handphone, lantas mengemas tampilan foto produk nya untuk dipasarkan melalui media sosial seperti Facebook, WhatsApp ataupun Instagram, omzetnya naik drastis. Di hari-hari biasa, dari semula terjual dua toples, jadi 20-30 toples. Dari semula saat Lebaran terjual 50 toples, kini bisa menjual 15 ribu toples. Itulah gambaran masa depan perkembangan industri di era digital.

Satelit Telkom 3S Wujudkan Keadilan di Wilayah 3 T

Prospek meraup untung lewat interaksi digital ini kini semakin menjanjikan setelah pada 15 Februari lalu, PT Telkom Indonesia meluncurkan Satelit Telkom 3S. Diluncurkannya Satelit Telkom 3S yang bertepatan dengan gelaran Pemilihan Kepala Daerah Serentak pada 15 Februari silam, menurut saya bukanlah sebuah hal kebetulan. Tetapi ada pesan yang tersirat dalam dua momen itu.

Seperti Pilkada serentak yang bertujuan untuk memilih kepala daerah yang kompeten dan mampu memimpin daerahnya menjadi lebih maju dan mampu menyejahterakan warganya, peluncuran Satelit 3S juga punya tujuan besar. Peluncuran Satelit 3S merupakan salah satu perwujudan dari sila kelima Pancasila, yakni keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini, sebagai upaya pemerataan akses telekomunikasi yang menjangkau seluruh nusantara, khususnya untuk warga yang tinggal di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil).

Ya, ada harapan besar dengan diluncurkannya satelit Telkom 3 S ini. Utamanya bagi warga yang tertinggal di wilayah terluar, terdepan, dan terpencil di Indonesia yang selama ini tidak terjangkau pembangunan, utamanya dalam hal telekomunikasi. Dengan adanya satelit yang mengorbit di atas pulau Kalimantan ini, masyarakat Indonesia bisa semakin kuat berinteraksi digital.

Para pelaku industri kreatif yang terbiasa menggunaan digital sebagai “pasar nya”, kini bisa menjaring lebih banyak konsumen, pembeli dan pelanggan di wilayah yang selama ini tidak terjangkau. Para pelaku industrik kreatif dan pelaku industri rumahan, kini bisa lebih leluasa melakukan interaksi digital semisal mengenalkan produk-produk nya.  Warga yang tinggal di wilayah terdepan, terluar dan terpencil, dan selama ini seolah “tidak tersentuh” oleh hiruk pikuk bisnis kreatif ini karena ketiadaan sinyal untuk mengaksesnya, kini bisa merasakannya.

Bahkan, warga yang tinggal di wilayah terdepan, terluar dan terpencil, juga tidak hanya menjadi penonton dalam bisnis kreatif ini. Dengan adanya Satelit Telkom 3 S yang membawa 42 transponder untuk melayani kebutuhan komunikasi digital para pelanggan Telkom Indonesia, warga yang tinggal di wilayah 3 T kini bisa mulai merintis jalan untuk terlibat aktif dalam perputaran bisnis rumahan dan industri kreatif ini.

Pendek kata, Satelit 3 S ini turut membangun telekomunikasi antar warga yang tinggal wilayah 3 T menjadi lebih kuat, cepat, dan juga cerdas. Sesuai akronim Satelit Telkom 3S untuk turut membangun negeri lewat komunikasi menjadi lebih Solid, Speed dan Smart. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun