Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kala Milan Mencari "Jalan Pulang"

25 Oktober 2016   09:42 Diperbarui: 25 Oktober 2016   20:30 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manuel Locatelli, produk akademi Milan/Twitter AC Milan

Tifosi AC Milan di mana pun rasanya tengah semringah. Ya, ada banyak alasan bagi Milanisti untuk gembira. Gembira karena Milan baru saja mengalahkan sang rival bebuyutan, Juventus, 1-0, Minggu (23/10) dini hari kemarin. Itu kemenangan perdana Milan atas Juve setelah empat tahun. Ya, empat tahun! Milanisti juga pastinya gembira karena Milan kini ada di posisi atas (posisi tiga dengan hanya berselisih dua poin dari Juventus di puncak klasemen).

Melihat Milan berada di posisi klasemen atas, serasa melihat kembali kekasih yang lama tak muncul. Selama bertahun-tahun, harapan untuk melihat Milan bangkit tak juga terwujud sehingga berubah jadi kebosanan bahkan lantas jadi kepasrahan.

Sudah empat tahun, Milan bak tertidur. Pergantian pelatih dari Massimiliano Allegri ke Clarence Seedorf, lalu Filippo Inzaghi hingga Sinisa Mihajlovic, belum mampu menghasilkan perubahan positif. Baru di era kepelatihan Vincenzo Montella, Milan terlihat menemukan kembali identitas aslinya: tim yang berani bersaing memburu gelar. Keberanian itu yang tidak terlihat di tahun-tahun sebelumnya pasca kali terakhir merebut Scudetto musim 2011 silam.  

Montella, mampu mengembalikan Milan ke papan atas Serie A/Twitter AC Milan
Montella, mampu mengembalikan Milan ke papan atas Serie A/Twitter AC Milan
Berada di posisi tiga dengan meraih 19 poin pada sembilan laga pertama, adalah start terbaik Milan dalam beberapa tahun terakhir. Melihat itu, rasanya Milan akan menjalani musim yang hebat. Apa yang membuat Milan kini menjadi tim yang kompetitif?

“Komposisi tim Milan sekarang mengingatkan saya pada proyek Juventus beberapa tahun lalu”.

Begitu komentar Gianluigi Buffon jelang pertemuan Milan dan Juventus akhir pekan kemarin. Buffon benar, Milan kini memang seperti Juventus kala ditangani Antonio Conte lima tahun lalu yang kembali jadi juara setelah hanya berkutat di papan tengah Serie A Italia pasca kembali dari pengasingan Serie B imbas skandal Calciopoli. Berkat Conte, Juve yang sempat lupa caranya juara, kembali menangan. Montella punya cara sama dalam membangun kembali nama besar Milan seperti Conte dulu membangun kembali Juve jadi tim juara.

Di Serie A Italia musim ini, Montella tidak punya tim glamor seperti halnya Juventus atau AS Roma. Milan tidak punya pemain sangat menonjol sekaliber bintang masa lalu mereka. Terlalu sombong bila membandingkan Milan sekarang seperti tim Milan era 2010/11 ketika kali terakhir memenangi Scudetto dengan diperkuat Zlatan Ibrahimovic. Terlalu berlebihan bila menyebut Milan kini sehebat Milan era 2007 ketika mereka memenangi Liga Champions dengan pemain top macam Ricardo Kaka, Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, Alessandro Nesta, Paolo Maldini dan Filippo Inzaghi.

Tapi, disitulah kekuatan Milan sekarang. Tanpa pemain superstar, Milan bak sebuah keluarga yang menyatu. Hingga pekan kesembilan Serie A Italia, Montella terlihat berhasil membentuk sebuah tim yang kompak. Kompak dalam permainan. Juga kompak di luar permainan. Terbukti tidak pernah terdengar friksi di internal tim Milan seperti halnya ketika Mihajlovic melatih di musim sebelumnya.

The Winning Team Milan era Montella/Twitter AC Milan
The Winning Team Milan era Montella/Twitter AC Milan
Montella memberi peran besar pada pemain lulusan tim primavera (akademi) Milan seperti Gianluigi Donnaruma, Mattia De Sciglio, Ignazio Abate, Manuel Locatelli dan Davide Calabria. Dia percaya pada kemampuan pemain Italiano seperti Ricardo Montolivo, Alessio Romagnoli, Luca Antonelli, Giacomo “Jack” Bonaventura, Andrea Poli, dan Gainluca Lapadula. Dia juga berhasil “menyulap pemain biasa” macam Juraj “Kuco” Kucka dan Mbaye Niang jadi kekuatan utama Milan. Montella pula yang mampu “menghidupkan kembali” pemain terbuang seperti Gabriel Palletta dan Jesus Joaquin Fernandez Saenz de la Torre alias Suso. Dari semuanya, palingan hanya Carlos Bacca yang punya nama dan pernah meraih banyak gelar di Sevilla.

Kombinasi pemain muda senior, alumni akademi, Italiano dan pemain asing, membuat Milan tumbuh menjadi tim yang punya energi besar ingin menang. Hebatnya, Milan juga tidak tergantung pada satu individu. Terbukti, ketika sang kapten Ricardo Montolivo cedera, bocah berusia 18 tahun, Manuel Locatelli, tampil jadi bintang kala melawan Juve.

Manuel Locatelli, produk akademi Milan/Twitter AC Milan
Manuel Locatelli, produk akademi Milan/Twitter AC Milan
Memang, Serie A baru memasuki pekan kesembilan. Masih ada 29 pertandingan. Masih jadi pertanyaan apakah Milan bisa konsisten. Namun, Milan tengah berada pada jalan yang benar untuk kembali pulang ke rumahnya.

Pulang ke rumah mana? Menyebut rumah bagi Milan, konotasinya adalah Liga Champions. Tujuh kali menjadi juara Liga Champions yang jumlahnya bahkan masih lebih banyak dibanding bila gelar yang diraih tim-tim Italia lainnya digabungkan, jadi bukti bahwa Liga Champions adalah rumah Milan. DNA-nya Milan.

Selama empat tahun, Milan bak tersesat sehingga tak tahu jalan pulang. Selama itu, Milan tak pernah mampu finish di posisi tiga besar. Kini, Milan sepertinya tahu jalan kembali ke rumah. Jalan memang masih panjang, tetapi hal terpenting adalah menjaga konsistensi rutin menang. Termasuk kala menghadapi tuan rumah Genoa pada pekan ke-10 Serie A Italia, Rabu (26/10) dini hari nanti.

Sejauh ini, Milan terlihat istiqomah di jalan kemenangan. Sejak kalah 0-1 dari Udinese pada 11 September 2016 silam, Milan melewatkan enam laga dengan lima kemenangan dan sekali imbang. Dan, jadwal ke depan sejatinya tidak terlalu terjal. Usai melawan Genoa, Milan bakal menjamu Pescara dan away ke Palermo sebelum melakoni derby Milan pada 11 November mendatang.

Kemenangan atas Juventus membuat banyak Milanisti merinding, bahkan mbrebes mili (menangis). Mereka tersadar bahwa Milan memang telah bangkit. Seperti kata Locatelli “saya masih belum percaya bisa bikin gol ke gawang Buffon (yang dianggapnya kiper terbaik di dunia). Ya, saya lebih suka mengutip ucapan seorang kawan “saya memilih bersyukur dan enggan berharap banyak dulu. Saya memantau sambil berdoa saja”. Semoga Milan tidak tersesat dalam menemukan jalan pulang. Semoga Milan kembali ke rumahnya. Syukur-syukur bisa juara (lha ini namanya berharap hehehe). Salam Milanisti!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun