Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Agar Masa Depan Anak Tak Sekadar “Fifteen Minutes of Fame"

17 Oktober 2016   16:21 Diperbarui: 17 Oktober 2016   16:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambut masa depan dengan memilih mitra ideal

Apakah “masa depan bisa dibeli” ? Sekarang ini, tidak sulit untuk mengatakan “bisa”. Kenyataannya, ada banyak orang yang merasa bisa membeli masa depan. Caranya dengan mengikuti perlombaan menyanyi ataupun kontes komedi. Mereka yang awalnya hanya orang biasa, lantas jadi idola publik, terkenal dan berkecukupan setelah berhasil memenangi kontes itu. Masa depan seolah bisa digapai dengan cara singkat. Tanpa perlu proses panjang.

Namun, tidak semua orang biasa yang merasa bisa membeli masa depan itu, mampu bertahan lama. Yang terjadi, ada banyak contoh betapa mereka mendadak menghilang hanya dalam hitungan bulan. Masa depan yang "dibeli nya" itu hanya bertahan singkat. Fenomena itu seolah menjadi pembenar dari apa yang pernah disampaikan sang pencetus gerakan Pop Art di Amerika Serikat pada tahun 1950-an, Andy Warholl sebagai “fifteen minutes of fame” alias kesohoran palsu hanya dalam lima belas menit. Bahwa cuma dalam 15 menit, seseorang bisa mencapai kesohoran. Dan, dalam waktu 15 menit pula kesohoran bisa hilang tanpa bekas.

Tentu saja, masa depan yang sebenarnya bukanlah sebuah kepalsuan seperti itu. Masa depan yang sebenarnya, tidak diraih dengan cara singkat dan tidak pula bertahan singkat. Tapi, ia membutuhkan proses panjang. Proses yang harus diperjuangan, dirawat dan dilindungi. Sehingga, hasilnya juga akan awet.

Menanam “Pohon Masa Depan”

Dalam novel Burlian, penulis yang karya-karyanya digandrungi anak muda, Tere Liye, menganalogikan masa depan dengan pengandaian yang manis. Bak menanam sebuah pohon. Kelak, bila pohon itu telah tinggi besar, maka anak-anak kita akan bisa melihat potret dunia dari ujung paling atas. Itulah masa depan yang diharapkan. Dan agar “pohon masa depan” itu tumbuh tinggi dan besar, ia harus dirawat dan dilindungi.

Analogi itulah yang menurut saya tepat untuk menggambarkan masa depan. Namun, analogi manis itupula yang justru kerap menghantui pikiran saya. Pertanyaan apakah kelak saya bisa merawat dan melindungi “pohon” itu hingga tinggi besar, acapkali mengganggu benak saya. Terkadang muncul kekhawatiran, apakah saya bisa melindungi masa depan dua anak saya yang punya cita-cita megah.

Ya, dua anak saya, di usia nya yang “masih hijau”, memang punya cita-cita megah. Sang kakak, Gaoqi Dzaka (5 tahun), setiap kali ditanya kelak ingin jadi apa, selalu menjawab ingin jadi pilot, ingin sekolah di Jerman dan ingin menerbangkan pesawat. Adalah salah satu scene di film kartun animasi kesukaan nya, Adit Sopo Jarwo yang menghadirkan lakon bapak BJ Habibie, yang ikut membentuk cita-cita nya. Sementara sang adik, Gaizan Ahza (3,5 tahun), menjawab mantap ingin menjadi dokter. “Biar bisa ngobati ayah  kalau Ayah sakit,” ujarnya.

Agar cita-cita megah Gaoqi-Gaizan tidak hanya
Agar cita-cita megah Gaoqi-Gaizan tidak hanya
Bagi saya, itu dua cita-cita yang megah. Dan tentu saja, butuh bekal yang juga megah. Karenanya, godaan pikiran apakah kelak saya bisa melindungi masa depan mereka dalam artian meraih cita-citanya, itu yang tengah saya perjuangkan. Saya harus berjuang untuk menanam “pohon masa depan” lantas merawatnya hingga tumbuh besar.

Menanam pohon masa depan saya maknai dengan mengantar anak-anak merasakan pendidikan setinggi mungkin. Sebab, pendidikan tinggi merupakan “jalan utama” untuk menggapai masa depan. Dengan berpendidikan tinggi, akan memperbesar peluang untuk bisa meraih cita-cita.

Ketika “pohon masa depan” sudah ditanam, maka bagian berikutnya adalah melindungi nya agar bisa tumbuh besar, sehat dan tidak berpenyakitan. Sehingga, dari pohon tersebut akan bersemi bunga-bunga yang indah. Serta buah yang ranum dan enak. Inilah bagian yang paling sulit.

Melindungi Masa Depan Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun