Saya jadi teringat ucapan (lebih tepatnya pengakuan) pak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono yang saya temui seusai agenda Habitat III di Surabaya, Juli lalu. Beliau bilang begini, “kesadaran warga Surabaya pada kebersihan kota nya sudah sangat tinggi. Sekarang bila ada yang mau merusak taman di Surabaya, yang marah itu bukan lagi Risma (wali kota Surabaya), tapi warganya”.
Saya bukan warga Surabaya. Tapi, selama lebih dari 10 tahun, saya bekerja di Surabaya. Periode satu dekade itu membuat saya cukup tahu seluk beluk kotanya, pesona kota nya, hingga keramahan warganya. Dan itu semua terkadang membuat saya iri. Saya sering mengandaikan bila budaya bersih yang dimiliki warga Surabaya, juga dimiliki warga di kota tempat tinggal saya. Juga kota-kota lain di negeri ini.
Keuntungan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum
Surabaya bisa dibilang merupakan wujud nyata dari kemanfaatan berbudaya bersih dan sadar senyum. Bahwa rasa memiliki warga Surabaya untuk menjaga kebersihan dan tidak mengotori lingkungan tempat tinggalnya, serta keramahan nya kepada tamu, selaras dengan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) yang digagas oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman.
Dari Surabaya, saya bisa tahu bahwa Gerakan Budaya Bersih dan Senyum yang digagas Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman ini ternyata berdampak luar biasa. Bahwa berbudaya bersih tidak hanya penting untuk menjadikan kitabisa hidup lebih sehat, jauh dari risiko terserang penyakit serta tempat tinggal kita menjadi lebih nyaman untuk ditinggali. Begitu juga budaya senyum. Tidak hanya keuntungan pada kesehatan. Lebih dari itu, GBBS ternyata punya keuntungan besar bagi negara ini.
Keuntungan yang paling besar dari budaya bersih dan senyum adalah citra bagus yang kita tampilkan kepada seseorang. Kita tentu ingin dikenal sebagai orang yang berbudaya bersih dan suka tersenyum. Bila citra itu yang kita miliki, yakinlah orang lain akan senang berkumpul dengan kita. Bila sudah begitu, peluang akan datang dengan sendirinya. Banyak kawan banyak rezeki. Artinya, keuntungan dari budaya bersih dan senyum ini bahkan acapkali lebih hebat dari yang diharapkan (beyond expectation).
Bayangkan bila keberhasilan Surabaya memikat tamu dunia lewat budaya bersih dan keramahan wargannya, juga diterapkan di kota-kota di seluruh Indonesia. Dengan Indonesia telah memiliki citra masyarakatnya berbudaya bersih, ramah dan murah senyum, negara ini akan menjadi tujuan kunjungan bagi banyak negara lain. Dan itu berarti kita sudah berada pada lintasan yang benar untuk menjadi kekuatan poros maritim dunia.
Pekerjaan Rumah Bersama
Sejak dulu, Indonesia dikenal sebagai negara yang masyarakat nya ramah. Ketika dulu menjadi wartawan, setiap kali mewawancara tamu acara resmi dari negara lain ataupun wisatawan asing, mayoritas mereka memuji keramahan masyarakat kita. Indonesia tidak seperti negara-negara di Amerika Latin yang acapkali menjadi teror bagi tamu karena kriminalitas ataupun ketidakramahan warga seperti yang diberitakan media massa.
Yang masih perlu dtingkatkan adalah kesadaran untuk berbudaya bersih. Belum semua masyarakat memahami pentingnya bersih. Masih banyak orang yang tanpa bersalah membuang puntung rokok atau bungkus plastik bekas camilan di sembarang tempat. Masih banyak orang yang tak malu membuang sampah di sungai.