Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Apa Kabar Pekan Perdana Liga Italia Serie A 2016/17?

24 Agustus 2016   09:36 Diperbarui: 24 Agustus 2016   23:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabar Liga Serie A Italia ? Masihkah menarik untuk diikuti? Rasanya, sedikit saja yang masih setia mengikuti perkembangan Serie A. Yakni mereka yang memang sejak dulu sudah punya “ikatan batin” dengan klub-klub Italia. Pesona Liga Premier Inggris dengan kehadiran pelatih-pelatih beken juga pamor Liga Spanyol dengan Barcelona dan Real Madrid nya, seperti membuat Liga Italia terpinggirkan.

Toh, Liga Italia masih eksis meski ditengah kebosanan “selalu Juventus yang juara”. Akhir pekan kemarin, Serie A Italia musim 2016/17 dimulai. Ada banyak kejadian menarik di pekan perdananya. Apa saja?

1. Milan, Mantan dan Malam Pertama Montella di San Siro

Apa jadinya bila sang mantan yang terbuang lantas bertamu ke rumah yang pernah mengeluk-elukkan namanya. Di sepak bola, kisah itu sungguh melankolis. Sebab, sang mantan itu berwujud pelatih yang harus beradu strategi dengan pelatih baru yang menggantikan posisinya.

Vincenzo Montella, debut manis untuk Milan/Twitter
Vincenzo Montella, debut manis untuk Milan/Twitter
Gambaran narasi itulah yang terjadi ketika AC Milan menjamu AC Torino pada pekan pertama Serie A Italia 2016/17. Milan kini ditangani pelatih baru, Vincenzo Montella yang menjalani debut di San Siro. Dan Torino dilatih Sinisa Mihajlovic yang musim lalu melatih Milan lantas “diputus hubungan” di akhir musim. Maka, tifosi Milan pun serasa diplot menjadi saksi adu strategi antara orang baru dan sang mantan ini.

Yang terjadi, sungguh sebuah pertandingan yang dramatis. Melankolis. Laga berjalan satu jam, Milan sempat unggul 3-1 lewat hat-trick Carlos Bacca. Seharusnya, Milan menutup laga itu dengan nyaman. Namun, di masa perpanjangan waktu malah terjadi drama menegangkan.

Carlos Bacca langsung bikin hat-trick/Twitter
Carlos Bacca langsung bikin hat-trick/Twitter
Di menit ke-91, Daniele Baselli memperkecil skor jadi 3-2. Lantas di menit ke-94, Milan bermain dengan 10 pemain usai Gabriel Paletta dikartu merah. Dan, situasi nya semakin mendebarkan ketika Torino dihadiahi penalti di menit ke-96.

Yang terjadi....sepakan Andrea Belotti, sang pencetak gol pertama Torino, ditepis kiper Milan, Gigi Donnarumma. Milan pun mengakhiri laga dengan kemenangan 3-2. Montella berhasil mengalahkan ‘sang mantan’ Milan yang ingin tebar pesona.  

2. Kok Langsung Kalah, Frank de Boer?

Bulan lalu, ketika ditunjuk menggantikan Roberto Mancini sebagai pelatih Inter Milan, Frank de Boer berkoar bahwa dirinya akan membawa Inter menantang Juventus dalam perebutan gelar Scudetto Serie A Italia musim ini.

Fans Inter sempat PeDe, pelatih berusia 46 tahun yang punya rekor apik selama melatih Ajax Amsterdam ini memang akan bisa menepati “sumpah jabatan” nya untuk membawa Inter bersaing menjadi juara Serie A. Apalagi, di pertandingan pertama nya bersama Inter, Frank De Boer langsung meraih kemenangan di laga pra musim. Inter menang 2-0 atas juara Liga Skotlandia, Glasgow Celtic.

Kok langsung kalah, De Boer?/Daily Mail
Kok langsung kalah, De Boer?/Daily Mail
Namun, yang terjadi, Frank de Boer yang pernah membawa Ajax Amsterdam juara empat kali Liga Belanda (2011-2014), nyatanya langsung mencicipi kekalahan di laga debut nya bersama Inter di Serie A. Si Biru Hitam kalah 0-2 di markas Chievo Verona, Senin (22/8) dini hari WIB.

Padahal, de Boer sudah memainkan pemain-pemain terbaik yang dimiliki Inter dengan skema 4-2-3-1. Inter terlihat sangat ofensif dengan trio Antonio Candreva, Eder Martins dan Ever Banega sebagai penopang Mauro Icardi. Inter juga terlihat sangat kuat di tengah dengan hadirnya Gary Medel dan Geoffrey Kondogbia. Toh, tim terbaik itu nyatanya tak mampu berbuat banyak melawan tim sekelas Chievo.

Pekan depan, Inter akan menjamu Palermo di Serie A Italia. Bila ingin mendapat dukungan dari Interisti, Frank de Boer wajib membawa Inter Milan menang. Sebab, kekalahan beruntun akan membuat mantan bek tangguh Timnas Belanda ini dalam posisi tertekan. Mari menunggu bagaimana kiprah Frank de Boer

3. Debut Gol Higuain Bersama Juventus

Gonzalo Higuain. Dialah nama yang paling sering disorot jelang bergulirnya Liga Serie A Italia 2016/17. Penyerang Argentina ini acapkali jadi headline pemberitaan. Mulai dari gonjang-ganjing kepindahannya dari Napoli ke Juventus yang bahkan membuat sang legenda bola Argentina, Maradona ikut berkomentar. Gonjang-ganjing itu berakhir dengan kepindahannya ke Juventus dan membuatnya jadi pemain termahal di Serie A.

Tidak berhenti di situ, ketika memainkan laga debut bersama Juventus kala melawan West Ham United pada awal Agustus lalu, Higuain kembali jadi sorotan. Sebuah foto memperlihatkan perutnya kegendutan. Dia pun “dibully” karena perutnya yang tidak ideal untuk seorang striker itu.

Dan, Higuain lah yang akhirnya memenangi “perang melawan kritikan” itu. Dia mencetak gol penentu kemenangan Juventus kala mengalahkan Fiorentina 2-1. Higuain yang baru dimainkan di menit ke-66, hanya butuh sembilan menit berada di lapangan untuk mencetak gol penentu kemenangan.

Debut gol Higuain di Juventus/Daily Mail
Debut gol Higuain di Juventus/Daily Mail
Di laga itu, pelatih Juventus, Massimiliano Allegri masih memainkan muka-muka lama. Dari beberapa pemain anyar yang didatangkan, hanya Dani Alves yang tampil sebagai starter. Sementara Mehdi Benatia dan Miralem Pjanic sama sekali tidak bermain.

Kemenangan ini menjadi start manis bagi Juventus. Lebih manis dibanding musim lalu yang kalah beruntun di dua laga awal. Meski pada akhirnya lagi-lagi bisa meraih Scudetto. Pekan depan, Juventus akan kembali menghadapi laga berat, away menghadapi Lazio di Olimpico. Allegri kembali butuh ketajaman Higuain.

4.Ganasnya Serigala Roma

Ketika Miralem Pjanic dibajak Juventus, AS Roma diprediksi bakal melemah. Yang terjadi, AS Roma nyatanya tetap ganas. Setidaknya di pekan pertama. Serigala Roma pamer keganasan ketika mengalahkan Udinese 4-0. Kemenangan besar inilah yang membuat Roma memimpin klasemen di pekan perdana Serie A Italia 2016/17.  

Pelatih Luciano Spalletti memainkan formasi menyerang 4-3-3. Posisi Pjanic diisi pemain Argentina, Leandro Paredes dengan diapit Radja Nainggolan dan Kevin Strootman. Di depan, ada Stepahn El Shaaraway, Mohamed Salah dan Diego Perrotti. Skema ini terlihat sangat cocok untuk Roma. Empat gol Roma dibikin oleh Diego Perrotti (dua gol), Edin Dzeko dan Mohamed Salah.

Edin Dzeko, salah satu simbol keganasan Roma/Daily Mail
Edin Dzeko, salah satu simbol keganasan Roma/Daily Mail
Pekan depan, Roma akan menghadapi. Apakah Roma akan kembali ganas? Andai Roma selalu ganas di setiap laga, rasanya mereka bisa bersaing menjadi juara, bukan sekadar runner-up seperti musim-musim sebeumnya.

5. Sambutlah, Enrico Chiesa Junior

Di era 90-an, penggemar Serie A Italia pastinya akrab dengan nama Enrico Chiesa. Salah satu penyerang tajam yang pernah dimiliki Serie A. Nah, pada pekan perdana Serie A Italia 2016/17 diwarnai kejadian "come back" nya Chiesa. Tentu saja bukan Chiesa yang kembali bermain dari masa pensiunnya. Tetapi putra nya, Federico Chiesa yang kini membela Fiorentina.

Chiesa junior di Fiorentina/gazzeta.it
Chiesa junior di Fiorentina/gazzeta.it
Chiesa junior yang berposisi sebagai gelandang serang/winger, langsung dimainkan sebagai starter ketika Fiorentina menghadapi Juventus. Oleh pelatih Paulo Sousa, dia diplot sebagai penyerang sayap kanan dalam formasi 4-3-3. Namun, penampilannya kurang memuaskan. Maklum, yang dihadapi adalah tim juara bertahan dengan bek-bek terbaik yang dimilki Italia yakni trio Girogio Chiellini, Andrea Barzagli dan Leonardo Bonucci.

Federico Chiesa yang berusia 18 tahun, hanya bermain 45 menit dengan akurasi passing hanya 59 persen. Pada babak kedua, posisinya digantikan eks pemain Barcelona, Cristian Tello. Meksi begitu, Federico yang dipromosikan dari tim Fiorentina U-19, sempat mencatatkan tiga kali drible sukses untuk menusuk pertahanan lawan.

Media ternama Italia, La Gazzetta dello Sport menulis bahwa permainan Chiesa junior mirip dengan ayahnya. Seperti ayahnya, dia juga punya kecepatan dan keberanian mendrible bola melewati bek-bek lawan.

Selain Chiesa junior, di Fiorentina juga ada nama Ianis Hagi. Dari namanya, kita langsung paham bahwa dia adalah putra dari legenda sepak bola Rumania, Georghe Hagi. Namun, Ianis hanya berada di bangku cadangan tanpa turun bermain.

Jalan masih panjang bagi Chiesa junior dan Hagi Junior. Mereka masih punya banyak kesempatan bermain. Pekan depan, Fiorentina akan menjamu Chievo. Boleh jadi, keduanya akan dimainkan oleh Paulo Sousa. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun