Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Empat Hal, “Pembunuh Harapan” Leicester City Mempertahankan Trofi

8 Agustus 2016   13:20 Diperbarui: 8 Agustus 2016   18:34 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wes Morgan, takluk dari Ibrahimovic di laga Community Shield/Daily Mail

Bak kisah Musashi si pendekar berpedang kayu yang karena semangat dan kegigihannya, mampu mengalahkan Kojiro si pendekar samurai. Itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan sukses Leicester City juara Premier League musim 2015/16 lalu. Jelang bergulirnya Liga Inggris musim 2016/17 pekan depan, “sang Musashi” yakin, mereka akan kembali bisa mengalahkan “Si Kojiro”.  

Keyakinan itu disampaikan kapten Leicester, Wes Morgan. Menurutnya, Leicester bisa kembali membuat kejutan seperti musim lalu. Dia yakin, tim nya bisa mempertahankan gelar juara Liga Inggris yang tentunya membalik prediksi yang ada.

“Musim lalu, tak satupun berpikir itu (Leicester juara) mungkin, tetapi kami melakukannya. Jadi mengapa tidak musim ini? Kami juara bertahan, kami peercaya diri dan kami tahu kualitas yang kami miliki,” ujar Wes Morgan.

Wes Morgan dengan trofi Liga Inggris musim 2015-16/Daily Mail
Wes Morgan dengan trofi Liga Inggris musim 2015-16/Daily Mail
Memang, tak ada yang mengira, Leicester bisa juara di kompetisi paling ketat di Eropa di mana “uang adalah segalanya”. Bahwa tim yang punya kekuatan uang dan bisa membeli “kaki-kaki mahal”, berpeluang besar juara. Leicester hanya diunggulkan 5000/1 untuk bisa juara. Yang terjadi, Leicester nyatanya bisa juara.

Kali ini, rasanya ada banyak orang yang juga meragukan ucapan Wes Morgan itu. Rasanya, sedikit saja yang meyakini tim berlogo Rubah ini bakal bisa mempertahankan gelarnya ketika tim-tim pesaing sudah menambah kekuatan. Kalau sekadar percaya Leicester bisa bersaing di papan atas, mungkin masih mudah untuk mempercayai nya. Tetapi untuk bisa juara lagi, rasanya sangat susah.

Leicester melawan
Leicester melawan
Setidaknya ada empat hal yang menjadi alasan, Leicester City akan kesulitan mempertahankan gelarnya. Empat hal yang bisa “membunuh harapan” Leicester. Empat hal yang beberapa diantaranya sudah terlihat dan beberapa lainnya bisa diprediksi karena merupakan kenormalan yang umum terjadi.

Pertama, tim-tim papan atas Liga Primer usai “kekalahan telak” (karena kalah bersaing dari tim non unggulan) mereka musim lalu, kali ini terlihat sangat serius mempersiapkan diri menyambut musim 2016/17. Bukan hanya dari geliat di bursa transfer pemain dan pelatih. Tetapi juga rentetan hasil apik selama pramusim.

Runner up musim lalu, Tottenham Hotspur yang membeli top skor Liga Belanda, Vincent Janssen terlihat sangat siap menyambut Everton di laga perdana. Akhir pekan kemarin, anak asuh Maurico Pocchettino ini menang telak 6-1 atas Inter Milan di laga uji coba.

Lalu, Arsenal sudah mendatangkan bintang Timnas Swiss Granit Xhaka dan masih berupaya mendatangkan nama-nama besar. Manchester City kini ditangani pelatih kharismatik, Pep Guardiola plus telah mendatangkan beberapa pemain anyar seperti Ilkay Gundogan, Leroy Sane dan Nolito.

Sementara Chelsea dan Liverpool yang tidak akan tampil di Eropa, juga meraih hasil-hasil bagus dalam laga pramusim. Liverpool menghajar Barcelona 4-0 lewat penampilan apik pemain barunya Saido Mane. Dan Chelsea di bawah Antonio Conte, menang 4-2 atas Werder Bremen juga 3-1 atas AC Milan.

Dan, bukan hanya karena tim-tim pesaing berbenah serius, gambaran susahnya Leicester untuk mempertahankan gelarnya, juga karena tren penampilan mereka yang terlihat menurun. Peran besar N’Golo Kante yang merapat ke Chelsea, terlihat belum tergantikan di lini tengah. Itu terlihat ketika Leicester City begitu kepayahan selama pra musim.

Usai dihajar 0-4 oleh Paris Saint-Germain (31/7), Leicester dikalahkan Barcelona 2-4 (4/8). Yang terbaru, Leicester takluk 1-2 dari Manchester United di ajang Community Shield, Minggu (7/8) tadi malam. Total, dari empat laga pramusim, Leicester hanya menang sekali. Itupun berupa kemenangan adu penalti 6-5 atas Glasgow Celtic setelah bermain 1-1 pada 23 Juli lalu. Tentu, itu bukan persiapan yang bagus guna menyambut Premier League 2016/17 yang dimulai pekan depan.

Alasan ketiga, berbeda dengan musim lalu, Leicester musim ini harus membagi fokus antara main di Premier League dan tampil di Liga Champions. Ini hal baru bagi sebagian besar pemain-pemain The Foxes. Nantinya, dalam satu pekan, mereka akan bolak-balik memainkan dua hingga tiga pertandingan berat yang menguras stamina dan pikiran.

Fokus Jamie Vardy dkk bakal terbagi di musim ini/Daily Mail
Fokus Jamie Vardy dkk bakal terbagi di musim ini/Daily Mail
Karena berstatus juara, Leicester akan langsung tampil di fase grup yang memainkan enam pertandingan home and away, setidaknya hingga November nanti. Selama ini, tidak jarang tim-tim yang akan/setelah tampil di Liga Champions, keteteran ketika main di liga domestik karena fokus dan stamina pemainnya terkuras.  

Dan yang terakhir, ini yang akan paling menentukan bisa tidak nya Leicester mempertahankan gelar Liga Primer nya. Yakni, Leicester dihadapkan pada fakta, akan menghadapi “jadwal neraka” dalam 10 pertandingan pembuka Liga Inggris 2016/17.

Memang, anak asuh Claudio Ranieri “hanya” akan away ke markas tim promosi, Hull City di laga pembuka Liga Inggris 2016/17, Sabtu (13/9) depan. Leicester seharusnya bisa mengawali kompetisi dengan indah (kemenangan). Namun, sembilan laga berikutnya bak horor bagi Jamie Vardy dan kawan-kawan nya.

Mahrez dkk menghadapi
Mahrez dkk menghadapi
Catat, di pertandingan kedua, mereka akan menjamu Arsenal (20/8). Lalu, menjamu Swansea (27/8) dan away ke Anfield meladeni Liverpool (10/9). Kemudian, menjamu Burnley (17/9) dan away ke Old Trafford menghadapi Manchester United (24/9). Berikutnya, menjamu Southampton (1/10) dan away ke London Barat menghadapi Chelsea (15/10). Lantas, menjamu Crystal Palace (22/10) dan away ke London Utara  menghadapi Tottenham Hotspur (29/10).

Sepuluh Laga Awal Leicester Musim 2016/17

Hull City (away)

Arsenal (home)

Swansea City (home)

Liverpool (away)

Burnley (home)

Man.United (away)

Southampton (home)

Chelsea (away)

Crystal Palace (home)

Tottenham (away)

Dari jadwal itu, terlihat bahwa Leicester sudah harus menghadapi lima tim berat dalam 10 laga awal. Sialnya, empat diantaranya dimainkan di kandang lawan. Hanya Arsenal yang mereka jamu di King Power Stadium.

Dari situ, gambaran seberapa besar peluang Leicester mempertahankan gelar Liga Inggris, atau setidaknya bersaing di papan atas, bisa terlihat. Andai berhasil meraih hasil-hasil bagus di 10 laga awal ini, Leicester bisa berada di klasemen atas. Namun, sebaliknya, bila gagal meraih hasil bagus, posisi Leicester akan tercecer di papan tengah, atau malah papan bawah.  

Toh, Wes Morgan percaya diri, timnya bisa melewati laga-laga berat di awal Liga Inggris 2016/17 dengan keren. “Jika bermain dalam penampilan terbaik, kami bisa mengalahkan tim manapun,” koar nya.

Saya tidak meragukan semangat dan kebersamaan pemain-pemain Leicester. Danny Drinkwater dan Jamie Vardy bertahan karena cinta klub ini. Pun, Riyadh Mahrez yang terus digoda klub-klub besar, juga kemungkinan besar bertahan. “Mereka ingin bertahan karena kebersamaan di klub ini yang seperti keluarga,” ujar Ranieri.

Masalahnya, sepak bola terkadang bukan hanya soal semangat dan kebersamaan. Tetapi juga kemampuan individu pemain di beberapa posisi penting. Musim lalu, profil Kante sebagai gelandang bertahan yang mau terus berlari merebut bola dari kaki lawan, memotong umpan lawan plus kemampuan memberikan umpan kunci dari lini tengah, serta bisa berperan sebagai “tembok” yang melindungi lini belakang, menjadi alasan mengapa lini tengah Leicester acapkali menang duel ketika melawan tim-tim besar.

Kini, Kante telah pergi. Entah rencana apa yang disiapkan Ranieri untuk menggantikan peran pemain Timnas Prancis itu. Seberapa hebat Mahrez dan Vardy dan rekrutan anyar Ahmed Musa, tanpa adanya lini tengah yang kokoh, mereka hanya akan terisolasi di lini depan. Fakta gawang Leicester kemasukan 11 gol dalam empat laga sebelum kompetisi resmi, menjadi bukti bahwa lini belakang mereka kini tidak lagi terlindungi seperti musim lalu.

Ranieri, punya PR mencari pengganti Kante/Daily Mail
Ranieri, punya PR mencari pengganti Kante/Daily Mail
Ya, keempat hal itu, tim-tim pesaing yang telah memperkuat diri, hasil-hasil buruk selama pra musim, fokus yang terbagi antara Liga Inggris dan Liga Champions, serta “jadwal neraka” di 10 laga awal, diyakini akan menjadi penghambat harapan Leicester untuk mempertahankan trofi Liga Inggris. Tetapi, itu baru sekadar prediksi. Siapa tahu, Leicester akan kembali bisa membalik prediksi. Siapa tahu, tim “berpedang kayu” ini akan kembali mengejutkan “tim-tim bersamurai”. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun