Inggris akhirnya mendapatkan pelatih (manajer) baru. Setelah melakukan audisi sejak pekan lalu, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) akhirnya mantap menunjuk Sam Allardyce sebagai pelatih baru Timnas Inggris. Allardyce menyisihkan pesaingnya, Steve Bruce yang juga diaudisi oleh FA. Pria 61 tahun ini akan segera diumumkan sebagai pengganti Roy Hodgson yang mundur paska Inggris gagal di Piala Eropa 2016.
Namun, sebelum pengumuman resmi itu digelar, media-media Inggris sudah mem-blow up kabar itu. Wajah Allardyce ada di mana-mana. Hampir semua media secara berjamaah memuat profilnya. Koran laris Inggris, Daily Mail malahan mengulas pria yang ketika kecil mengidolakan klub Wolverhampton Wanderers ini habis-habisan. Dari mulai karier sebagai pemain dan pelatih, hingga kehidupan pribadinya.
Siapa Allardyce? Bagi yang rajin mengikuti Premier League, nama yang akrab disapa Big Sam ini tentu bukan nama asing. Meski, karier kepelatihannya memang tidak mencolok karena tidak pernah melatih tim-tim “media darling”di Inggris. Posisi terakhirnya adalah pelatih Sunderland. Sebelumnya, dia pernah melatih Blackpool, Notts County, Bolton Wanderers, Newcastle United, Blackburn Rovers, dan West Ham United.
Meski begitu, secara pengalaman, Allardyce yang sempat dipertimbangkan menjadi bos timnas Inggris ketika Sven-Goran Eriksson mundur usai Piala Dunia 2006, dinilai lebih menjanjikan ketimbang Steve Bruce—eks pemain Manchester United era 90 an yang kini melatih Hull City. Allardyce pelatih kenyang pengalaman. Dia memegang rekor terlibat dalam 467 pertandingan di Liga Primer. Hanya Sir Alex Ferguson, Arsene Wenger, dan Harry Redknapp yang memiliki rekor lebih baik dibandingkan dirinya.
Karena memang, sejarah masa lalu bicara, sudah ada banyak pelatih yang secara prestasi jauh lebih sukses dari Allardyce, tetapi toh juga gagal ketika melatih Inggris. Sebut saja pelatih top Sven Goran Eriksson yang melatih Inggris pada periode 2001-2006. Memang, pelatih berjuluk The Ice Man ini sukses meloloskan Inggris ke turnamen besar: Piala Dunia 2002, Piala Eropa 2004 dan Piala Dunia 2006. Namun, prestasinya maksimal hanya perempat final.
Ada juga pelatih juara bernama Fabio Capello. Kurang sukses apa Capello di level klub. Toh, selama empat tahun melatih Inggris (2008-2012), Capello tak mampu membawa Inggris mengakhiri puasa gelar. Dia memang mampu membawa Inggris lolos ke Piala Dunia 2010. Kala itu, Inggris diprediksi bisa bicara banyak dengan pemain-pemain yang tengah berada pada masa kejayaan seperti Steven Gerrard, Frank Lampard, Wayne Rooney. Nyatanya, Inggris langsung tersingkir di babak knock out (16 besar) usai dihajar Jerman 1-4.
Dari 17 nama pelatih yang pernah menangani Timnas Inggris mulai tahun 1946 silam, hanya ada satu nama yang sukses menjadikan namanya “abadi” sebagai pelatih juara. Yakni Alf Ramsey (1963-1974) yang berhasil membawa Inggris memenangi Piala Dunia 1966 di rumah sendiri.
Masih terlalu dini untuk bicara Allardyce apakah bisa sukses seperti Sir Alf Ramsey. Fokus utama Allardyce kini hanyalah membawa Inggris tampil bagus di babak kualifikasi menuju Piala Dunia 2018 . Baru ketika Inggris bisa lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia, sudah masuk akal untuk bicara apa yang bisa dilakukan Allardyce untuk Tim Tiga Singa.
Bahkan, fans Inggris boleh berdoa, semoga saja Allardyce tidak bernasib kelam seperti Steve McClaren yang pada 10 tahun lalu, ketika ditunjuk menggantikan Sven Goran Eriksson yang kemudian gagal membawa Inggris lolos ke Piala Eropa 2008. Allardyce yang waktu itu sejatinya juga masuk kandidat, kini punya kesempatan membuktikan bahwa bencana Inggris di sepak bola pada delapan tahun lalu, tidak akan terjadi andai dirinya yang terpilih.
Mantan gelandang Liverpool, Jamie Redknapp dalam tulisannya di Daily Mail menyebut tugas Allardyce kini bukanlah mengobral janji melangit. Tetapi, tugas paling realistis adalah menghilangkan paranoid mental pemain-pemain Inggris yang sebelumnya seperti bermain dalam ketakutan, sertaa menganggap tampil turnamen adalah perampas masa liburan mereka.
"Buat mereka kembali bangga mengenakan kostum Inggris dan bermain dengan senyuman. Buat mereka kembali jadi tim yang dicintai publik. jadi manajer Timnas Inggris itu bukan pekerjaan sulit, saya pikir banyak orang yang membuatnya terlihat sulit," ujar Redknapp.
Mantan kapten Liverpool di akhir era 90 an ini mencontohkan, ketika tampil di Piala Eropa 2016 lalu, Inggris sejatinya punya pemain-pemain muda potensial seperti Delle Ali, Eric Dier, John Stones, Marcus Rashford dan Harry Kane. Namun, jangankan bermain rileks di lapangan, ketika jumpa pers menghadapi wartawan, Redknapp menyebut mereka sudah minder.
"Di Prancis, pemain kita sudah tidak percaya diri ketika jumpa pers. "Apakah mereka akan diserang dengan pena dan tape recorder. Pers itu bukan musuh," sambungnya.
"Steve McManaman (eks pemain Liverpool dan Real Madrid) pernah mengatakan kepada saya, Vicente Del Bosque (pelatih yang membawa Spanyol juara Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012), bukanlah master dalam taktik ketika dia melatih Real Madrid.Tapi, dia tahu caranya membuat pemain menampilkan yang terbaik dari dirinya. Itu yang terpenting," sambung dia.
Seperti Antonio Conte yang telah mengucap selamat untuk Allardyce, saya pun menyampaikan selamat bertugas untuk pria yang juga menekuni bisnis restoran fast food ini. Semoga di bawah kendali Allardyce, Inggris bermain seperti layaknya logo timnas mereka, singa. Bukan malah bermain seperti bocah yang seolah merasa ketakutan dengan logo timnas nya. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H