Konsep jam pendidikan yang ia terapkan, anak-anak sekolah di lingkungan RW VIII tidak boleh keluar rumah pada malam hari. Yakni dari jam 18.00 WIB hingga jam 20.00 WIB. Mereka harus berada di dalam rumah. Belajar atau pun tidak. Minimal, dengan berada di dalam rumah dan tidak berkeliaran, mereka tidak menganggu teman nya yang belajar di rumahnya masing-masing.
“Kegiatan RT dan RW seperti rapat atau kegiatan lainnya, juga harus digelar setelah jam pendidikan itu. Kecuali ketika esok nya libur atau ketika liburan sekolah,” kata Bagus.
Nyatanya, di awal-awal penerapannya, tidak semua anak patuh pada aturan jam pendidikan itu. Apalagi, ada sekitar 500 kepala keluarga di RW nya, yang tentu saja memiliki karakter dan kultur berbeda-beda. Dia bercerita, beberapa anak masih ada yang nongkrong di luar rumah.
Ada yang bermain gitar. Ada yang sekadar ngobrol. Maka, di tahun pertama, Bagus bersama beberapa pengurus pun rutin melakukan inspeksi mendadak. Setiap malam, mereka berkeliling di lingkungan RW nya untuk memastikan tidak ada anak-anak yang masih berada di luar rumah.
“Awalnya berat mengubah budaya orang menjadi mau diatur. Tapi ini demi kebaikan. Satu tahun pertama kali keliling. Kalau ketemu anak di luar rumah, saya tegur “jam berapa ini dik”. Mereka sungkan dan akhirnya masuk rumah,” cerita dia.
Tidak hanya mendorong anak-anak untuk belajar di rumah, Pak Bagus juga berpesan khusus kepada pemilik Warnet yang waktu itu masih hanya ada satu di lingkungan RW nya. Bila ada anak sekolah ke Warnet ketika waktu Jam Pendidikan, selama ke Warnet untuk kebutuhan belajar, dipersilahkan. “Tapi kalau untuk urusan lain, Warnet tidak boleh buka,” ujarnya.
Efek dari gerakan semesta yang telah dilakukan Bagus lewat penerapan jam pendidikan nya mulai satu dekade silam, telah berhasil mengilhami kelurahan dan RW-RW lainnya di Surabaya, untuk juga mengemas wilayahnya untuk melek.
Apalagi, sejak dua tahun lalu, Pemerintah Kota Surabaya menggelar lomba kampung pendidikan. Tahun 2015 lalu, RW VIII Kelurahan Babat Jerawat berhasil memenangi lomba Kampung Pendidikan untuk kategori kampung belajar. Ya, kesadaran warga di sana menjadikan pendidikan sebagai gerakan semesta yang dilakukan secara bersama-sama lewat program jam pendidikan, nyatanya berdampak positif bagi wilayah mereka.