Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dari Tulisan-tulisan Pak Tjiptadinata Effendi, Kita Bisa “Bercermin”

21 Mei 2016   07:06 Diperbarui: 21 Mei 2016   08:34 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang paling hebat dari Pak Tjip, selain ke-istiqomah-an nya, beliau dalam menulis juga tidak sekadar menulis. Tulisan pak Tjip itu tidak sekadar tulisan. Tetapi merupakan ketulusan karya yang muncul dari hati. Beliau tidak berprinsip “yang penting nulis dan banyak dibaca” atau “yang penting lunas target posting satu hari satu berita”. Ini yang paling saya kagumi dari Pak Tjip.  

Kok saya bisa bilang begitu sementara saya belum pernah bertemu Pak Tjip? Kok saya merasa tahu karakter pak Tjip sementara saya belum mengenal beliau nya?

Saya termasuk orang yang memegang teguh filosofi “you are what you write”. Ya, Anda adalah apa yang Anda tulis. Citra diri Anda bisa diketahui dari tulisan-tulisan Anda. Orang bisa menilai siapa Anda dan karakter Anda, dari komentar-komentar Anda di lapak orang lain, atau dari cara Anda menjawab komentar orang yang merespon tulisan Anda.

Dari situlah saya bisa menilai pak Tjip. Dari membaca tulisan-tulisan beliau, mudah untuk bilang bahwa Pak Tjip itu orangnya humble dan bisa lepas dari jebakan narsisme tulisan ataupun riya tulisan (tujuannya ingin dipuji dan sekadar mencari popularitas).

Tulisan-tulisan pak Tjip itu berenergi. Bahasa yang dipakai untuk menyampaikan tulisan juga sedap dan tidak kaku. Dalam tulisan-tulisan pak Tjip terselip pesan-pesan yang menginformasi tanpa memunculkan kesan merasa paling tahu. Itu yang saya tangkap dari tulisan beliau berjudul “Memotret Cara Australia Didik Warganya Peduli Keadaan” yang saya baca pada 17 Mei lalu.  

Dalam tulisan-tulisan pak Tjip tersurat pesan yang memotivasi dengan dikemas melalui bahasa metafora yang mudah dimengerti. Itu yang saya lihat dari tulisan beliau berjudul “Universitas Terbuka, Di mana Tidak Ada Ujian Ulangan”  ( .) yang saya baca Jumat (20/5) kemarin. Ada kalimat menarik dalam tulisan tersebut. Begini tulisannya “Kelebihan di Universitas ini, setiap orang boleh mencontoh dan sah, tidak melanggar ketentuan. Jadi jika ada yang sudah lulus ujian, maka hasil ujiannya, baik dalam bentuk tulisan, maupun prasasti, boleh ditiru oleh siapapun, agar bisa berhasil lulus, seperti yang dicontohkan oleh pendahulunya. Setiap Perserta Harus Lulus, Tidak ada Ujian Ulangan. Hanya saja di University of Life ini, tidak ada ujian ulangan. Karena hidup cuma sekali saja,,maka .sekali tidak lulus,berarti selamanya tidak lulus dan tak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan untuk kedua kalinya".

Dan, dalam tulisan-tulisan pak Tjip, juga tersirat pesan menginspirasi tanpa harus menyebut kata inspirasi. Pesan itu yang saya baca dalam tulisan beliau berjudul “Sukses? Tetaplah Hidup Membumi” yang diposting pada tanggal 18 Mei lalu. http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/sukses-tetaplah-hidup-membumi_573bcaa9f07e6138059cb440. Ada satu pesan pak Tjip yang begitu mengena di hati. Bunyinya “Bila tidak mungkin menyenangkan hati semua orang, minimal jangan ada kebencian dalam diri kita. Kita juga tidak mungkin menyukai semua orang, tapi tidak harus tebar kebencian".

Karenanya, saya tidak heran bila tulisan-tulisan pak Tjip, rating nya selalu tinggi. Dan, rating tinggi itu karena memang tulisan-tulisan Pak Tjip keren. Rating tinggi itu bukan sekadar karena nama nya pak Tjip yang populer sehingga banyak orang yang membaca tulisannya. Pernah saya  membaca sebuah tulisan yang mendapat nilai tertinggi, tetapi ketika saya baca isi nya biasa saja.

Apa yang dilakukan Pak Tjip selama hampir empat tahun di Kompasina, itulah yang saya sebut tidak sekadar menulis. Ya, Pak Tjip tidak sekadar menulis. Beliau tidak sekadar posting tulisan. Saya lebih suka menyebut beliau berbagi pelajaran hidup lewat tulisan.

Karena nya, kita bisa “bercermin” dari tulisan-tulisannya pak Tjip. Dari membaca tulisan-tulisannya pak Tjip, kita serasa diingatkan untuk mereview ulang sikap kita. Dari membaca tulisan-tulisannya pak Tjip, kita serasa termotivasi untuk  menjadi manusia yang sebenarnya selama “kuliah di universitas kehidupan” ini. Ya, tulisan-tulisan Pak Tjip memang bak cermin yang membuat kita bisa melihat cerminan diri kita.

Dan hari ini, 21 Mei 2016, Pak Tjiptadinata berulang tahun ke-73 tahun. Karena pak Tjip selama ini telah begitu baik berbagi kebaikan lewat tulisan, saya yakin ada ratusan ribu doa-doa baik yang dipanjatkan di Kompasiana ini untuk beliau dan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun