Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kala "Cholismo" Simeone Bertemu “Bukan” Tiki-Taka nya Guardiola

27 April 2016   12:44 Diperbarui: 27 April 2016   12:54 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Legenda sepak bola, mendiang Johan Cruyff, pernah mengatakan bahwa sepakbola adalah permainan sederhana. Tapi, bermain sepakbola dengan cara sederhana merupakan cara yang sangat sulit untuk dilakukan. Tetapi,  Josep Pep Guardiola dan Diego Simeone adalah sedikit pelatih yang bisa memaknai ucapan Cruyff tersebut lantas di ejawantahkan dalam permainan timnya.  

Atletico Madrid, siap meladeni Bayern Munchen/uefa.com

Rasanya tidak berlebihan bila menganggap Guardiola sebagai salah satu pelatih terbaik saat ini. Dia punya semua atribut untuk jadi pelatih hebat. Seorang analis strategi lawan yang jempolan. Seorang peramu taktik up to date. Bergaya cool, punya publik speaking bagus, pun bahasa verbal dan ekspresi wajah kharismatik. Semuanya bernilai A. Yang terakhir, tentu saja prestasi nya.  

Dan menyebut Guardiola, orang lantas teringat dengan yang namanya Tiki-Taka. Gaya operan pendek cepat dan penguasaan bola yang membuatnya menjadi satu-satunya pelatih yang bisa meraih lima gelar dalam semusim bersama Barcelona di musim 2008/09 silam.

Namun, tidak banyak yang tahu, Guardiola sejatinya membenci Tiki-Taka. Dalam buku `Herr Pep` yang ditulis oleh Marti Perarnau, rekan Guardiola, terungkap bahwa Guardiola sebenarnya membenci tiki-tika.

"Saya membenci tentang semua yang berhubungan dengan tiki-taka. Tiki-taka memiliki arti anda melakukan banyak umpan tanpa tujuan yang jelas,” ujar Guardiola dalam wawancara dengan Daily Mail beberapa waktu lalu.

"Jangan percaya apa yang dikatakan orang! Barcelona tak melakukan tiki-taka! Anda harus melakukan umpan, tapi dengan sebuah tujuan yang jelas. Yang kami lakukan adalah membuat lawan kerepotan, lalu menarik mereka, kemudian menyerang mereka lewat sebuah serangan mematikan. Tak ada hubungannya dengan tiki-taka," ujar Guardiola menegaskan.

“Membuat lawan kerepotan, menarik lawan kemudian menyerang lewat serangan mematikan”. Inilah sebenarnya esensi utama dari strategi sepak bola Guardiola. Strategi itulah yang dipakai Guardiola sebagai ruh dari permainan Bayern Munchen. Dan hebatnya strategi menyerang yang sejatinya sangat sulit bagi beberapa pelatih ini, justru dibuat menjadi sangat sederhana oleh Guardiola.

2357696-w2-572050a21293732507db1159.jpg
2357696-w2-572050a21293732507db1159.jpg
Guardiola, menginginkan trofi Liga Champios di akhir kariernay di Munchen/uefa.com

Bayern dibentuk Guardiola menjadi tim yang ‘serakah’ dalam penguasaan bola sesuai dengan tipikalnya. Berdasarkan Whoscored, dalam satu pertandingan penguasaan bola Bayern rata-rata mencapai 68%. Namun, Bayern tidak sekadar serakah menguasai bola. Bayern juga menjadi tim yang rakus gol.

Sementara Diego Simeone terbukti menghidupkan kembali Atletico Madrid sebagai tim kuat. Tidak hanya di Spanyol, tapi juga di Eropa. Juara Liga Spanyol 2014 dan finalis Liga Champions 2014, jadi bukti prestasi Simeone. Bahkan, sejak hadirnya Simeone, Atletico yang sebelumnya inferior dari tim sekota Real Madrid, kini justru tak pernah kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun