Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Pengalaman Real Bertemu “Kepolosan” City, Siapa Unggul?

26 April 2016   13:57 Diperbarui: 26 April 2016   14:42 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah pengalaman merupakan penentu utama dari hasil akhir pertandingan penting di panggung Liga Champions ? Bila pertandingannya di fase grup, bisa jadi ya. Pengalaman yang berbungkus kemapanan tim-tim besar, acapkali terlihat sangat mendominasi tim-tim minim pengalaman yang sekadar berharap keberuntungan.

Namun, bila memasuki fase knock out, dominasi pengalaman mulai mengendur. Pengalaman bukan lagi jadi satu-satunya syarat sukses. Faktanya, tidak selalu tim berpengalaman jadi menang. Ada faktor lain bernama keberuntungan (yang terbangun oleh kualitas), yang menentukan sukses tim di Liga Champions. Andai pengalaman jadi satu-satunya syarat untuk juara di kompetisi ini, tentunya “tim debutan final” macam Chelsea, tidak akan bisa juara pada edisi 2012 lalu.

Real Madrid "menang pengalaman" ketimbang Manchester City/uefa.com

Benturan antara tim sarat pengalaman melawan tim debutan itu pula yang akan tersaji ketika Real Madrid menghadapi Manchester City pada semifinal Liga Champions. Real mewakili elemen pengalaman. Real sudah 26 kali main di semifinal. Los Blancos jadi tim paling sering hadir di fase empat besar sejak kompetisi ini bernama Piala Champions. Sementara bagi City, ini kesempatan pertama main di semifinal Liga Champions. Karena status ‘orang baru’ itu, boleh jadi City akan berharap pada keberuntungan.  

Pengalaman atau Keburuntungan yang lebih dominan di Etihad nanti?

Real dengan pengalamannya, diunggulkan menang. Apalagi, penampilan Real tengah bagus-bagusnya. Di lima laga terakhir, Real menang beruntun. Termasuk kemenangan come back 3-0 atas Wolfsburg di leg II perempat final.

Pelatih Real, Zinedine Zidane menyebut situasi di Real sekarang mirip dengan musim 2014 ketika Real jadi juara Liga Champions. Kala itu, Zidane jadi asisten pelatih Real, Carlo Ancelotti. Namun, Zidane menyebut laga ini tidak akan mudah. Dia bahkan menyebut timnya perlu mengeluarkan kemampuan 150 persen.

“Peluang kedua tim 50/50. Kami akan menghadapi tim hebat. Jika kami memberi mereka ruang, mereka bisa menyakiti kami. Tetapi, pemain saya sekarang dalam kondisi bagus. Ada atmosfer yang sama di ruang ganti seperti 2014 lalu,” ujar Zidane.

Menghadapi tim Inggris, Zidane akan berharap banyak pada tiga pemain yang pernah ‘makan rumput’ di Liga Inggris. Luka Modric, Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo. Nama terakhir disebut sudah fit setelah absen kala Real melawan Rayo Vallecano. Sementara Bale dan Modric pernah balik-balik melawan City ketika main untuk Tottenham.

2357452-w2-571f106a3fafbdbc0787c1e9.jpg
2357452-w2-571f106a3fafbdbc0787c1e9.jpg
Aksi Ronaldo ketika sesi latihan/uefa.com

Besar kemungkinan, Zidane tidak akan bisa memainkan trio Benzema-Bale-Cristiano (BBC) bersamaan. Benzema cedera paha dan kecil kemungkinan bisa main. Bila begitu, Zidane sangat mungkin akan memainkan Jese sebagai penyerang tengah. Atau, menggeser Ronaldo jadi penyerang dengan James Rodriguez main di sayap kiri.

Bagaimana Manchester City?

Pelatih City, Manuel Pellegrini menyebut timnya tidak akan sekadar puas tampil di semifinal. Dia menyebut City tidak akan bermain bertahan. Tetapi, City akan bermain menyerang untuk lolos ke final.

“Setiap pemain ingin main di final. Kalian akan melihat tim City yang bermain untuk menang. Kami butuh hati yang keras dan kepala dingin untuk menghadapi pertandingan seperti ini,” ujar Pellegrini.

2357334-w2-571f10a20ab0bd1f07abb008.jpg
2357334-w2-571f10a20ab0bd1f07abb008.jpg
Pellegrini berharap timnya main dengan "kepala dingin"/uefa.com

City akan tanpa Yaya Toure yang cedera. City juga terbentu handicap bahwa striker utama mereka, Sergio Aguero ketika lima musim berkostum Atletico Madrid, tak pernah bisa menang atas Real Madrid. Namun, senjata City sejatinya bukan cuma Aguero. Tetapi anak muda bernama Kevin de Bruyne. Dia lah yang menjadi pengantar lolosnya City ke semifinal.  

Bisakah City membuat hasil mengejutkan seperti ketika Wolfsburg mengalahkan Madrid 2-0 di perempat final leg pertama ? Semuanya serba mungkin. Karena pengalaman memang bukan jaminan untuk menang. Seperti kata Pellegrini, City hanya perlu bermain dengan ‘kepala dingin’.

Rekor home City kala melawan tim Spanyol adalah menang 3 kali, imbang 2 kali dan kalah 2 kali. Nah, dua kali kekalahan itu diderita City ketika melawan Barcelona. Oleh pundit football Inggris, City kalah karena terlalu “polos”. Pemain-pemain City bermain dengan perasaan takut dipermalukan. Sikap itu yang perlu dienyahkan City ketika melawan Madrid.  

“Sangat penting untuk menikmati semifinal karena pencapaian seperti ini tidak terjadi setiap tahun,” kata Pellegrini.

Dua tim pernah bertemu di fase grup musim 2012/13. Kala itu, Real Madrid menang 3-2 di Santiago Bernabeu dan bermain 1-1 di Manchester. Bagaimana kali ini ? Tim yang paling bisa menikmati pertandingan-lah yang akan menang. Salam.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun