Ilustrasi: Omar Monani“When you want something, all the universe conspires in helping you to achive it”.
Adakah hubungan antara ujar-ujarannya Paulo Coelho dalam buku The Alchemist itu dengan harapan Leicester City dalam mengejar mimpi sekali juara Liga Premeir Inggris? Benarkah semesta memang telah berkonspirasi membantu Leicester City untuk jadi juara Liga Inggris musim 2015-2016 ini? Bisa jadi.
Bantuan semesta itu bisa berbentuk “pertolongan” dari tim-tim lain. Bantuan semesta itu juga bisa berbentuk penampilan buruk dari tim-tim pesaing pemburu gelar. Atau, bantuan semesta itu bisa pula keputusan wasit yang sumir dan menguntungkan Leicester. Ya, bisa jadi.
Hasil imbang 1-1 yang diraih Tottenham Hotspur, tim peringkat dua sekaligus pesaing utama Leicester, ketika menjamu West Bromwich Albion (WBA) di White Hart Lane, Selasa (26/4) dini hari tadi, menjadi tanda-tanda kesekian kalinya bahwa semesta membantu The Foxes--julukan Leicester untuk mengakhiri kompetisi sebagai juara.
Padahal, sebelum laga pekan ke-35, prediksi liar bermunculan bahwa Leicester yang ‘hanya’ unggul lima poin atas peringkat dua, Tottenham, sangat mungkin terpeleset dan gagal juara. Sementara Tottenham bakal terus melaju. Sebab, jadwal menguntungkan Tottenham.
Dari empat laga akhir penentuan, tim asuhan Mauricio Pocchettino ini hanya punya satu jadwal berat, yakni away ke markas Chelsea pada 3 Mei. Selebihnya menjamu WBA pagi tadi, menjamu Southampton(8/5) dan away ke markas Newcastle (15/5). Bandingkan dengan empat jadwal sisa Leicester yang terbilang berat. Setelah menjamu Swansea City akhir pekan kemarin (Leicester menang 4-0), Leicester akan melakoni tiga laga berat: away ke Old Trafford menantang Manchester United, menjamu Everton dan away ke London melawan Chelsea.
Leicester diprediksi akan kalah di markas Manchester United dan Chelsea. Apalagi handicap kartu merah Vardy. Dan itu disebut tidak cukup untuk jadi juara. Sebab, kalaupun menang atas Swansea dan Everton, poin maksimal Leicester hanya mentok di angka 79. Sebaliknya, Tottenham yang tengah on fire, diprediksi akan menyapu bersih empat laga sehingga poin akhirnya jadi 80.
Yang terjadi, semesta rupanya tidak menghendaki prediksi itu. Spurs langsung terpeleset di start awal dari empat laga menentukan tersebut. Ditahan WBA 1-1. Hasil ini membuat Leicester (76 poin) kini berjarak tujuh poin dari Tottenham (69 poin) dengan menyisakan tiga pertandingan. Hasil ini membuat teka-teki perburuan gelar juara Liga Inggris semakin kasat mata.
Ya, Leicester bisa langsung juara di pekan ke-36. Syaratnya, mereka menang di markas Manchester United. Bila itu terjadi, poin Leicester akan jadi 79 poin dan tidak akan terkejar oleh Spurs yang poinnya mentok 78 bila memenangi tiga laga sisa.
Memang , United yang kini ada di posisi lima, sangat butuh poin untuk lolos ke Liga Champion (empat besar). Nah, menariknya, andai Leicester kalah di Old Trafford, Leicester masih bisa juara. Syaratnya, bila Spurs juga kalah di markas Chelsea. Bila Leicester dan Spurs sama-sama meraih hasil imbang, Leicester juga akan juara.
Bila kita amati, di musim ini, “bantuan semesta” untuk Leicester City itu telah beberapa kali terlihat.
Dua pekan lalu misalnya, ketika menjamu West Ham United, Leicester sepertinya akan kalah. Hingga menit ke-90, West Ham masih unggul 2-1 dan Leicester bermain dengan 10 pemain karena Jamie Vardy dikartu merah. Yang terjadi, Leicester mendapat hadiah penalti di menit akhir dan bisa memaksakan skor 2-2. Keputusan wasit memberi penalti itu dinilai sumir oleh pundit football di Inggris. Tetapi, hasil akhir laga toh tidak berubah.
Bantuan semesta yang paling mencolok adalah kekompakan tim-tim The Big Four yang tampil memble. Sang juara bertahan, Chelsea, sudah masuk kotak sejak akhir tahun lalu. Begitu pula Manchester United. Sementara Arsenal dan Manchester City yang sempat melaju kencang di awal tahun, juga keluar dari perburuan gelar di bulan Maret. Dan sejak April lalu, perburua gelar hanya melibatkan Leicester dan Tottenham. Ya, jarang-jarang tim-tim elit Liga Inggris “kompak” untuk tampil tidak konsisten seperti di musim ini.
Bantuan semesta yang terakhir adalah adanya “pertolongan” dari tim-tim lain. Pertolongan ini bisa berwujud ‘menjegal’ pesaing Leicester seperti yang diperlihatkan West Bromwich Albion dini hari tadi. Skenario pertolongan dari tim lain ini bisa kembali terjadi pada pekan depan.
Bukan dalam bentuk Manchester United akan “mengalah” pada Leicester. Tetapi berwujud kengototan Chelsea untuk mengalahkan Tottenham di Stamford Bridge. Ya, Chelsea yang sudah selesai urusan dengan liga, bisa ‘memilih’ akan memberikan kepada siapa, mahkota juara Liga Inggris yang mereka raih musim lalu.
Dan bila harus memilih, tentunya Chelsea akan lebih suka bila Leicester yang juara. Bukan karena kostumnya sama-sama biru. Tetapi karena gengsi sesama tim London. Fans Chelsea tentunya tidak ingin Tottenham juara. Itu pula yang disampaikan bintang Chelsea, Eden Hazard.
“Saya dan fans Chelsea, tentunya tidak menginginkan fans Spurs merayakan gelar juara. Leicester pantas menjadi juara karena penampilan luar biasa mereka,” kata Hazard.
Bila sudah begitu, rasanya tidak perlu menunggu sampai akhir kompetisi untuk tahu siapa juara Liga Inggris. Leicester bisa mengunci gelar di pekan ke-36. Lantas, merayakan pesta juara dengan fans ketika menjamu Everton di King Power Stadium sepekan berikutnya. Bukankah skenario seperti itu yang diingini oleh semesta, eh diingingi oleh fans Leicester. Salam. Selamat beraktivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H