Saya percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di sepak bola. Semuanya masih mungkin selama masih ada kesempatan. Namun, rasanya terlalu mengada-ada berandai Chelsea bisa juara Liga Inggris musim ini. Membayangkan Chelsea di posisi 12 (33 poin) bisa menyalip pemuncak klasemen Leicester City yang unggul 20 poin, barangkali sebuah bentuk kesombongan yang nyata.
Namun, saya masih percaya, Chelsea bisa meraih trofi di musim 2015/16 ini. Mungkin saja trofi Liga Champions. Mungkin saja trofi Piala FA. Trofi yang pertama rada berat diraih setelah Chelsea takluk 1-2 dari Paris Saint Germain (PSG) di leg pertama babak 16 besar. Kalaupun bisa membalik agregat di leg kedua, jalan Chelsea meraih trofi bertelinga lebar untuk kali kedua, masih sangat berat. Sebab, masih ada banyak tim-tim kelas berat yang juga mengincar gelar juara.
Satu trofi yang paling masuk akal diraih Chelsea adalah Piala FA. Peluang semakin besar setelah Senin (22/2) dini hari tadi, The Blues menang telak 5-1 atas “Manchester City B” di putaran V (16 besar) Piala FA.
[caption caption="Chelsea menang mudah, 5-1 atas "Tim B Manchester City" di putaran V Piala FA/Daily Mail"][/caption]
Kok Manchester City B? Ya, City memang tampil seadanya di London. Demi memilih tampil bugar saat menantang tim Ukraina, Dynamo Kiev di leg pertama 16 Liga Champions, Rabu (24/2) nanti, pelatih City, Manuel Pellegrini menyimpan tim terbaiknya. Lihat saja, tim yang tampil di London berisikan pemain cadangan dan kumpulan bocah. Diantaranya Oluwatosin Adarabioyo (18 tahun/Inggris), Bersant Celina (19 tahun/Norwegia), Aleix Garcia Serrano (18 tahun/Spanyol), Manuel Garcia Alonso (18 tahun/Spanyol), Kelechi Iheanacho (19 tahun/Nigeria) dan David Faupala (Prancis). Nama terakhir yang baru berusia 19 tahun, dialah yang mencetak gol hiburan City.
Sementara Chelsea tampil serius. Tak heran, Chelsea bisa menang besar. Empat dari lima gol Chelsea dicetak pemain bintang macam Diego Costa, Willian, Gary Cahill, Eden Hazard. Chelsea bakal bablas juara? Semuanya masih mungkin.
Tetapi, yang menarik untuk diulas, Chelsea di era Roman Abramovich, setiap ada pergantian pelatih di tengah kompetisi, hampir pasti mereka meraih trofi. Faktanya memang begitu. Simak paparan berikut.
Tahun 2009 lalu, Chelsea di bawah pelatih sementara, Guus Hiddink, sukses meraih Piala FA. Kala itu, Hiddink baru masuk pada Februari 2009 menggantikan Luiz Felipe Scolari yang dipecat. Tiga bulan kemudian, Piala FA berhasil diraih.
Yang paling fenomenal adalah tahun 2012 lalu ketika Roberto Di Matteo mengantar Chelsea tampil sebagai juara Liga Champions 2012 untuk kali pertama sejak klub itu berdiri pada 1905 silam. Pencapaian itu diraih Di Matteo setelah hanya dua bulan “naik pangkat” sebagai pelatih, mengisi posisi Andre Villas Boas yang dipecat di tengah jalan.
Terakhir Chelsea juara Liga Europa pada 2012-13 di era Rafael Benitez yang juga berstatus pelatih pengganti. Benitez ditunjuk menggantikan Di Matteo yang dipecat setelah lima bulan memenangi Liga Champions. Bila siklus “pecat pelatih berbuah trofi” itu berlanjut, Chelsea yang kini dilatih Guus Hiddink, bisa meraih trofi Piala FA 2016.
[caption caption="Guus Hiddink, berpeluang memabwa Chelsea juara Piala FA 2016/Daily Mail"]
Saya teringat ucapan Chairman Chelsea, Bruce Buck pada April 2012 lalu, sesaaat setelah Di Matteo membawa Chelsea juara Liga Champions. Terkait pemecatan, dia bilang begini “Kami pikir, kami sudah membuat keputusan yang tepat. Faktanya, kami telah meraih banyak trofi dalam delapan tahun terakhir. Jadi itu bukti nyata”. Bruce Buck seolah ingin berkata, “kami selalu bisa memilih pelatih baru yang tepat setelah kami memecat pelatih”. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H