[caption caption="Gary Neville, Mantan pemain MU dan Timnas Inggris yang sekarang melatih klub Valencia."]
[/caption]Lebih sulit mana, menjadi komentator sepak bola yang kerjaannya mengomentari dan menganalisis penampilan sebuah tim dan pemainnya dengan berbekal data, pandangan mata dan kemampuan bicara. Atau jadi seorang pelatih yang punya tugas membentuk tim yang solid dan berprestasi sehingga suporter tertarik datang ke stadion.
Silahkan ajukan pertanyaan itu kepada Gary Neville. Pria Inggris yang pernah bekerja sebagai pundit alias analis sepak bola ini, sekarang sudah tahu jawabannya. Utamanya setelah dia melatih klub Spanyol, Valencia yang penampilannya tengah acak-acakan.
Nama Gary Neville memang tengah jadi sorotan. Utamanya setelah Valencia di-bully Barcelona 7-0 di laga pertama semifinal Piala Raja Spanyol, Kamis (4/2) kemarin. Itu kekalahan terburuk Valencia, bahkan dianggap lebih buruk dari skor 3-10 yang didapat Valencia dari Sevilla di tahun 1940 silam. Dan itu membuat nama Gary Neville yang populer di Inggris, semakin tidak punya tempat di hati fans Valencia
Sebelumnya, ketika Gary Neville belum juga mampu memberikan kemenangan di Liga Spanyol sejak ditunjuk melatih pada 6 Desember 2015, fans Valencia masih memberikan kata maaf. Fans masih bersabar meski posisi Valencia terus melorot (dari posisi 8 ketika Gary datang, sekarang turun di posisi 12).
Maklum, Valencia tampil apik di Piala Raja hingga lolos ke semifinal. Itu jadi pelipur lara. Mimpi melihat Valencia tampil di final seperti era kejayaan ketika dilatih. Rafael Benitez dulu, sepertinya tidak muluk-muluk. Hingga, petaka memalukan di Nou Camp dini hari kemarin, menghancurkan semua kesabaran fans El Che. Mereka menuding manajemen telah salah memilih Gary Neville sebagai pengganti Nuno Espirito Santo.
[caption caption="Valencia dianggap salah telah memilih Gary Neville/Daily Mail"]
[caption caption="Gary bersama Pihil Neville ketika tiba di Valencia usai kalah dari Barcelona/Daily Mail"]
Ketika bekerja sebagai komentator/pundit sepak bola di Sky Sports, Gary yang namanya populer sebagai salah satu pemain didikan Sir Alex Ferguson dankawan karib David Beckham, memang sosok yang cerdas, punya analisis komprehensif dan memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapatnya.
Kemampuan Gary ketika menjadi pundit, sama persis ketika dirinya jadi pemain. Gary memiliki reputasi sebagai pemain cerdas. Dengan posisi full back kanan, dia adalah langganan starter di Manchester United era Sir Alex Feruson. Dalam kurun 1992-2011, Gary telah bermain 400 kali untuk United dan membuat 5 gol serta pernah jadi kapten dalam lima musim. Gary piawai melakukan manuver dan bergantian bersama Beckham melepas crossing manis yang jadi santapan empuk penyerang-penyerang United kala itu.
Gary juga sosok berani. Pernah dalam derby Manchester, Gary yang tak ikut bermain, merayakan gol United dengan berlari dan berteriak di depan tribun yang dijejali fans Manchester United. Yang paling kontroversial adalah ketika dia tertangkap kamera tengah mencium mesra gelandang United, Paul Scholes, di lapangan.
Namun, ketika dipercaya melatih, ternyata kecerdasan Gary ketika jadi pemain dan kejelian analisis Gary ketika menjadi pundit, sama sekali tidak terlihat. Valencia yang sempat menaruh asa ketika memperkenalkan dirinya di hadapan fans, kini tentunya berpikir Gary bukanlah orang yang tepat untuk menerbangkan “sayap-sayap kelelawar asal Mestalla” ini.
Dulu, ketika diwawacarai wartawan saat sesi perkenalan, Gary Neville bilang begini.
"Dalam lima bulan ke depan, apapun yang akan terjadi, orang akan menyebut saya gagal atau sukses. Tetapi saya akan lebih senang menganggapnya sebagai pengalaman dan pelajaran”.
Gary benar. Dua bulan melatih Valencia, dia telah merasakan pelajaran dan pengalaman sebagai pelatih. Sayangnya, pengalaman yang ia dapat teramat pahit. Sayangnya pelajaran yang ia peroleh amat menyesakkan. Reputasinya pun turun. Gary yang menjadi asisten pelatih Timnas Inggris, Roy Hodgson dan disebut-sebut punya prospek bagus untuk suatu saat nanti melatih Inggris, malah ‘menurunkan’ sendiri reputasinya lewat kegagalannya di Valencia.
Jadi komentator, pundit, analis sepak bola memang tidak mudah. Anda butuh data yang tidak tersedia di supermarket tetapi harus dicari. Anda butuh kemampuan menganalisis permainan dan memprediksi apa yang akan terjadi dan Anda juga butuh gaya komunikasi yang baik dan berani bicara.
Namun, sesulit-sulitnya jadi komentator sepak bola, rupanya masih jauh lebih sulit melatih tim sepak bola. Tidak percaya? Tanyakan pada Gary Neville.
Salam.
Sumber : Daily Mail
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H