Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Inovasi Jadi Solusi "Kawasan Banjir Kenangan" Pak Menteri

23 Desember 2015   16:24 Diperbarui: 23 Desember 2015   16:37 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu waktu saya masih menjadi Dirjen SDA, kawasan di situ (Banyu Urip) selalu banjir”.

Begitu ujaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono mengawali cerita pengalaman pernah kebanjiran dan terjebak macet di kawasan Banyu Urip, Surabaya, beberapa tahun lalu.

Cerita itu disampaikan pak menteri Basuki Hadimuljono ketika berkunjung ke kantor Wali Kota Surabaya pada 14 Juli 2015 lalu. Lebih tepatnya, pak menteri ketika itu mampir ke Surabaya di sela jadwal padat nya bertemu dengan warga terdampak lumpur Lapindo di Sidoarjo.

Saya yang waktu itu bekerja sebagai staf Bagian Humas Pemkot Surabaya, bisa berkesempatan ikut menyambut rombongan pak menteri di ruang kerja bu wali. Di situlah, saya ikut mendengarkan pak menteri bercerita. Seperti Bu Risma (Wali Kota Surabaya) dan pejabat-pejabat Pemkot lainnya, saya ikut serius mendengarkan dan sesekali tertawa ketika pak menteri melempar guyonan.

Usai dari kantor wali kota, seolah ingin bernostalgia, pak menteri lantas menyempatkan datang ke Banyu Urip untuk melihat progres pengerjaan saluran box culvert (warga Surabaya terbiasa menyebutnya gorong-gorong). Pak menteri rupanya tergoda oleh “promosi” Bu Risma bahwa lokasi tersebut kini sudah jauh berbeda dibanding dulu. Lagi-lagi saya beruntung, bisa ikut dalam rombongan iring-iringan mobil menuju box culvert Banyu Urip tersebut.

Dan memang, lokasi Banyu Urip kini sudah jauh berubah. Ketika musim hujan tiba, tidak ada lagi terdengar kabar berita kebanjiran. Kemacetan yang dulunya terlihat di sepanjang jalan di sana dari pagi hingga sore, kini juga tinggal kenangan.   

Atasi Banjir dengan Konversi Saluran Irigasi Jadi Drainase
Padahal, sekitar 10 tahun lalu, Banyu Urip merupakan “kawasan percontohan” betapa banjir dan macet merupakan satu paket tak terpisahkan. Keduanya bak sepasang ‘anak kembar’ yang selalu bersama. Kenyataannya, setiap kali hujan deras yang berimbas pada terjadinya genangan air dan banjir, maka yang muncul kemudian adalah kemacetan mengular. Bisa dibilang, di mana ada hujan deras, di situ terjadi kemacetan.

Situasi seperti itulah yang dulunya kerap terjadi di kawasan Banyu Urip, Surabaya Barat. Banjir dan macet selalu datang bersamaan. Karena ketinggian daratan nya yang berada di bawah permukaan sungai, maka kawasan tersebut rentan banjir. Setiap kali hujan deras turun, sungai di seberang jalan raya itu meluap, airnya pun tumpah menggenangi rumah-rumah warga. Air sungai juga berpindah tempat ke ruas jalan. Genangan air menghambat laju kendaraan yang melintasi jalan itu. Imbasnya, jalan raya nasional (pusat) yang menghubungkan Surabaya menuju Gresik dan arah sebaliknya itupun penuh sesak oleh kendaraan. Macet parah.

Beberapa warga di sana yang pernah saya ajak ngobrol, mengaku dulunya sempat pasrah, hidup mereka selamanya akan seperti itu: berkawan dengan banjir dan macet. “Mbiyen cuman iso pasrah aeh mas (dulu hanya bisa pasrah),” kata seorang teman kantor yang rutin melalui jalur di kawasan Banyu Urip. 

Dan memang, bukan pekerjaan gampang mengatasi banjir dan macet yang sudah akut seperti yang terjadi di kawasan Banyu Urip. Butuh solusi dan inovasi cerdas untuk mengatasi masalah serius yang kerapkali terjadi di perkotaan ini.

Dihadapkan pada pilihan memilih menyelesaikan banjir atau macet, pilihan awal yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Pemkot Surabaya adalah menyelesaikan banjir nya dulu. Caranya, sungai dan saluran air yang dianggap jadi “sumber masalah”, digarap. Tidak hanya dinormalisasi atau dilebarkan seperti pada umumnya, sungai tersebut ‘diakhiri riwayatnya’. Inovasi nya adalah dengan menerapkan konsep konversi saluran irigasi menjadi saluran drainase melalui pemasangan box culvert.

[caption caption="Box Culvert berkonsep konversi saluran irigasi di Banyu Urip, Surabaya"][/caption]

Ya, sejak zaman Belanda dulu, saluran air di kawasan Banyu Urip merupakan saluran irigasi Gunungsari dengan tujuan mengairi lahan-lahan persawahan di sekitarnya. Itulah sebabnya, posisi saluran air lebih tinggi dari jalan maupun permukiman warga. Oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan, fungsi irigasi saluran air di Banyu Urip itu dirombak total menjadi saluran drainase. Fungsinya jelas, bukan lagi untuk mengairi sawah, melainkan sebagai tempat tampungan air dikarenakan posisi saluran sudah tidak lagi lebih tinggi dari jalan.

Maka, bermula pada 2009 silam, pemasangan gorong-gorong Girilaya-Banyu Urip dengan panjang 850 meter, dimulai. Pembangunan berlanjut dari Banyu Urip hingga Simo Jawar dengan panjang 2162 meter pada 2010 hingga 2011. Dan di tahun 2014, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR, berkomitmen melanjutkan pengerjaannya.  Pendanaan pembangunan gorong-gorong itu disokong penuh oleh APBN.

Hasilnya, kini tidak ada lagi cerita banjir dari Banyu Urip. Sungai yang dulunya membelah jalan dan permukiman warga, telah berubah jadi rangkaian box culvert. Daya tampung air box culvert jelas lebih besar dibanding saat masih berupa saluran irigasi. Dengan kedalaman 6 meter dan lebar mencapai 12 meter untuk 3 cell berjajar, box culvert mampu menampung volume air dalam jumlah banyak.

Bahkan tidak hanya banjir, macet pun teratasi. Rangkaian box culvert di kawasan Banyu Urip ternyata mempunyai fungsi ganda. Selain mengantisipasi banjir, juga difungsikan sebagai jalan raya. Box culvert tersebut efektif untuk menambah kapasitas jalan. Kabar bagusnya, jalan raya yang dulunya hanya satu ruas dan difungsikan dua arah, kini berganti dua ruas. Sehingga, tidak ada lagi pemandangan kemacetan akut di sana.  

Memang, pengerjaan belum selesai. Konsep Kementerian PUPR adalah melanjutkan perencanaan pembangunan gorong-gorong Banyu Urip ke perbatasan Surabaya-Gresik. Masih kurang sekitar lima kilometer yang rencananya akan dibangun 2 cell. Dan untuk mempercepat pembangunannya, Kementerian PUPR akan bergerak bersama Pemkot Surabaya sesuai tugas masing-masing. Pemkot tugasnya pembebasan lahan. Sementara pengerjaannya njadi tugas Kementrian PUPR.

Tetapi, solusi seiring inovasi yang dilakukan Kementerian PUPR bersama Pemkot Surabaya, terbukti telah menjadi jawaban mengatasi banjir dan kemacetan di kawasan Banyu Urip. Dan itu telah memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas hidup warga Surabaya dan sekitarnya.

Dalam hal ini, Kementerian PUPR melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) telah mampu menghadirkan solusi yang inovatif serta inovasi yang solutif sebagai jawaban masalah banjir dan macet di kawasan Banyu Urip, Surabaya.

Optimalisasi Jalan Raya Melalui "Aplikasi Jalan Kita Pusjatan"
Selama ini, Balitbang PUPR mengemban tugas untuk menciptakan produk-produk yang berdayaguna optimal dan berkelanjutan. Ruang laboratorium Balitbang PUPR ibarat dokter yang menghadirkan solusi atas penyakit di perkotaan seperti banjir dan macet. Setiap solusi yang ditemukan di ruang laboratorium penelitian, dilepas ke masyarakat untuk diaplikasikan secara nyata. Ini sesuai misi Kementrian PU PR untuk mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat guna mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’.

Ke depan, terkait optimalisasi fungsi jalan raya di atas box culvert di kawasan Banyu Urip juga kenyamanan pengguna jalan, bisa memanfaatkan inovasi teknologi Balitbang PUPR dalam hal ini Aplikasi Jalan Kita Pusjatan. Penerapan Aplikasi Jalan Kita Pusjatan ini bertujuan untuk memfasiltasi partisipasi masyarakat pengguna jalan dalam memberikan informasi terkait kondisi jalan dan jembatan dengan memanfaatkan teknologi aplikasi berbasis ponsel dan web. Jenis informasi yang diberikan berbasis data elektronik dalam bentuk teks, foto, dan juga koordinat lokasi.

Masyarakat dapat dengan mudah menggunakan aplikasi Jalan Kita dikarenakan aplikasi ini dapat diunduh melalui aplication store dengan sistem operasi berbasis android, IOS maupun Windows Phone. Tentunya aplikasi canggih ini akan lebih mengoptimalkan fungsi jalan raya dari rangkaian box culvert di Banyu Urip. Teknologi ini juga memperhatikan aspek kebutuhan dan mampu menjawab kondisi serta keterbatasan anggaran di daerah untuk infrastruktur. 

Kini, pak Menteri PUPR tentunya berbangga. Kawasan Banyu Urip yang dulunya rentan banjir dan menyisakan kenangan bagi menteri pemegang gelar Doktor (S3) Teknik Sipil Colorado State University, Amerika Serikat ini, sudah teratasi. Bahkan, hadirnya solusi seiring inovasi itu muncul di masa nya sebagai Menteri PUPR.

[caption caption="Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono (bertopi), senang melihat progres pengerjaan gorong-gorong di Banyu Urip, Surabaya"]

[/caption]

Ketika ikut Sidak ke lokasi box culvert, dari jarak dekat, saya bisa melihat ada raut senyum dari wajah pak menteri. Karenanya, ketika Bu Risma meminta dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat agar mendukung proyek tersebut, terutama dari segi pendanaan, pak menteri langsung mengiyakan. Saya masih ingat ucapan pak menteri kala itu.

“Bu wali minta dukungan kami untuk meneruskan proyek ini. Saya melihat manfaatnya memang besar. Mudah-mudahan kami bisa lanjukan sampai ke Gresik. Walaupun bertahap karena biayanya besar” begitu ucapan pak menteri yang saya ingat. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun