Jangan tanyakan, siapa klub yang paling dicintai Jose Mourinho. Jawabannya sudah terang benderang: Chelsea. Bukan FC Porto atau Inter Milan yang pernah dibawanya jadi juara Liga Champions. Bukan pula Real Madrid yang kabarnya kembali berminat merekrutnya.
Pekan lalu, ketika media menyebar rumor Real Madrid berminat mengontrak Mourinho sebagai pengganti Rafael Benitez, pria Portugal ini hanya berujar kalem, “keinginan saya hanya bertahan di Chelsea untuk tiga tahun ke depan sesuai kontrak”.
Mourinho memang pernah berujar, harapan terbesarnya ketika kembali melatih The Blues pada 2013 lalu adalah menjadi "Sir Alex Ferguson" nya Chelsea. Dia ingin lama melatih Chelsea. Dia ingin meraih banyak trofi dan pensun di Chelsea.
Namun, apa mau dikata, dua hari usai kekalahan dari Leicester City (15/12) yang membawa Chelsea ada di bibir zona degradasi, keinginan Mourinho itu bak memeluk bulan, tak kesampaian. Dini hari tadi, Chelsea resmi mengakhiri relasi nya dengan Mourinho. Ini seperti ulangan 2007 lalu. Ya, untuk kali kedua, Mourinho diputus cinta oleh Chelsea.
"Chelsea Football Club and José Mourinho have today parted company by mutual consent. All at Chelsea thank José for his immense contribution since he returned as manager in the summer of 2013”.
Begitu bunyi “surat PHK” yang diberikan Chelsea untuk Mourinho. Pelatih paling sukses dalam sejarah 110 tahun Chelsea ini out hanya tujuh bulan setelah membawa klub London itu juara Liga Inggris musim 2014/15.
[caption caption="Mouirnho kembali berpisah dengan Chelsea/Daily Mail"][/caption]
Ya, Chelsea akhirnya membuat keputusan yang sejatinya sudah bisa ditebak sejak beberapa pekan lalu, imbas dari penampilan ancur-ancuran Chelsea musim ini. Langit memang begitu hitam pekat memayungi Chelsea musim ini. Semuanya berjalan buruk.
Dari mulai gegeran Mourinho dengan dokter tim Eva Carneriro, serangkaian kekalahan memalukan, hingga ujung-ujungnya ada indikasi pengkhianatan pemain. Beberapa pemain Chelsea dituding hanya main setengah hati. Bahasa kasarannya: pemain ingin Mourinho dipecat. Yang terlihat kentara adalah anjloknya performa Eden Hazard, sang bintang utama Chelsea.
Puncaknya adalah kekalahan 1-2 atas Leicester City itu. Mourinho blak-blakan menyebut dirinya dikhianati. Paramaternya, beberapa hari sebelum pertandingan, Mourinho sudah mempersiapkan timnya untuk menangkal serangan balik cepat khas Leicester. Dia memutar video rekaman klub berlogo serigala itu dan ditonton para pemain. Pergerakan Jamie Vardy dan Riyad Mahrez jadi fokus utama. Tidak hanya mempelajari, Mourinho juga menyiapkan simulasi agar para pemainnya siap. Toh, pemain-pemain Chelsea nyatanya masih melakukan kesalahan yang telah diperkirakan. Dari tayangan terlihat seolah-olah bek-bek Chelsea “tertidur” ketika Vardy dan Mahrez mencetak gol.
“Saya merasa pekerjaan saya dikhianati,” ujar Mourinho.
Padahal, di akhir musim lalu, Mourinho dieluk-elukkan sebagai manajer tersukses Chelsea. Padahal, ketika datang kembali ke Chelsea pada 2013 silam usai dipecat Real Madrid, pemain dan fans Chelsea seperti mendapatkan kembali cintanya yang sempat hilang. Kala itu, Mourinho pun sangat bahagia bisa kembali ke pelukan cinta sejatinya meski ia sempat diisukan akan mengisi posisi Sir Alex Ferguson yang pensiun.
“I’m Happy One”.
Begitu kata Mourinho kala itu. Mourinho mengaku meninggalkan Madrid karena merasa banyak yang membenci dirinya di Spanyol, imbas perseteruannya dengan Iker Casillas dan Sergio Ramos. Dia meninggalkan Madrid dan pergi ke London untuk mencari cinta.
Chelsea memang rumah menyenangkan bagi Mourinho. Sweet home. Mourinho memiliki rumah di London. Anaknya, juga menyukai sekolah di London. Di sana, dia begitu dicintai fans. Mourinho-lah yang dinginkan fans. Dia adalah idola pemain senior Chelsea. Masa tiga tahun tiga bulan kepelatihannya di Chelsea pada Juni 2004 hingga September 2007, menyisakan kenangan hebat bagi para pemain Chelsea.
“Saya senang menjadi pelatih Chelsea karena saya merasa bahagia di London. Saya merasa orang-orang di sini mencintai saya. Dan di dalam hidup, Anda harus mencari itu. Hidup itu indah dan singkat. Anda harus mencari apa yang menurut Anda terbaik bagi Anda,” begitu kata pelatih paling populer di sepak bola ini.
Ya, cinta Mourinho dan Chelsea berakhir dini hari tadi. Tetapi memang, keputusan Chelsea itu bisa dimaklumi. Dengan asumsi pemain Chelsea sudah tampil ogah-ogahan di bawah Mourinho, kiranya sulit membawa klub berlogo singa ini untuk bangkit dan memperbaiki posisinya. Harus ada perubahan dalam hal ini pelatih baru untuk membangkitkan semangat tanding pemain. Itu pula yang disampaikan oleh eks bek Liverpool, Jamie Carragher yang kini jadi pundit bola.
Lucunya, kolumnis Daily Mail, Martin Samuel dalam tulisannya edisi Jumat (18/12) menyebut pemain-pemain Chelsea ada di posisi sulit ketika melawan Sunderland akhir pekan ini. Bila tetap bermain buruk, itu akan berpengaruh pada reputasi mereka. Tetapi, bila bermain bagus, publik akan tahu bahwa selama ini mereka memang berpura-pura. Berpura-pura tampil buruk agar Mourinho dipecat. Pengkhianatan itu kiranya akan mendapatkan pembenaran.
Kita tinggal menunggu siapa pengganti Mourinho. Media menyebut nama Guus Hiddink. Pelatih asal Belanda ini juga pernah melakoni peran pengganti pada 2009 lalu dan memenangi Piala FA. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir, Hiddink justru seperti ‘kehilangan kesaktiannya’ dalam menangani tim. Dia gagal memabwa Turki lolos ke Piala Eropa 2012. Dia juga tidak meraih trofi di klub kaya Rusia, Anzhi Makhackhala. Dan, gagalnya Belanda lolos ke Piala Eropa 2016 adalah andil start buruk di kualifikasi ketika masih dilatih Hiddink.
Bagaimana dengan Mourinho? Dengan reputasinya, sepertinya tidak sulit melihat pria yang mengawali kerja di sepak bola sebagai penerjemah akan menemukan klub baru. Namun, kiranya sulit membayangkan Mourinho kelak akan kembali melatih Chesea. Tapi siapa tahu.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H