Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mourinho dan Chelsea; Cinta Sejati yang Dikhianati

18 Desember 2015   10:39 Diperbarui: 18 Desember 2015   11:58 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“I’m Happy One”.

Begitu kata Mourinho kala itu. Mourinho mengaku meninggalkan Madrid karena merasa banyak yang membenci dirinya di Spanyol, imbas perseteruannya dengan Iker Casillas dan Sergio Ramos. Dia meninggalkan Madrid dan pergi ke London untuk mencari cinta.

Chelsea memang rumah menyenangkan bagi Mourinho. Sweet home. Mourinho memiliki rumah di London. Anaknya, juga menyukai sekolah di London. Di sana, dia begitu dicintai fans. Mourinho-lah yang dinginkan fans. Dia adalah idola pemain senior Chelsea. Masa tiga tahun tiga bulan kepelatihannya di Chelsea pada Juni 2004 hingga September 2007, menyisakan kenangan hebat bagi para pemain Chelsea.

“Saya senang menjadi pelatih Chelsea karena saya merasa bahagia di London. Saya merasa orang-orang di sini mencintai saya. Dan di dalam hidup, Anda harus mencari itu. Hidup itu indah dan singkat. Anda harus mencari apa yang menurut Anda terbaik bagi Anda,” begitu kata pelatih paling populer di sepak bola ini.

Ya, cinta Mourinho dan Chelsea berakhir dini hari tadi. Tetapi memang, keputusan Chelsea itu bisa dimaklumi. Dengan asumsi pemain Chelsea sudah tampil ogah-ogahan di bawah Mourinho, kiranya sulit membawa klub berlogo singa ini untuk bangkit dan memperbaiki posisinya. Harus ada perubahan dalam hal ini pelatih baru untuk membangkitkan semangat tanding pemain. Itu pula yang disampaikan oleh eks bek Liverpool, Jamie Carragher yang kini jadi pundit bola.

Lucunya, kolumnis Daily Mail, Martin Samuel dalam tulisannya edisi Jumat (18/12) menyebut pemain-pemain Chelsea ada di posisi sulit ketika melawan Sunderland akhir pekan ini. Bila tetap bermain buruk, itu akan berpengaruh pada reputasi mereka. Tetapi, bila bermain bagus, publik akan tahu bahwa selama ini mereka memang berpura-pura. Berpura-pura tampil buruk agar Mourinho dipecat. Pengkhianatan itu kiranya akan mendapatkan pembenaran.  

Kita tinggal menunggu siapa pengganti Mourinho. Media menyebut nama Guus Hiddink. Pelatih asal Belanda ini juga pernah melakoni peran pengganti pada 2009 lalu dan memenangi Piala FA. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir, Hiddink justru seperti ‘kehilangan kesaktiannya’ dalam menangani tim. Dia gagal memabwa Turki lolos ke Piala Eropa 2012. Dia juga tidak meraih trofi di klub kaya Rusia, Anzhi Makhackhala. Dan, gagalnya Belanda lolos ke Piala Eropa 2016 adalah andil start buruk di kualifikasi ketika masih dilatih Hiddink.

Bagaimana dengan Mourinho? Dengan reputasinya, sepertinya tidak sulit melihat pria yang mengawali kerja di sepak bola sebagai penerjemah akan menemukan klub baru. Namun, kiranya sulit membayangkan Mourinho kelak akan kembali melatih Chesea. Tapi siapa tahu.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun