Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menyesalkah Mourinho “Menceraikan” Lampard? (Jelang Stoke City vs Chelsea)

22 Desember 2014   22:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengamati persaingan Chelsea dan Manchester City di Liga Inggris musim 2014/15 ini, sungguh menarik. Ada dua nama yang membuat rivalitas dua tim kaya ini menjadi tidak sekadar urusan bola. Adalah Jose Mourinho dan Frank Lampard yang membuat rivalitas kedua tim melibatkan emosional yang menyentil sisi kemanusiaan kita.

Dua nama ini adalah kisah cinta sejati dalam sepak bola Inggris. Keduanya pernah bersama di Chelsea selama kurang lebih empat tahun. Mourinho dan Lampard merasakan masa-masa bulan madu di Chelsea ketika “tim biru” juara Liga Inggris 2005 dan 2006 dan Piala FA 2007.

Di mata Lampard, Mourinho adalah figur spesial. Se-spesial julukannya, The Special One. Dia bahkan menganggap Mourinho sebagai ayahnya. Ketika Mourinho meninggalkan London, Lampard masih rajin berkirim short message service ke Mourinho untuk sekadar bertanya kabar dan mendoakan sukses. Dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail pada tahun lalu, Lampard mengaku nyaris memilih keluar dari Chelsea ketika Mourinho pindah ke Inter Milan pada Juni 2008.

“Saya sempat ingin keluar, mengikuti pelatih idola saya. Bagi saya, Jose-lah yang terbaik,” ujarnya.

Mourinho juga mengidolai Lampard. Pernah dia diwawancara wartawan perihal Lampard. Dia menjawab singkat. "Mengapa saya menyukai Frank, karena dia salah satu yang terbaik yang pernah bekerja sama dengan saya," ujarnya.

[caption id="attachment_361190" align="aligncenter" width="306" caption="Lampard ketika masih mesra dengan Mourinho/Daily Mail"][/caption]

Hubungan Lampard dan Mourinho juga masih terjalin baik ketika sang pelatih yang dulunya berprofes jadi penerjemah ini pindah ke Real Madrid. Lampard masih memonitor kiprah Mourinho. Dan ketika Mourinho diisukan bakal keluar dari Madrid karena tidak disukai di klub ibukota Spanyol itu, Lampard seringkali ngoceh di akun Twitter nya untuk sekadar membela Mourinho

Sesaat jelang final Piala Raja Spanyol antara Real Madrid melawan Atletico Madrid pada 18 Mei 2013 lalu, Lampard menuliskan cuitan di akun twitternya: “Come on Atletico# Coming Home Jose”. Ketika ada seorang follower nya bertanya mengapa dia justru mendukung Atletico menang yang berarti akan membuat Mourinho keluar dari Madrid tanpa kebanggaan, Lampard lantas menjawab: “Saya membenci mereka (Madrid). Mereka memperlakukan Jose seperti seorang penjahat”.

Di musim 2013/14, Mourinho kembali ke Chelsea. Lampard masih setia di sana, menjalani musim ke-13 nya. Keduanya bereuni. Lampard yang berusia 35 tahun, masih dipercaya Mourinho. Dia tampil dalam 26 laga Premier League dan mencetak enam (6) gol. Total, Lampard main di 40 laga dan mencetak delapan (8) gol. Namun, di akhir musim, Lampard masuk dalam daftar jual. Pada 24 Juli 2014, pemain yang diakui banyak pelatih sebagai gelandang terbaik di eranya ini gabung dengan New York City dengan durasi kontrak dua tahun. Tetapi, karena kevakuman Major League Soccer (MLS), Lampard dipinjam Manchester City. Maka, jadilah Lampard main di Manchester City, salah satu rival berat Chelsea.

Dan seolah sudah menjadi takdir, gol pertama Lampard untuk City justru tercipta ke gawang Chelsea ketika dua tim bermain 1-1 pada 17 September lalu. Baru tujuh menit masuk ke lapangan, Lampard  mencetak gol sekaligus menggagalkan kemenangan Chelsea. Dan Mourinho pun tidak dapat menutupi kekesalan pada  pemain yang pernah begitu dia sayangi. “Hubungan Chelsea dan Frank telah usai,” ujar Mourinho di sesi jumpa pers seusai laga ketika itu.

Sebenarnya, Mourinho punya alasan ketika ‘menceraikan’ Lampard. Usia Lampard sudah 36 tahun. Dalam sepak bola, selain cedera, musuh utama bagi pemain adalah usia yang menua. Apalagi, Mourinho sudah jatuh cinta kepada Cesc Fabregas Soler (26 tahun), pemain idola barunya di Chelsea. “Kami telah membuat keputusan benar. Cesc Fabregas dan Nemanja Matic adalah proyek 10 tahun ke depan, bukan hanya tahun depan,” ujar Mourinho.

“Didier Drogba seorang striker. Dia turun bermain untuk membantu tim. John Terry adalah bek terbaik di Inggris, jadi tidak ada masalah berapapun usianya. Sementara pemain besar seperti Frank, justru akan menghambat perkembangan pemain lainnya,” sambung Mourinho.

Ya, Mourinho tidak salah. Sebagai pelatih, wajar bila dia lebih mengedepankan pemain muda yang “daya tahan baterai” nya lebih lama. Namun, keputusan tak mempertahankan Lampard, berarti telah memutus hubungan cinta Lampard dengan Chelsea yang telah dirajut sejak 2001.  Mourinho juga telah mencederai hubungan baik dirinya dengan Lampard.

Dan mungkin di luar perkiraan Mourinho bila Lampard justru belum kehabisan energi. Dia ternyata masih belum lupa caranya menjebol gawang lawan. Lampard seolah “menampar” Mourinho dengan membuktikan dirinya masih bisa berguna bagi City. Tidak hanya dalam permainan, tetapi juga membantu pemain muda City berkembang.

Akhir pekan kemarin, Lampard ikut bermain ketika City menang 3-0 atas Crystal Palace (20/12/2014). Kemenangan itu membuat City yang pada Oktober lalu tertinggal delapan poin, kini bisa menyamai poin Chelsea, 39 poin.  Lampard bersama Manchester City, sukses memberikan tekanan kepada Mourinho dan cinta lamanya “Chelsea” yang baru akan bermain di kandang Stoke City pada dini hari nanti.

Kolumnis Daily Mail, Martin Samuel menyebut Jose Mourinho telah salah mengambil keputusan perihal Lampard. Menurutnya, top skor sepanjang masa Chelsea itu seharusnya masih dipertahankan di Stamford Bridge-markas Chelsea karena masih bisa diandalkan.

Mungkin saja Mourinho akan menyesal luar biasa bila ternyata di akhir musim nanti, Chelsea justru kalah dari City dalam perburuan gelar Liga Inggris. Bila tidak ingin itu terjadi, Mourinho harus membawa Chelsea kembali berlari menjauh dari kejaran City. Caranya tentu Chelsea harus menang di Britannia Stadium, markas Stoke City dini hari nanti.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun