Pada gereja-gereja zaman ini posisi atau tugas mengajari jemaat umumnya hanya ada pada pendeta seorang diri. Hal mengajar di gereja, baik khotbah maupun pendalaman Alkitab, dan pengajaran-pengajaran lain dianggap sebagai tugas pendeta yang authentik.
Perebutan hegemony yang diam-diam terjadi di dalam gereja di antara pendeta dan para penatua, di antara pendeta dan wakil pendeta, dan lain-lain, sehingga hal-hal itu membunuh potensi gereja yang sesungguhnya untuk melakukan tugas gereja yang sesungguhnya, dan gereja hanya berada dalam bentuk formal (visible) belaka.
Sangat disayangkan jika peran penatua ini tidak diemban dengan baik, sebab bagaimanapun juga hal pendeta seorang diri mendidik dan membina jemaat adalah hal yang tidak dianjurkan di Alkitab. Alasannya karena memang pendeta seorang diri tidak akan sanggup mengemban tugas tersebut. Kalaupun sanggup (menurut standar manusia), sangat rentan pendeta seorang diri untuk kehilangan keseimbangan baik secara teologi maupun dalam penggembalaan jemaat secara adil, misalnya dalam hal memihak atau  memilih. Apalagi, gereja-gereja yang tidak memiliki sisterm penatua ini, walaupun ada sistem sidang majelis jemaat, dapat dikatakan sangat rentan untuk menyasar dari fungsi dan peran gereja yang sesungguhnya.
Kiranya setiap gereja Tuhan melengkapi diri dengan sistem organisasi yang baik, yaitu sidang majelis jemaat, penatua, dan diaken, dan terjadi kolaborasi kerja sama yang indah di antaranya, sehingga melaksanakan tugas gereja yang dipercayakan dari Tuhan secara maksimal dan optimal.
Hyunjoo, Bae. Asal Usul Sistem Organisasi Presbyterian. http://repress.kr/6902/
Calvin, John. Institutes of the Christian religion
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H