Mohon tunggu...
Aulia Fitri
Aulia Fitri Mohon Tunggu... mahasiswa -

Seorang narablog yang kini tergabung di Aceh Blogger Community dan beberapa komunitas. Tertarik pada media sosial sembari ngeblog di "OWL".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bukan Kandang, Tapi Ini Sekolah!

18 Desember 2012   19:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:24 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KATA-kata dalam judul di atas memang bukan bohongan, dalam sebuah film layar lebar Laskar Pelangi yang tak lain karya dari Andrea Hirata ternyata sampai tahun sekarang masih banyak kita temukan tempat-tempat pendidikan seperti dalam gambaran film atau novel tersebut. Tahun 2010 silam, saya bersama teman-teman Komunitas Aceh Blogger sempat mengunjungi salah satu daerah yang terpencil di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng (PSK) Kabupaten Bireuen. Dari sinilah kita beranjak menggulirkan sedikit persoalan pendidikan ke publik lewat cara ala blogger. Berlanjut pada tahun 2011, lewat rangkaian #1blogger1book kita terus menyuarakan hal ini untuk menarik simpati para blogger di Indonesia untuk saling berbagi dari satu sama lain sampai pada akhir tahun 2012 ini semangat itu masih terus kita kobarkan. Lewat akses dan jaringan sesama blogger, dari Sabang sampai Merauke maka kehadiran program #1blogger1book ini juga mendapat respon yang positif dari teman-teman BHSB atau lebih dikenal Blogger Hibah Sejuta Buku yang sangat luar biasa memberikan dukungan dan bantuan untuk menyukseskan misi pendidikan ini. Namun, semua usaha itu berhenti disini atau tahun ini. Sampai detik ini kita masih terus mengharapkan banyak dukungan dan support moril dari blogger Indonesia dimana pun berada. Sampai saat program #1blogger1book telah disalurkan ke dua titik di Aceh, berikut adalah kilasan masing-masing lokasi yang ditempuh oleh teman-teman blogger untuk berbagai bersama mereka yang membutuhkan dan haus akan pendidikan. Taman Baca Monprei, Peureulak Kabupaten Aceh Timur Waksyah, begitulah panggilan bapak tua berumur 60 tahun ini. Dengan nama panjang Syamsah Ahmad, sehari-harinya bekerja sebagai petani. Beliau tinggal di dusun monprei desa Alue Dua, Payah Gajah kecamatan Peureulak Aceh Timur. Desa ini berjarak 4-5 Km dari pasar Peureulak dengan kondisi jalan aspal dan berbatuan.  Monprei adalah sebuah dusun dari tiga dusun yang berada di kampung Alue Dua. Kampung ini dulunya merupakan kampung basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dari cerita yang saya dengar daerah ini memang sering terjadi kontak tembak antara TNI dan GAM pada masa konflik dulu. Ditempat bekas basis GAM ini, Waksyah memiliki koleksi unik yang tidak dipunyai oleh orang-orang yang sekampung dengannya. Ia mempunyai buku-buku sejarah Aceh dan buku perjuangan gerakan. Buku-buku ini ia dapatkan dari para tentara GAM yang singgah di rumahnya. Kadang-kadang setelah membaca, mereka (para tentara GAM) meninggalkan buku tersebut dirumahnya hingga ia menyimpan buku-buku itu. Malah ada buku yang udah disimpan lebih dari 15 tahun. Pasca penandatanganan damai antara pemerintah Indonesia dengan GAM, beliau mulai berpikir jika buku-buku tersebut dibaca oleh anak-anak dikemudian hari, ini akan membentuk pola pikir (doktrin) yang tidak baik di masa mendatang. Selain itu, dikampung ini sekolah dasar (SD) juga tidak ada.  Jika anak-anak ingin bersekolah mereka  harus melewati  3 kampung dengan berjalan kaki. Alasan inilah yang membuat Waksyah mendirikan taman bacaan yang bernama Taman Baca Monprei. (kisah selengkapnya laporan blogger Aceh Fachri) MIS Darussalam Abeuk Reuling, Sawang Kabupaten Aceh Utara Sabtu (16/12), saya di temani seorang Blogger Aceh Husni Mubarrak dan ananda Dail serta Adi seorang teman yang bersedia menjadi driver bergerak di tengah hujan deras yang sedang menyirami bumi. Jam 07.00 WIB kami meninggalkan kota Juang Bireuen, bergerak ke arah timur, niatnya bisa sampai jam 08.00 WIB di Krueng Mane, untuk sarapan dan ngopi di Warkop Palapa, tapi apa hendak dikata, hujan deras yang tidak bisa memaksa untuk berlari dengan kecepatan tinggi di jalanan yang licin dan berlubang, acara sarapan dan ngopi pun gagal, jam 9.30 WIB baru merapat di Krueng Mane. Tujuan hari ini adalah distribusi buku dari Program Blogger Hibab Sejuta Buku dan #1blogger1book ke Madrasah Ibtidaiyah Swasta Darussalam di Desa Abeuk Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Ini lokasi kedua setelah distribusi ke Taman Baca Monprei. Lokasi yang dituju berjarak 6 kilometer dari Krueng Mane, hanya 5 kilometer jalanan yang bisa dikatakan mulus dan sisanya lagi tidak ada aspal. Mendekati lokasi sekolah kami dihadang oleh seorang bapak yang bersepeda motor dan berbatik, beliau adalah Pak Mansur, sang Kepala Sekolah MIS yang pagi tadi sempat saya SMS kan rencana keberangkatan kami lokasi dan menyampaikan ciri-ciri kenderaan yang kami tumpangi. "Jalan masuk ke sekolah berlumpur karena hujan, mobil susah masuk, bukunya kita turunkan disini saja nanti kami angkat ke sekolah", komentar Pak Mansur ketika kami menanyakan lokasi sekolah. Akhirnya kami sepakat untuk terus melanjutkan perjalanan dengan mobil sampai di lokasi sekolah karena tidak mungkin memanggul 3 kardus buku yang berat perkadusnya cukup lumayan. Kami memasuki pekarangan Mesjid Desa yang terdiri dari sebuah bangunan semi permanen dan disampingnya terpancang tiang-tiang beton, sepertinya mesjid sedang dibangun. disamping mesjid ada sebuah balai. Kami di ajak mampir istirahat di Balai itu. Kami belum melihat sebuat gedung atau bangunan kelas untuk sebuah sekolah di sekitar pekarangan mesjid itu. "Pak, Sekolahnya mana?" tanya Husni, seorang blogger Aceh yang ikut dengan saya, karena Husni pun sedang menebar pandangan sambil memegang kamera, Husni yang hari ini bertugas sebagai fotografer belum menemukan juga gedung sekolah untuk diabadikan. "Itu di gubuk itu!" Tunjuk Pak Mansur, sambil membalikkan badannya ke arah belakang balai. Kira-kira 200 meter dari tempat kami duduk, terlihatlah sebuah bangunan dengan 3 pintu dengan total ukuran lebih kurang 12 x 3 meter. Keseluruhan bangunan terdiri dari tiang dan anyaman bambu, beratapkan daun rumbia, dari kejuahan saya pastikan bahwa tidak ada lantai semen apalagi ubin keramik dalam ruangan.

Saya teringat bangunan itu persis kandang bebek di belakang rumah saya, yang membedakan dan menandakan bahwa bangunan itu bukanlah kandang, hanya sebuah tiang yang diujung berkibar sang Merah Putih dan sebuah papan nama indentitas sekolah, sebuah pentungan tergantung di depan "kelas", mungkin itu fungsinya untuk bel (lonceng).

"Ah yang beutoi Pak (yang benar pak)?" celutuk Adi dalam bahasa Aceh dengan tidak yakin itu adalah sekolah. (kisah selengkapnya laporan blogger Aceh Tengku Muda) Itulah sekelumit kisah dari #1blogger1book, Anda atau siapa saja bisa ikut berpartisipasi dalam pendidikan ini untuk saling membantu sesama. Karena, jika terus mengharap untuk bergerak oleh pihak dinas dan terkait lainnya tentu akan butuh waktu lama lagi. Apa yang bisa kita berikan sekarang adalah salah satu cara membantu pendidikan untuk anak-anak sebagai generasi masa depan Indonesia.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun