[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Kondisi ruangan MIS Celala, kebetulan sedang waktu libur sekolah / Foto Facebook Nurdinsyah"][/caption]
DI akhir Desember tahun 2012 lalu mungkin kita telah pernah mendengar atau membaca "Bukan Kandang, Tapi Ini Sekolah!", hal yang sama ternyata juga masih berlaku (baca: soal nasib pendidikan) hingga tahun 2014 ditengah hiruk pikuk kampanye calon pemimpin negara.
Dataran tinggi Gayo, tepatnya di pedalaman Blang Jorong, Paya Kolak, Kecamatan Celala, Kabupaten Aceh Tengah inilah tempat yang menjadi perhatian setelah dari Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darussalam di Desa Abeuk Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, yang kini sudah mendapatkan perhatian banyak pihak.
Foto-foto kepiluan menyeruak, di saat anak-anak di sana harus bangkit belajar dan belajar demi sebuah mimpi yang ingin digapainya nanti. Lewat swadaya masyarakat, MIS Celala berdiri tegak dengan segala kelebihan dan banyaknya kekurangan.
[caption id="attachment_328998" align="aligncenter" width="600" caption="Raung sekolah MIS yang disulap jadi ruang belajar untuk siswa kelas 1, 2, dan 3"]
"Menurut kisah yang saya dengar, Sebelumnya anak2 pergi sekolah dengan berjalan kaki sejauh 2 km, mereka harus mendaki bukit untuk sampai kerumahnya, iklim di Celala lebih panas dari Takengon, banyak anak2 yang kehausan saat pulang, untuk membasuh dahaganya akhirnya banyak anak2 yang minum air apa saja yang dijumpainya, termasuk air parit. inilah yang menimbulkan keprihatinan dari masyarakat disana, dan itu pula latar belakang sekolah ini dibangun secara swadaya oleh masyarakat," ujar Aman Dio alias Fikar Ahmad dalam status di Facebook menanggapi foto-foto kondisi sekolah tersebut.
Informasi keberadaan MIS sudah diketahui sejak bulan Mei lalu, foto-foto ini pun mulai dibagikan oleh Nurdinsyah di jejaring Facebooknya.
[caption id="attachment_329010" align="aligncenter" width="600" caption="MIS Celala tampak dekat / Foto Facebook Nurdinsyah"]
Teman-teman blogger di Aceh pun mulai tergerak, hal utama yang dilakukan adalah mencari solusi yang inovatif, melibatkan banyak pihak untuk peduli, dan bergerak bersama membuat sekolah ini menjadi lebih indah walaupun tak bisa sempurna dengan sekolah-sekolah lainnya.
[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Bangunan kecil yang terlihat jauh/Foto Facebook Nurdinsyah"]
Memang ada banyak sekolah dengan kondisi seperti dalam kisah "Laskar Pelangi" di Aceh ini, tapi setidaknya apa yang telah terlihat di depan mata, bisa terus menjadi ajuan bagi kita untuk meminimalisir protret buram pendidikan yang ada di Aceh.
Menggoyahkan nurani pemimpin memang modal utama, namun sebelum hal itu tergerakkan oleh birokrasi yang dikenal 'rumit', setidaknya kita mampu membantu bersama-sama. Siapkah kita membantu dan apa yang bisa kita bantu?
Kontak relawan Pecinta Linux Takengon (PELITA) 082304040239 an. Nurdinsyah, yang ikut turut ke lokasi di Celala, Aceh Tengah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H