Usaha pokok dari semua ahli antropologi adalah untuk mempelajari umat manusia dengan cermat dan sistematis.
Penyair atau filusuf sebagai pemikir-pemikir tentang keadaan manusia yg serius, tetapi tidak ilmiah.
Antropologi sebagai ilmu sosial atau ilmu perilaku (behaviorial science), yang lain menyebutkan ilmu tenteng kehidupan (life science), dan yang lain lagi menganggapnya salah satu dari humaniora.
Ilmu adalah cara yang ampuh dan luwes yang di temukan oleh manusia untuk memahami tabiat dunia dan alam semesta yang tampak. Ilmu mencari keterangan-keterangan yang dapat diujitentang fenomena yang di saksikan orang berdasarkan prinsip atau hukum yang tidak nampak, tetapi bersifat umum dan tetap. Utuk itu diperlukan dua pokok : imajinasi dan skeptisisme. Meskipun imajinasi dapat meyesatkan, tetapi perlu agar kita dapat membayangkan dengan cara bagaimanakah kita dapat mengatur fenomena, dan memikirkan hal-hal lama dengan cara yang baru. Tanpa itu tidak mungkin ada ilmu. Sedangkan skeptisisme memungkinkan kita membedakan antara fakta dan khayalan, menguji renungan-renungan kita, dan mencegah agar imajinasi tidak menyesatkan kita.
Ilmu mengoreksi diri sendiri (self-correcting), artinya, penjalasan yang tidak memadai cepat atau lambat akan kelihatan kekurangannya, dan digantikan oleh penjelasan yang lebih memadai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H