Mohon tunggu...
Habibur Rahman
Habibur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemerhati Kebudayaan

Menulis hal-hal yang bersangkut paut dengan kehidupan masa lalu, seperti sosial, agama, dan juga kebudayaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyoal Kegagalan dalam Menghadapi Modernisasi di Tengah Basis Masyarakat Adat Nan Religius

15 Juni 2023   02:19 Diperbarui: 21 Juni 2023   18:08 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.3 Kondisi Memprihatinkan Kaligrafi Masjid (Sumber : Habibur Rahman )

Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah merupakan aforisme yang nyata dan dipegang erat secara turun temurun oleh masyarakat Minangkabau pasca Islam masuk. Hal ini membuktikan sekaligus mendeskripsikan bahwa sejatinya terdapat kombinasi yang elok antara kedua unsur tersebut di Ranah Minang. Di samping itu Foto di atas merupakan salah satu bangunan Masjid Tua bersejarah yang bersenyawa dengan arsitektur kebudayaan Minangkabau, yang mana Masjid Tua ini telah beroperasi pada kurun waktu 1837 - 1970 an.

Masjid ini telah mewarnai proses keislaman pada daerah tempat masjid ini berdiri yakni di Jorong Ampang Gadang, Kenagarian VII Koto Talago Kec.Guguak, Kab.Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat. Jikalau kita memasuki kawasan Masjid ini kita akan diingatkan dengan masa lalu hal ini disebabkan karena pesona yang begitu exotis dari Masjid Tua ini, yang akan membuat kita bernostalgia dengan khas-khas bangunan Surau Minangkabau di masa lalu. Namun kini Masjid ini telah ditinggalkan dan masyarakat beralih kepada Masjid yang notabenenya terlihat modern yang dibangun dengan batu bata dan bahkan yang lebih miris dari itu masyarakat sudah tak menjamah Masjid Tua ini lagi, karena adanya kesan angker yang disematkan kepada Masjid Tua ini.

Saya terkadang tidak mengerti dan dibuat keheranan, kenapa masyarakat selalu saja berpersepsi bangunan ibadah se ikonik itu, seperti Surau, Longgar, Masjid Tua sekalipun, apabila ia terletak jauh dari keramaian dan berada di lembah kesunyian selalu saja disematkan kesan angker  yang akhirnya membuat masyarakat itu sendiri rasa takutnya lebih besar daripada keinginannya untuk beribadah disana, apakah ini semacam pembunuhan proyeksi kultural keislaman kita?

Gambar 1.2 Kondisi di Dalam Masjid (Sumber : Habibur Rahman)
Gambar 1.2 Kondisi di Dalam Masjid (Sumber : Habibur Rahman)

Dan setelah jati diri "modernitas" tertanam di masyarakat, ia akan lebih cenderung meninggalkan ranah masa lalu dan menganggap kehidupan modernlah yang harus diterapkan dengan semangat tetapi ada nilai-nilai kultural yang terlupakan dibalik itu. Betapa banyak situs-situs keislaman masa lalu yang telah berhenti beroperasi dan cenderung tidak terawat di Ranah Minang, tetapi mereka masyarakat tersebut lengah dan menganggap bangunan itu sebagai suatu hal kuno yang layak untuk ditinggal pergi dari peradaban.

Gambar 1.3 Kondisi Memprihatinkan Kaligrafi Masjid (Sumber : Habibur Rahman )
Gambar 1.3 Kondisi Memprihatinkan Kaligrafi Masjid (Sumber : Habibur Rahman )

Akankah selalu begini? Mata terbuai dengan bangunan indah, bertingkat, mengkilat ? Sementara disekitar kampung kita masih ada bangunan-bangunan yang masih layak untuk dilanjutkan fungsinya di tengah-tengah masyarakat, katanya kita "bersyarak" dan juga "baradaik" tetapi  persoalan ini saja kita kerap lalai di lapangan, saya tegaskan meninggalkan dan membiarkan lapuk bukanlah sebuah cara dalam menikmati suatu hal yang "baru" disamping itu yang mirisnya dalam menapaki kaki di bangunan-bangunan bersejarah tersebut mata saya kerap kali diperlihatkan dengan lembaran-lembaran Al-Qur'an yang bercerai berai menambah hati saya semakin teriris dan membuat saya meneteskan air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun