Mohon tunggu...
Habib Asyrafy
Habib Asyrafy Mohon Tunggu... Tutor - Penulis Naskah

Seorang guru, pembicara, penulis naskah film, narablog dan novelis alumnus MASTERA 2016.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cara Menghadapi Orang Sok Suci yang Suka Ikut Campur

22 November 2021   09:49 Diperbarui: 22 November 2021   10:13 2954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghadapi orang yang sok suci dan suka ikut campur urusan orang lain memang sungguh mengesalkan. Kata-kata orang yang merasa sok suci sering kali ingin membuat kita berteriak, "Jangan sok suci deh!" tapi tahukah kamu ada cara yang lebih baik untuk meladeni mereka?

Menjawab pertanyaan orang sok suci sebenarnya sangat mudah. Bacalah percakapanku dengan dengan salah satu dari mereka di bawah ini! Kamu akan tahu betapa mudahnya menghadapi mereka.

Kenapa sih lo suka banget ikut campur urusan orang lain?

Apa ngingetin temen sendiri bisa disebut ikut campur urusan orang lain?

Badan badan gue, suka-suka gue dong!

Emang sejak kapan lo beli kepemilikan badan lo dari Dia Yang Maha Memiliki?

Sok alim! Lo pikir lo siapa? Orang tua gue?

Kalo yang nasehatin orang tua lo sendiri, lo mau nurut?

Emang kenapa? Lo mau nyuruh mereka nasehatin gue?

Iya. Bentar ya, gue telpon dulu!

Anjing! Gak usah aneh-aneh deh! Lo mau bongkar aib gue?

Kalau itu satu-satu cara nyelamatin dunia dan akhirat lo, kenapa nggak?

Kalo lo mau masuk surga, masuk surga aja sendiri!

Gue pengen kita masuk surga sama-sama.

Kayak lo sendiri gak ada dosa aja sok nasehatin gue.

Kalau manusia harus menunggu sesuci itu untuk bisa ngingetin orang lain, apa bakal ada manusia yang bisa ngingetin orang lain? Bukanlah lebih baik kita saling ngingetin aja?

Oh my god! Kenapa lo jadi sok suci banget kayak gini sih?

Mana yang lebih pantas disebut sok suci, orang yang ngajak saling nasehat-menasehati kayak gue atau orang yang merasa gak butuh dinasehatin kayak lo?

Kenapa sih lo gangguin gue terus? Gue gak butuh lagu-lagu lo. Urus aja diri lo sendiri!

Maaf kalo peringatan ini bikin lo terganggu tapi ini memang urusan gue juga. Kalo lo terus lakuin ini, gue takut Dia bakal turunin peringatan-Nya ke sini. Apa salah kalo gue gak mau kena petaka?

Yang maksiat kan gue, kenapa lo yang ikut-ikutan kena akibatnya?

Karena gue udah diperintahin untuk beriman, menyuruh yang baik-baik dan mencegah yang buruk-buruk. Kalo gue biarin ahli maksiat kayak lo terus dalam maksiat, apa bedanya gue sama lo?

Yaudah, kewajiban lo ngingetin gue kan udah lepas. Sekarang diem ya!

Jadi lo pengen terus kayak gini?

Siapa sih yang gak pengen? Lo juga pengen kan? Gak usah munafik deh!

Siapa yang munafik? Hampir setiap diri pengen ngelakuin yang lo lakuin, karena itu memang udah tabiatnya. Yang bedain gue dari lo adalah: lo nurutin kehendak rendah diri lo persis kayak binatang sedangkan gue mengendalikannya dengan akal yang dikasi Dia sama gue.

Ngakunya bawa perintah kitab suci tapi temennya sendiri dikata binatang.

Seenggaknya gue bukan penyembah hawa nafsu kayak lo.

Jadi, kapan lo bakal berhenti?

Lo gak seneng ya dinasehatin?

Siapa sih yang seneng dinasehatin?

Gue seneng dinasehatin. Siapapun yang sadar dirinya gak sempurna dan pengen jadi lebih baik pasti seneng dinasehatin. Nasehat itu menghidupkan hati yang mati seperti air menghidupkan tanah yang kering.

Banyak omong. Kuping gue panas tahu, udah dong!

OK, maaf ya! Gue diajarkan untuk peduli pada orang lain. Gue gak tahu lo udah nemuin cara hidup lain yang menurut lo lebih baik. Gue gak akan ngingetin orang yang suka ikut campur urusan Yang Maha Bijaksana dan orang yang sok baik (merasa gak butuh diingetin) kayak lo lagi.

Whatever!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun