Mohon tunggu...
Habib Asyrafy
Habib Asyrafy Mohon Tunggu... Tutor - Penulis Naskah

Seorang guru, pembicara, penulis naskah film, narablog dan novelis alumnus MASTERA 2016.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Hidup Bebas Seperti Binatang a la "Zootopia"

19 November 2021   21:23 Diperbarui: 19 November 2021   23:11 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Judi Hopps, karakter utama dalam film animasi "Zootopia" | Sumber: Disney via Kompas.com

Mereka berkata bahwa rubah yang kejujurannya sering dipandang sebelah mata bisa saja berhati mulia. Singa yang akhlaknya tidak terlihat mulia bisa saja sebenarnya tidak seburuk yang terlihat.

Tentu saja pesan ini ada benarnya dan akan menjadi pesan yang baik jika diterapkan secara benar. Tapi jika adanya pesan ini hanya mengakibat penonton  berburuk  sangka pada orang yang mereka anggap mirip Wakil Walikota Bellwether, maka pesan ini sama sekali bukan pesan yang baik.

Orang-orang yang menghabiskan hari-harinya dalam kubangan lumpur maksiat senang sekali mengulang-ulang bagian terbongkarnya kebusukan hati Bellwether, si domba yang tampak jinak. Pasalnya, mereka memang sejak dulu tidak suka dengan keberadaan orang-orang baik. 

Adanya putih akan membuat abu-abu tampak gelap. Adanya orang yang benar-benar baik akan membuat kesalahan para pelaku maksiat tampak jelas sebagai kesalahan. Dan mereka mengira kesalahan mereka tidak akan terlihat jelas jika semua orang melakukan kesalahan yang sama. Itu sebabnya mereka sangat ingin mengenyahkan keberadaan orang-orang baik, persis seperti Cain (Qabil) yang ingin membunuh Abel (Habil).

Setelah melihat terbongkarnya kebusukan hati Bellwether, orang-orang munafik ini akhirnya dapat berjalan lebih tegak di hadapan teman-teman sekantornya yang dikenal baik. Itu karena sekarang mereka dapat berkata dalam hati, "kau mungkin bisa menipu yang lain tapi kau tak bisa menipuku. Aku tahu hatimu lebih busuk dari kelakuanku." Mereka punya pembenaran untuk terang-terangan bermaksiat sekarang.

Lebih jauh, setelah menonton film ini mereka akan berkata, "Kami masih jauh lebih baik dari mereka. Kami terang-terangan mengaku suka maksiat sedangkan mereka pura-pura tak suka."

Argumen mereka ini tidak sulit dipatahkan karena sebenarnya buku memang dinilai dari sampulnya. Jika buku tidak dinilai dari sampulnya, mengapa desain sampul buku disayembarakan? Mengapa calon karyawan berpakaian rapi saat dipanggil interview? Mengapa politikus mendadak tampak islami menjelang pemilihan? Tidak lain, jawabannya adalah karena kita memang menilai buku dari sampulnya sebelum mendapat kesempatan memeriksa isinya.

Di kalangan umat Islam pun terdapat sebuah kaidah bahwa: kita berhukum dengan yang zahir. Muslim diajarkan untuk memenuhi hak-hak mereka yang mengucapkan dua kalimat syahadat meskipun mereka tidak tahu apakah orang itu benar-benar beriman kepada Allah. Sejalan dengan itu, orang yang ditimpa persangkaan buruk teman-temannya karena tiap malam masuk ke tempat maksiat tidak layak menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri.

Karena itu berhentilah mencari pembenaran atas kemaksiatan-kemaksiatan itu dan tetaplah berbaik sangka pada saudara kita sebagaimanayang diajarkan agama dan orang tua kita.

Tentu saja film ini sangat menghibur. Siapa yang tidak tergelitik saat melihat seekor kukang melanggar batas kecepatan. Dan tentu kita tidak menafikan ada pesan-pesan positif yang ada dalam film ini (misalnya: buruknya pengaruh makanan atau minuman yang menghilangkan akal). 

Hanya saja, terdapat sebuah kaidah: Menghindari kerusakan lebih utama dari mengambil kebaikan. Karena itu, cegahlah manusia menanggalkan satu-satunya pakaian yang membedakan mereka dari binatang! Ingatlah selalu bahwa malu adalah sebagian dari iman. Dan bahwa iman ini terlalu berharga untuk ditukar dengan sekadar hiburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun