Mohon tunggu...
Ahirul Habib Padilah
Ahirul Habib Padilah Mohon Tunggu... -

Anak Dukuh ! Kalimantan Barat Universitas Padjadjaran Magister Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Ujung Senja - Berdaya Bersama Dana Desa

27 November 2017   12:22 Diperbarui: 27 November 2017   12:49 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Ahirul Habib Padilah, S.IP., M.I.Pol

Pendamping Desa Pemberdayaan 

Kecamatan Sayan- Kabupaten Melawi

Desa Nanga Sayan, Kabupaten Melawi

Harapan-harapan tercipta, secercah cahaya kehidupan mulai menyala kembali dari asa yang sempat patah, hancur lebur entah kemana. Kehidupan kian buruk tatkala penghasilan utama masyarakat harganya ambruk. Harga karet yang merupakan hasil utama masyarakat turun drastis dari Rp. 18.000.00,- per kilogram menjadi Rp. 4000.00,- per kilogram. Desa itu adalah Desa Nanga Sayan, Kec. Sayan - Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Desa yang terletak nun jauh dipedalaman Kalimantan Barat serta jauh dari hiruk pikuknya kehidupan kota yang serba segala ada dan mewah menyertainya. Penghasilan utama masyarakatnya adalah menoreh getah karet. Roda perekonomian masyarakat Desa Nanga Sayan tertumpu dari hasil pekerjaan tersebut. Maka, tatkala harga turun masyarakat tersiksa padahal harga barang sudah terlanjur melonjak ketepian langit yang tidak ada kasian dan wajar rasanya.

Tuhan memang maha adil, tidak lama berselang dan terpuruk dalam keadaan buruk, masyarakat kembali Tuhan anugerahkan sebuah harapan dan secercah kehidupan dalam nuansa bersama lingkaran desa. Dan memang mungkin saja dana desa tidak membantu mereka secara langsung individu per individu, tapi setidaknya dengan adanya sistem swakelola dalam penggunaan dana desa masyarakat secara tidak langsung juga turut serta merasakan manfaatnya dan sudah pasti hal itu mereka lakukan dengan senang hati karena ini merupakan tindakan untuk kebermanfaatan bersama dalam ruang lingkup desa, bisa kita pinjam sebuah istilah :

"dari desa, dipilih oleh desa, dan untuk desa"

Menganalogikan dana desa yang wajib dikelola desa secara mandiri, penulis ibaratkan seperti sebuah filosofi ketika kita menanam pohon buah. Ketika kita menanam pohon buah, kita rawat, kita jaga, kita berikan perhatian yang khusus, sampai dia besar dan berbuah dengan harapan kita bisa merasakan manfaatnya dari hasil pohon tersebut yang sudah kita jaga dan rawat. Tentu hasilnya dan manfaatnya bukan kita rasakan sendiri, jika terus kita jaga dan rawat, tidak menutup kemungkinan manfaat dan hasilnya juga bisa dirasakan keturunan kita yang kelak akan mewarisi hidup dan kehidupan ini ditangannya atau generasinya.

Demikian juga dengan azas pemanfaatan dari dana desa yang kita laksanakan hari ini. Jangan sampai mengalami gagal manfaat dan gagal fungsi karena hanya mementingkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok diri sendiri atau :

"Aaaahh dana proyek, masuk saku tetap berlaku"

Ini merupakan penyakit dan secara tidak langsung menciptakan sistem kebodohan antar generasi dalam hal memerangi korupsi. Tidak heran jika dana desa juga banyak diisinyalir menjadi pintu masuk bagi otak bejat untuk meraup keuntungan lebih yang berakhir pada jeruji besi tak bermeja dan berkursi. Kalau sudah begini, hari ini kita dapat akibatnya yang jauh dari manfaat, dan generasi kita selanjutnya dapat dampaknya. Pada akhirnya, desa tetaplah menjadi desa yang telanjang dalam memahami segala arti perkembangan, kemajuan, dan kearifan lokal. Sehingga kata-kata ini populer kembali :

"dasar anak kampung, kolot, primitif, dan tidak ngerti apa-apa"

Kasian bukan generasi kita ? sudah ah curhatnya. Next..........

Demikian halnya dengan dana desa yang ada di Desa Nanga Sayan. Penulis ibaratkan senja yang selalu indah dipandang mata namun hanya sebentar saja dan menenggelamkan kita pada sisi lain kehidupan ini, yaitu pada kegelapan. Harapannya, dana desa ini adalah cahaya diantara kegelapan tersebut yang menghadirkan sejuta makna dalam kata dan sunyi yang menyapa. Setelah ambruknya harga karet seperti yang penulis ungkapkan diatas, masyarakat kembali merasa ada kehidupan yang mulai menyapa dan memperhatikan kembali kebutuhan dan segala keinginan mereka. Masyarakat kembali giat bekerja, bersinergi membangun negeri, berkoordinasi untuk menyampaikan aspirasi demi menuju desa mandiri.

Berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat pun dilaksanakan. Akses menuju lahan pertanian menjadi mudah dan murah. Selain itu, dengan adanya dana desa juga masyarakat merasa bahwa akan lebih mudah dalam menyalurkan dan melaksanakan aspirasinya kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di Desa Nanga Sayan yang dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat antara lain terciptanya Posyandu Lansia, Posyandu Balita, berdirinya PAUD, dan adanya Taman Pendidikan Alqur'an (TPA). Masih banyak hal lainnya namun hal yang sebutkan diatas adalah perwakilan dari pelaksanaan dana desa yang ada di Kecamatan Sayan.

Sekian dan terima kasih, semoga tulisan ini bukan hanya menjadi coretan tiada bermakna hitam diatas putih. Namun, menjadi setitik cahaya metaahari dalam ribuan gelapnya malam atau setitik air ditengah tandusnya padang pasir. Dan pastinya bukan hanya bacaan tapi menyiratkan atau menyisakan makna.

Dokumentasi :

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun