"dasar anak kampung, kolot, primitif, dan tidak ngerti apa-apa"
Kasian bukan generasi kita ? sudah ah curhatnya. Next..........
Demikian halnya dengan dana desa yang ada di Desa Nanga Sayan. Penulis ibaratkan senja yang selalu indah dipandang mata namun hanya sebentar saja dan menenggelamkan kita pada sisi lain kehidupan ini, yaitu pada kegelapan. Harapannya, dana desa ini adalah cahaya diantara kegelapan tersebut yang menghadirkan sejuta makna dalam kata dan sunyi yang menyapa. Setelah ambruknya harga karet seperti yang penulis ungkapkan diatas, masyarakat kembali merasa ada kehidupan yang mulai menyapa dan memperhatikan kembali kebutuhan dan segala keinginan mereka. Masyarakat kembali giat bekerja, bersinergi membangun negeri, berkoordinasi untuk menyampaikan aspirasi demi menuju desa mandiri.
Berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat pun dilaksanakan. Akses menuju lahan pertanian menjadi mudah dan murah. Selain itu, dengan adanya dana desa juga masyarakat merasa bahwa akan lebih mudah dalam menyalurkan dan melaksanakan aspirasinya kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di Desa Nanga Sayan yang dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat antara lain terciptanya Posyandu Lansia, Posyandu Balita, berdirinya PAUD, dan adanya Taman Pendidikan Alqur'an (TPA). Masih banyak hal lainnya namun hal yang sebutkan diatas adalah perwakilan dari pelaksanaan dana desa yang ada di Kecamatan Sayan.
Sekian dan terima kasih, semoga tulisan ini bukan hanya menjadi coretan tiada bermakna hitam diatas putih. Namun, menjadi setitik cahaya metaahari dalam ribuan gelapnya malam atau setitik air ditengah tandusnya padang pasir. Dan pastinya bukan hanya bacaan tapi menyiratkan atau menyisakan makna.
Dokumentasi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H