Mohon tunggu...
Moh. Habibi
Moh. Habibi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Twitter: @AbimHbb Instagram: habibiduk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa dan Pengaruh Media

22 September 2014   20:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan sarana atau media dalam berkomunikasi untuk mencari dan menyebarkan informasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan, seseorang tidak bisa tidak untuk berkomunikasi, sehingga media menjadi sangat penting sebagai penunjang untuk keberlangsungan aktivitas komunikasi sosial yang baik. Sebagai penyalur berbagai informasi/berita, media sangat berkaitan erat dengan jurnalistik/jurnalisme, yang didalamnya terdapat proses pengumpulan bahan-bahan untuk dipublikasikan. Dalam perkembangannya, jurnalisme mengalami beberapa fase perubahan. Seiring dengan perubahan zaman, media komunikasi juga terus berkembang sangat pesat. Jika pada awalnya informasi hanya melalui media terbatas seperti lewat penyampaian lisan, maka saat ini dengan perkembangan tekhnologi yang tinggi menjadi beragam dan proses penyampaian pesan menjadi lebih cepat dan mudah. Baik melalui media cetak, elektronik dan lainnya.

Media berlomba menampilkan berita-berita semenarik mungkin untuk menarik minat masyarakat. Ada ungkapan klasik yang menarik, menyebutkan bahwa “anjing menggigit orang bukan berita, tapi orang menggigit anjing adalah berita”. Begitulah, berita tentang suatu hal yang aneh akan laris menjadi konsumsi publik. Hanya saja, untuk saat sekarang ungkapan tersebut perlu dikaji ulang. Memang antara anjing mengigit manusia dan manusia menggigit anjing jelas lebih menarik pernyataan yang kedua. Akan tetapi ungkapan itu sudah tidak relevan lagi dalam dunia jurnalisme masa kini, ada banyak hal-hal sepele yang tidak perlu diberitakan justru semakin gencar dipublikasikan.

Bagi media, konflik menjadi angin segar untuk selalu dihembuskan. Ia akan selalu dijadikan sumber pemberitaan yang membuat keingintahuan masyarakat begitu antusias, sehingga ada ungkapan “good news is not news, bad news is good news”, bahwa berita-berita buruk menjadi hal yang sangat diminati oleh masyarakat luas. Maka menimbulkan sisi berbeda dalam dunia jurnalisme, yaitu jurnalisme perang dan jurnalisme damai. Dalam pemberitaannya, jurnalisme perang cenderung untuk mengekspos dan menekankan semangat untuk bertikai, ia membiarkan aroma dendam dan kebencian menghiasi pemberitaan. Sedangkan jurnalisme damai lebih mementingkan empati kepada para korban konflik daripada liputan konflik itu sendiri. Pada dasarnya, jurnalisme damai menyerukan kepada kedua belah pihak agar memikirkan hikmah dan kerugian yang ditimbulkan, serta jalan keluar untuk berdamai.

Tidak bisa dipungkiri, ada banyak kepentingan yang menunggangi media dan jurnalisnya. Sebagai alat penyampai pesan kepada masyarakat luas, media menjadi ladang subur untuk kepentingan oknum tertentu dalam mencapai tujuannya. Tidak jarang, berita-berita yang disampaikannya menjadi memihak dan diragukan kebenarannya.

Kegiatan jurnalisme sangat berhubungan erat dengan mahasiswa, ia menjadi pasar untuk saling bertukar gagasan dan pemikiran. Dalam aktivitas jurnalisme, mahasiswa akan melalui tahap pembelajaran membaca, menulis, mengumpulkan ide-ide, melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan menganalisa berbagai macam permasalahan. Mahasiswa juga mempunyai andil besar terhadap perubahan suatu bangsa, tak terkecuali bangsa Indonesia. Kekuatan mahasiswa adalah kekuatan besar yang bisa merobohkan atau menguatkan suatu kekuasaan, ia menjadi representasi dari sebagian besar masyarakat dari segi kecerdasan yang dimilikinya.

Sebagai penerus pemimpin bangsa, mahasiswa menjadi sasaran empuk awak media untuk melancarkan tujuannya. Dengan segala pengaruhnya, media menyebarkan paham-paham yang bertentangan dan bisa merusak pandangan mahasiswa tentang banyak hal. Karena sesungguhnya, generasi mahasiswalah yang memegang kendali media komunikasi saat ini dan nanti. Jadi kewajiban kita sebagai mahasiswa adalah membentengi diri dari pengaruh media yang berbahaya, menyaring terlebih dahulu berita-berita yang disebarkan oleh media, mengkaji suatu pemberitaan sebelum menyebarluaskan berita itu kembali, dan terus belajar untuk mewarnai dunia jurnalisme dengan kebaikan.

Salam Mahasiswa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun