Mohon tunggu...
Habibi Sang Pecinta ALam
Habibi Sang Pecinta ALam Mohon Tunggu... -

Berbakti Pada Kesetiaan, Bukan Pada Perasaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Oh Dodikjur

27 Desember 2013   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:26 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh Dodikjur

Saat sang surya menyapa

Terdengar sahutan merdu siulan burung

Dua gunung itu,

membuatku tertegun akan keindahan malang

Tapi, tiba-tiba keindahan itu segera hilang

Saat kutundukkan kepalaku…

Aku, baru sadar…

Aku, berdiri diatas lapangan hitam

Jantungkupun berdenyut kencang,

Oh… lapangan hitam…aku menggeleng,

Lapangan hitam - lapangan keangkuhan,

Lapanngan hitam -  lapangan kepemimpinan,

Lapangan hitam -  lapangan kesatrian,

Lapangan hitam -   lapangan kebanggaan.

Oh… lapangan hitam…aku menggeleng,

Sungguh berwibawa dirimu,

Taukah kau?

Kehausan yang kukeluhkan, malah kau jadikanku buaya,

Bahkan,

ludah yang kusumbangkan, malah harus kutelan ulang,

Oh… lapangan hitam…aku menggeleng,

Keangkuhanmu menjadi saksi akan kebanggaanku – Padamu !

Diatas hamparanmulah kulitku melupas,

Dirumah kebesaranmulah kau jadikan tubuhku pengepel – walau ditengah terik matahari,

Dan didapurmu jualah, kau goreng tubuhku hingga ku meringis kepanasan

Oh…lapangan hitam,

Kini, kesakitan itu menjadi kekuatanku,

Keluh kesahku itu menjadi ketabahanku,

Kedongkolanku itu menjadi kedewasaanku,

Terimakasih untukmu lapangan hitam

Tiba-tiba renunganku disana melayang,

Saat kusaksikan barisan berseragam loreng

Lalu, kutatap mereka, satu demi satu,

Oh… si baju loreng itu… aku tersenyum…

Taukah kau..?

Dialah sang pendidik disiplinku- hingga mengelupaskan kulit kebancianku

Oh… sibaju loreng itu… aku tersenyum…

Taukah kau..?

Dialah sang pendidik mental bajaku-

Untukku benci pikiran tidak mampu,

Untukku benci sikap maen watak-

Dengan motto “Masuk Kambing, Keluar Buaya”

Oh sibaju loreng itu…aku tersenyum…

Taukah kau?,

Dialah sang pendidik jiwa korsaku,

Untukku benci sikap apatis,

Untukku benci sikap mblah-mbleh,

Hingga aku merasakan akan makna “kebersamaan,”

Kini aku mengerti

Cacianmu – Nasehatmu,

Makianmu -  didikanmu,

Tindakanmu – kasih sayangmu,

Terima kasih  wahai pelatihku,

Aku bangga padamu.

Wahai sahabat-sahabatku,

Ku ucapakan “selamat datang hai pejuang muda”!

Kusapa dirimu dalam tekad satu jiwa,

Kusapa dirimu dalam padu maju bersama,

Menyongsong Indonesia jaya.

Dodikjur, Februari 2012

Sobat, tulisan in aku buat ketika sedang mengikuti latihan Resimen Mahasiswa di Lapangan Dodikjur Malang selama tiga minggu tahun 2011.  Membaca puisi ini saya rasa anda dapat sedikit merasakan dan mengetahui apa yang terjadi di sana berikut kesan-kesanmenarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun