Mohon tunggu...
Habib dzaldirih
Habib dzaldirih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis

Aku berpikir maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik Gengsi, Berpikir Kritis Dibatasi!

7 Desember 2023   02:52 Diperbarui: 7 Desember 2023   03:19 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpikir kritis adalah suatu proses mental yang melibatkan analisis, evaluasi, dan interpretasi informasi dengan cermat. Ini mencakup kemampuan untuk mempertanyakan, merinci, dan memahami suatu masalah atau argumen secara mendalam. 

Berpikir kritis melibatkan sikap skeptis terhadap informasi, dengan tidak hanya menerima tanpa pertimbangan, tetapi juga mencari kebenaran melalui pemeriksaan yang seksama.

Berpikir kritis bukan sekadar menemukan kesalahan, tetapi melibatkan proses analitis yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan mencari solusi yang lebih baik. 

Berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan atau kekurangan dalam suatu argumen atau situasi. Berpikir kritis melibatkan sikap terbuka terhadap kritik, menganggap kritik sebagai peluang untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hasil.

Namun, di dalam dunia pendidikan terkadang berpikir kritis dibatasi, seringkali seorang pendidik membungkam para peserta didik yang kritis, mereka menganggap seolah-olah berpikir kritis itu tindakan yang tidak beradab. 

Mengapa ada pandangan bahwa berpikir kritis dianggap tidak beradab? Salah satu alasan utamanya adalah karena berpikir kritis sering kali melibatkan menantang keyakinan atau pandangan yang sudah mapan. 

Beberapa pendidik mungkin merasa tidak nyaman jika peserta didik mereka menantang atau mengkritik pendekatan pengajaran. Ini dapat dianggap sebagai tantangan terhadap otoritas atau keahlian mereka. 

Sifat kritis ini seringkali bertolak belakang dengan suatu keadaan, apabila peserta didik kritis terhadap suatu pernyataan atau persoalan dapat dianggap menjatuhkan nama baik atau tidak sopan. Sehingga peserta didik banyak yang takut mengkritisi dan hanya bisa mengikuti arus bagai daun kering yang terbawa angin, seharusnya para pendidik bisa menerima kritikan dari peserta didik apalagi kritikan tersebut membangun bukan malah egois dan marah-marah.

Situasi dimana pendidik menghambat berpikir kritis peserta didik dengan cara membatasi atau merespon negatif terhadap kritik bisa menjadi hambatan serius dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang seharusnya mendorong pertanyaan dan pemikiran yang kritis, seharusnya para pendidik memahami bahwa berpikir kritis tidak sama dengan menghina atau meremehkan orang lain, dengan seperti itu dapat menjadi, langkah yang signifikan dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pertumbuhan intelektual dan pemikiran yang kritis.

Bagaimana bisa maju pendidikan kalau guru di Indonesia anti kritik, maunya gaji besar, tetapi kualitasnya rendah. (Indra Charismiadji)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun