"Mengokohkan Komitmen Keislaman dan Keindonesiaan" dalam Milad HMI Ke-74 Th pada tahun ini adalah suatu pembingkaian yang tepat secara formalitas keorganisasian, dan masih membutuhkan perjuangan panjang untuk benar-benar mengaktualisasikan thema tersebut.
Usia HMI ke-74 tahun dengan berbagai fase perjuangannya, menunjukkan mampu bertahan melahirkan kader-kader yang mengisi berbagai lini keislaman dan keindonesiaan. HMI sendiri yang berada pada tingkat cabang seperti HMI Cabang Labuhanbatu Raya telah berusia 19 tahun lamanya (2002-2021).
Usia 19 tahun adalah usia remaja dalam pandangan umum, namun jika mampu memanfaatkan potensi yang ada selama tiga belas tahun, kemungkinan akan mendapatkan proses pendewasaan yang luar biasa dalam berhimpun. Proses pendewasaan tersebut harusmampu membawa para kader menuju kebudayaan intelektual yang kaya akan literasi, ruang diskusi, dan aktualisasi sebagai followup kaderisasi.
Mengikuti dinamika HMI Cabang Labuhanbatu Raya pada tiga tahun terakhir secara formal dan moral, tentu melahirkan berbagai perspektif positif dan negatif. Secara pribadi, HMI Cabang Labuhanbatu Raya mempunyai problematika kekinian (2018-2021) yang sangat serius. Beberapa problematika diantaranya yaitu :
1. Kualitas Akademis (Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan)
Sebagai organisasi intelektual mahasiswa Islam, kualitas akademis keislaman dan keindonesiaan adalah sebagai syarat pengakuan setiap kader HMI yang sangat fundamental harus dimiliki. Karenanya, secara empiris, HMI identik sebagai organisasi mahasiswa Islam yang selalu melahirkan kader-kader intelektual.
Problematika pertama HMI Cabang Labuhanbatu Raya pada hari ini dan tiga tahun terakhir ada pada persoalan tidak terlaksananya agenda-agenda akademis secara formal dan informal, yang nantinya diharapkan mampu merangsang daya kritis dan analisis kader untuk menjawab persoalan ke-HMI-an, keummatan dan kebangsaan.
2. Independensi Etis Dan Organisatoris
Independensi etis bagi setiap kader HMI berarti mengaktualisasikan dinamika berpikir, bersikap, dan berprilaku "hablumminallah wa hablumminannas" dengan hanya tunduk dan patuh pada kebenaran. Dan independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah berdinamika baik dalam internal dan eksternal organisasi.
Dampak dari problematika pertama sebagaimana sebelumnya telah dijelaskan, berdampak pada persoalan independensi etis dan organisatoris secara subyektif dan obyektif HMI Cabang Labuhanbatu Raya. Ketidakmampuan dalam menafsirkan independensi etis dan organisatoris tersebut jelas berakibat fatal pada paradigma, dialektika, dan dinamika setiap kader.