Mohon tunggu...
Habibah Khaliyah
Habibah Khaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengukur Kepribadian Seseorang Berdasarkan MBTI: The Myers-Briggs Type Indicator, Akuratkah?

21 Juni 2024   23:45 Diperbarui: 21 Juni 2024   23:54 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir-akhir ini ramai sekali perbincangan terkait kepribadian seseorang yang tak jauh dari MBTI. Banyak orang berbondong-bondong untuk turut melakukan tes MBTI di situs online. Hal ini mungkin terjadi karena manusia yang memiliki sifat 'FoMO' atau Fear Of Missing Out merupakan rasa takut untuk merasa tertinggal. Namun, walaupun demikian tidak sedikit pula mereka yang menggunakan tes MBTI sebagai acuan untuk dapat mengenal lebih diri sendiri, menemukan interest atau bahkan lebih mudah memahami satu sama lain.

Pertanyaannya adalah: Apakah akurat jika menilai seseorang hanya berdasarkan MBTI mereka? Mari simak artikel berikut ini.

MBTI atau The Myers-Briggs Type Indicator merupakan alat psikometrik yang dibuat untuk mengidentidikasi psikologis atau kepribadian seseorang. Bagaimana cara mereka mengambil dan menentukan keputusan serta menyelesaikan masalah.

MBTI sendiri dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya, Isabel Briggs Myers. Ketertarikan mereka dalam mengamati manusia dan perbedaannya dengan cermat, terinspirasi oleh karya psikolog Carl Jung dan teorinya. Ibu dan anak tersebut mengembangkan beberapa indikator tipe, dengan harapan dapat membantu orang memahami kecenderungan mereka untuk memilih ketertarikan dan pekerjaan yang sesuai. (https://www.livescience.com/65513-does-myers-briggs-personality-test-work.html)

Beberapa indikator tipe, diantaranya:

Extraversion (E) -- Introversion (I)

Seperti yang kita ketahui pada umumnya, seorang yang memiliki kepribadian ekstrovert cenderung memiliki jiwa 'social butterfly'. Mereka akan bersemangat berada dalam keramaian. 'Baterai sosial' nya akan merasa 'ter-charging' dengan bersosialisasi. Bahkan, tidak jarang dari mereka juga senang ketika menjadi pusat perhatian.

Berbanding terbalik dengan introvert. Mereka akan merasa tidak nyaman jika berada dalam keramaian, tidak suka menjadi pusat perhatian. Walaupun demikian, seorang introvert merupakan bukan seorang yang pemalu.

Sensing (S) -- Intuition (N)

Mereka yang berkepribadian sensing, ketika memikirkan suatu hal cenderung menggunakan fakta yang ada pada saat itu, dan rasa ingin terlibat langsung menjadikannya pribadi yang 'learning by doing'.

Intuition atau intuisi secara harfiah memiliki arti daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati. Suka terhadap informasi teoritis dan abstrak. Mereka akan mengumpulkan, mengelompokkan dan mengolah informasi yang mereka dapatkan. Membiarkan imajinasinya untuk mengambil alih pikirannya dan mengandalkan intuisi-nya dalam mengambil keputusan. Namun, mereka juga telah menyiapkan dan memikirkan apa saja kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan.

Thinking (T) -- Feeling (F)

Thinking atau pemikir, tipe ini akan melihat fakta, detail data, dan hal logis ketika membuat keputusan. Mereka akan menilai secara objektif sehingga hasil yang didapat tidak memihak ataupun menyudutkan salah satu pihak.

Sebaliknya dengan feeling atau perasa. Tipe ini akan mengambil keputusan sesuau dengan kata hati dan mempertimbangkan perasaan. Bahkan, kerap dari mereka pun melibatkan perasaan satu sama lain dan mereka akan memastikan tidak ada yang tersakiti atas keputusan yang telah diambilnya.

Judging (J) -- Perceiving (P)

Seorang judging, mereka tidak bisa untuk tidak membuat perencanaan. Hidup mereka terstruktur hingga sangat sulit untuk 'terkompromi'. Mereka teguh pada rencana yang sudah mereka buat. Panggil saja mereka 'planner'.

Perceiving sendiri sangat bertolak belakang dengan judging. Mereka fleksibel, lebih mudah beradaptasi akan hal baru sehingga perubahan rencana bagi mereka mungkin bukan suatu masalah yang besar.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hasil MBTI tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur pribadi seseorang. Karena tidak sedikit dari mereka, jika melakukan tes ulang ke-dua, ke-tiga dan seterusnya hasilnya bisa berbeda. Namun, tidak jarang pula MBTI digunakan untuk keperluan akademik maupun pekerjaan sebagai 'alat penunjang'.

Jadi, kesimpulannya, mereka yang percaya akan MBTI tidak akan disalahkan, sah-sah saja jika digunakan. Karena itu merupakan bagian dari kepercayaan masing-masing dan mereka berhak atas hal tersebut. Namun, tidak boleh dijadikan sebagai patokan utama untuk menilai apalagi meng-judge seseorang. Karena pada dasarnya sifat dan perilaku manusia itu bisa berubah seiring berjalannya waktu. Semua itu terjadi karena adanya faktor lingkungan dan problematika kehidupan yang telah mereka alami.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun