Mohon tunggu...
Habbie.id
Habbie.id Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Menyukai dunia pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengenal Hustle Culture dan Tandanya dalam Lingkungan Kerja

16 Agustus 2023   14:51 Diperbarui: 16 Agustus 2023   15:10 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita akan membahas tentang konsep budaya kerja keras, yang dikenal juga sebagai hustle culture. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana berbagai negara di seluruh dunia menerapkan budaya kerja keras serta mengidentifikasi ciri-ciri utama dari budaya ini.

Pengertian Hustle Culture

Budaya kerja keras atau hustle culture merujuk pada situasi di mana seseorang terus bekerja tanpa memperdulikan aspek kehidupan pribadinya. Setiap negara memiliki sebutan khas untuk budaya kerja keras ini.

Di Tiongkok, budaya kerja keras dikenal sebagai "996" (sembilan sembilan enam), yang berarti bekerja dari pukul sembilan pagi hingga sembilan malam selama enam hari dalam seminggu. Banyak perusahaan teknologi seperti Alibaba dan JD.ID menerapkan pola kerja ini.

Di Jepang, konsep serupa disebut "karoshi," di mana pada periode tahun 2000-2004, lebih dari 6 juta orang di Jepang bekerja selama 60 jam per minggu (Iwasaki, Takahashi, dan Nakata, 2006).

Di Indonesia, budaya kerja keras juga telah menjadi pengalaman umum di kalangan generasi milenial. Menurut Komunitas Kala Krisis dari Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, satu dari tiga pekerja di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental akibat jam kerja berlebihan.

Dalam era pandemi saat ini, seruan untuk tetap produktif dari rumah telah memunculkan tren baru dalam budaya kerja keras, yang perlu dihadapi dengan bijak. Gaya hidup yang sering disebut sebagai "gila kerja" ini memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental, menyebabkan depresi dan masalah kesehatan lainnya.

Bagaimana Kita Bisa Mengetahui Pengalaman Budaya Kerja Keras Secara Tidak Sadar? Terdapat beberapa ciri yang bisa dikenali, seperti kurangnya keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, sering mengalami kelelahan berlebihan, serta selalu terpikirkan oleh pekerjaan.

Ciri-Ciri Hustle Culture

  • Tidak ada work life balance 

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang dikenal sebagai work-life balance, terganggu. Orang yang terjerat dalam budaya kerja keras sering kali bekerja bahkan saat berlibur, seperti memeriksa email atau mengoperasikan laptop saat makan.

  • Burnout atau lelah berlebih

Kelelahan berlebihan atau burnout, merupakan hasil dari tekanan kerja yang terlalu besar. Orang yang terpengaruh oleh budaya kerja keras ini cenderung memaksakan diri dengan banyak pekerjaan, sehingga tidak memiliki waktu untuk beristirahat.

  • Pikiran selalu tertuju pada pekerjaan

Ciri lainnya adalah terlalu banyaknya waktu yang dihabiskan untuk memikirkan pekerjaan. Orang yang mengikuti budaya kerja keras akan terperangkap dalam rutinitas lembur untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bersantai atau melepas penat.

  • Budaya kerja keras saat ini

Budaya kerja keras sedang menjadi tren di kalangan generasi muda. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya contoh sukses di usia muda serta persaingan yang tinggi dalam dunia kerja. Generasi milenial bersaing untuk mencapai kesuksesan sejak dini. Meskipun usaha keras di usia muda tidaklah salah, namun perlu ada batasan agar kehidupan tetap seimbang dan kesehatan fisik serta mental tetap terjaga.

Cara Agar Tidak Terjebak dalam Hustle Culture

  • Manage waktu saat bekerja

Jika Anda merasa kelelahan saat bekerja biarkan tubuh dan pikiran beristirahat beberapa saat. Jangan memaksakan pekerjaan karena Anda akan mengalami burnout. Anda bisa menerapkan Teknik Pomodoro jika ingin lebih fokus saat bekerja.

  • Buat jadwal harian

Membuat jadwal harian akan memudahkan kita untuk membatasi waktu saat bekerja. Jadwal akan menjadi pengingat saat kita mulai hustling dan lupa dengan kehidupan lain di luar pekerjaan. Ingat, bahwa pekerjaan tidak akan pernah selesai dan akan terus ada.

  • Pilah pekerjaan urgent dan tidak 

Memilah pekerjaan mulai dari pekerjaan urgent dan tidak akan memberikan focus lebih kepada pekerjaan yang harus didahulukan. Pekerjaan akan juga akan lebih terstruktur dan Anda tidak akan terburu-buru dengan deadline jika mengerti pola ini. 

  • Berolahraga atau liburan 

Gunakan waktu senggang Anda dengan melakukan hobby misalnya treveling ataupun berolahraga.  Untuk meningkatkan mood gunakan wewangian untuk bantu hilangkan stress setelah bekerja. Anda bisa membawa Roll On Minyak Kayu Putih Habbie dengan wangi vanilla untuk mendapatkan aroma soft dan calming.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun